Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Berkarier Sambil Membesarkan 2 Anak Berkebutuhan Khusus, Siapa Bilang Enggak Bisa?

30 Agustus 2018   11:30 Diperbarui: 31 Agustus 2018   09:11 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkarir sambil menyandang status sebagai seorang ibu, bukan hal yang mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi agar kedua peran tersebut dapat berjalan seimbang. Terlebih bila buah hati yang dititipkan tuhan merupakan anak berkebutuhan khusus. Tak hanya satu lagi, tapi dua. Namun, #SiapaBilangGakBisa?

Hal yang sedikit "mustahil" tersebut dibuktikan oleh Agatha Suci. Finalis Indonesian Idol yang satu angkatan dengan Delon dan Joy Tobing tersebut, tak hanya sukses menjadi seorang ibu untuk dua anak yang berkebutuhan khusus, tetapi juga cemerlang berkarir sebagai seorang penyanyi.

Itu makanya, untuk menyemangati para ibu yang memiliki buah hati yang berkebutuhan khusus, tapi tetap ingin berkarir sesuai passion, Agatha Suci tidak ragu untuk berbagi cerita sebagai wanita kuat di Media Event Pantene #SiapaBilangGakBisa, yang dihelat pertengahan Agustus 2018 lalu, di kawasan Sudirman, Jakarta.

Kampanye #SiapaBilangGakBisa yang digagas Pantene tersebut ingin mendorong para perempuan Indonesia untuk menjadi wanita kuat dalam mengembangkan dirinya melebihi ekspektasi, seperti halnya Agatha Suci yang mampu mengoptimalkan potensi buah hati meski mereka berkebutuhan khusus.

Sempat Terpuruk, Akhirnya Bangkit

Agatha Suci tak pernah membayangkan akan menjadi ibu dari dua anak berkebutuhan khusus. Saat hamil anak pertama, ia sangat menjaga kesehatan dan asupan makanan. Ia bahkan tidak mengkonsumsi gluten dan mie.

Suci, sang suami, Jeffri Thung, dan dua buah hati mereka. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Suci, sang suami, Jeffri Thung, dan dua buah hati mereka. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Itu makanya saat si sulung lahir dan menunjukan tanda-tanda yang tidak biasa untuk anak seusianya, Agatha Suci sangat kaget. Ia langsung memboyong sang anak, Kahlia Adinda, ke dokter untuk diperiksa.

Ia merasa ada yang tidak beres saat Kahlia tidak pernah melakukan kontak mata dengan lawan bicara, padahal, saat itu usianya sudah 11 bulan.  Kahlia juga tidak pernah menoleh saat dipanggil. Setelah dipanggil berulang secara terus menerus dengan suara yang lebih keras, baru melihat ke asal suara.

Saat dokter memberitahu si buah hati mengidap autism spectrum disorder, ia sempat terpuruk. Perempuan yang akrab dipanggil Suci tersebut sempat blank. Ia juga sempat bertanya-tanya, mencari tahu, apa penyebab anaknya mengidap autisme.

Belum usai rasa pilu akibat anak pertama yang mengidap autisme, tantangan kembali datang. pelantun "Cintai Aku Lagi" itu kembali hamil anak kedua yang ternyata juga berkebutuhan khusus. Anak berjenis kelamin laki-laki tersebut, Arsa Nuraga, lahir sekitar 1,5 tahun dari anak pertama Suci.

Saat lahir Arsa terlihat normal. Arsa mampu berinteraksi dengan baik, ia juga selalu melakukan kontak mata. Namun semakin lama, Suci merasakan ada keganjilan. Bocah laki-laki itu tak seperti anak lain seusianya. Arsa lebih banyak diam, seolah tak mampu berkata-kata. Setelah diperiksa ke dokter, Arsa ternyata mengalami speech delay.

Berupaya Memberikan yang Terbaik bagi Si Buah Hati

 Saat tahu buah hati kedua juga didiagnosis sebagai anak berkebutuhan khusus, Suci kembali terpuruk. Apalagi tidak ada kejanggalan apapun yang ia rasakan selama hamil, baik anak pertama maupun anak kedua. Menurut dokter, tak seperti down syndrom, gejala autisme memang tidak bisa terdeteksi saat janin masih dalam kandungan.

Rutin hiking sebagai salah satu terapi. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Rutin hiking sebagai salah satu terapi. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Selama beberapa waktu, usai melahirkan anak kedua, Suci bahkan sempat bertanya-tanya, "Kok bisa? Kenapa lagi?" Namun akhirnya ia ikhlas dan mampu menerima kondisi tersebut. Ia akhirnya mencari tahu berbagai informasi mengenai autisme. Ia dan suami, Jeffry Thung, bahkan mulai memetakan pendidikan formal yang layak untuk kedua buah hati saat memasuki usia sekolah.

Suci dan suami optimistis, meski kondisi kedua buah hati mereka spesial, si buah hati merupakan anugerah yang kelak pasti bisa berhasil dan sukses bila dibimbing dengan baik. Ia yakin kedua anak kandungnya tersebut dapat menjadi orang hebat bila diarahkan dengan tepat. Terlebih ia juga percaya, setiap anak merupakan karunia dari tuhan yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Apalagi ada banyak contoh anak autis yang akhirnya sukses berkat bimbingan keluarga. Sebut saja Wolfgang Amadeus Mozart, si komposer legendaris yang setiap kali kita mendengarkan musik klasik pasti pikiran kita tertuju pada namanya, atau Isaac Newton si ahli fisika yang hasil penemuannya masih kita manfaatkan hingga saat ini.

Bila anak autis rutin melakukan terapi, konsisten diajari untuk disiplin, Suci yakin, meski untuk beberapa hal terlihat tertinggal dari anak lain, bukan tidak mungkin anak-anak tersebut mampu mengejar ketertinggalan itu. Kini buah hati Suci sudah bersekolah di salah satu sekolah internasional di Jakarta.

Perempuan kelahiran 8 April 1985 tersebut menuturkan, Kahlia mulai terapi pada usia dua tahun, sementara Arsa pada usia empat tahun. Terapi yang dijalani cukup beragam, mulai dari les berenang hingga hiking yang dilakukan setiap akhir pekan. Ia dan suami juga selalu berupaya mengikuti saran ahli.

Namun, ia menegaskan, hal penting yang harus dilakukan pada tahap awal adalah orangtua yang harus bisa berdamai dengan diri sendiri. Terkadang ada orangtua yang tak mengakui sang buah hati berkebutuhan khusus karena malu.

Tak dipungkiri, sebagian besar masyarakat memang masih memandang "sebelah mata" anak-anak berkebutuhan khusus. Beberapa bahkan ada yang menyalahkan si orangtua. Anak "spesial" dikaitkan karena dulu orangtuanya begini lah, atau begitulah.

Namun, Suci tidak demikian. Ia tak pernah malu karena memiliki anak yang "berbeda". Itu makanya saat banyak teman-teman Suci yang memilih meninggalkan buah hati yang berkebutuhan khusus di rumah saat berkumpul dengan teman lain karena malu, Suci selalu membawa kedua buah hatinya tersebut selama kondisi dan situasinya memungkinkan.

Bersyukur Dapat Dukungan Penuh Keluarga

Suci mengatakan, meski harus menghadapi tantangan yang tidak mudah, ia merasa sangat bersyukur karena mendapat dukungan penuh dari keluarga, baik suami yang ia nikahi pada akhir 2009 lalu, maupun kedua orangtua. Ia merasa sangat beruntung karena didampingi sosok-sosok luar biasa yang bisa saling menguatkan.

Sang bunda yang selalu menguatkan saat Suci mulai terpuruk. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Sang bunda yang selalu menguatkan saat Suci mulai terpuruk. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Terlebih sang suami juga bekerja dari rumah sehingga mampu mendukung secara penuh. Apalagi Suci dan suami juga tidak mengotak-ngotakan peran sebagai orangtua --meskipun masing-masing dari mereka tetap menjalankan peran sebagai suami dan istri sebagaimana mestinya.

Saat terpuruk, Suci mengatakan, sangat terbantu dengan kata-kata sang mama. Saat itu sang bunda mengatakan, apapun yang terjadi saat ini, bukan karma karena hal buruk yang dilakukan di masa lalu, namun karena Tuhan tahu Suci mampu menjalani semua itu. Ia merupakan orangtua terbaik untuk sang buah hati. Sehingga, tidak perlu malu memiliki anak berkebutuhan khusus. Suci justru harus membantu para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus di luar sana yang mungkin tidak seberuntung dirinya.

Tetap Bisa Berkarir Cemerlang

Itu makanya, meski ia dan suami sibuk mengurus dua buah hati yang memiliki kondisi spesial, Suci tetap berjuang mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang musisi. Setelah lama vakum dari industri musik Indonesia, suci kembali merintis karir sebagai penyanyi. Pada 2015 lalu, ia bahkan bekerja sama dengan musisi ternama, Tohpati, meluncurkan single "Cintai Aku Lagi".

Suci yang tetap aktif berkarir sebagai musisi. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Suci yang tetap aktif berkarir sebagai musisi. | Dokumentasi instagram @agatha_suci
Suci bercerita, banyak teman dan orang-orang di lingkaran terdekatnya yang memilih untuk berhenti berkarir saat sang buah hati dinyatakan berkebutuhan khusus agar lebih fokus mengurus mereka. Namun, dia tidak. Suci tetap memilih berkarir dan beraktivitas sesuai passion. Namun, tentu tanpa melupakan kodratnya sebagai ibu yang harus menjaga dan membesarkan si buah hati dengan baik.

Selama tiga tahun terakhir ini, secara berturut-turut Suci meluncurkan single baru. Setelah sukses melepas single "Cintai Aku Lagi" pada 2015, satu tahun kemudian Suci meluncurkan "Lagu Bintang", lalu pada awal 2017 Suci merilis single  "Karena Kamu". Tahun 2018 ini Suci sudah bersiap meluncurkan lagu dengan tema empowerment.

Saat pertama kali mendengar lagu tersebut, Suci mengaku sempat menangis. Hal tersebut dikarenakan lirik dari lagu tersebut sangat dekat dengan kehidupan Suci, maupun kehidupan para perempuan-perempuan lain pada umumnya. Perempuan yang berjuang dengan tantangannya masing-masing. Rencananya lagu yang berjudul "Siapa Dia" itu akan dirilis September 2018.

Suci mengatakan, sebagai wanita Indonesia yang kuat, ia yakin dapat menjalankan dua peran berbeda, yakni sebagai ibu dari dua anak dengan kebutuhan khusus, yang umumnya dinilai oleh kebanyakan orang sebagai anak yang ditinggalkan, dan sebagai seorang musisi yang terus berkarya. Terlebih ia sangat menyukai musik.

Ah, semangat Suci untuk selalu menjadi wanita kuat memang patut dicontoh oleh semua ibu, baik yang memiliki anak berkebutuhan khusus maupun tidak. Apalagi anak merupakan anugerah, apapun kondisinya. Kita hanya perlu menikmati proses sebagai orangtua dan memberikan yang terbaik bagi si buah hati.

Memiliki anak spesial juga bukan penghalang buat kita untuk menjalani karir sesuai passion.  Eksistensi diri justru akan membuat kita lebih bahagia, asal tahu kapan waktu untuk keluarga, kapan untuk pribadi. Bukankah katanya dibalik keluarga yang bahagia, ada ibu yang gembira? Setuju? Ah, #SiapaBilangGakBisa? Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun