Berupaya Memberikan yang Terbaik bagi Si Buah Hati
 Saat tahu buah hati kedua juga didiagnosis sebagai anak berkebutuhan khusus, Suci kembali terpuruk. Apalagi tidak ada kejanggalan apapun yang ia rasakan selama hamil, baik anak pertama maupun anak kedua. Menurut dokter, tak seperti down syndrom, gejala autisme memang tidak bisa terdeteksi saat janin masih dalam kandungan.
Suci dan suami optimistis, meski kondisi kedua buah hati mereka spesial, si buah hati merupakan anugerah yang kelak pasti bisa berhasil dan sukses bila dibimbing dengan baik. Ia yakin kedua anak kandungnya tersebut dapat menjadi orang hebat bila diarahkan dengan tepat. Terlebih ia juga percaya, setiap anak merupakan karunia dari tuhan yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Apalagi ada banyak contoh anak autis yang akhirnya sukses berkat bimbingan keluarga. Sebut saja Wolfgang Amadeus Mozart, si komposer legendaris yang setiap kali kita mendengarkan musik klasik pasti pikiran kita tertuju pada namanya, atau Isaac Newton si ahli fisika yang hasil penemuannya masih kita manfaatkan hingga saat ini.
Bila anak autis rutin melakukan terapi, konsisten diajari untuk disiplin, Suci yakin, meski untuk beberapa hal terlihat tertinggal dari anak lain, bukan tidak mungkin anak-anak tersebut mampu mengejar ketertinggalan itu. Kini buah hati Suci sudah bersekolah di salah satu sekolah internasional di Jakarta.
Perempuan kelahiran 8 April 1985 tersebut menuturkan, Kahlia mulai terapi pada usia dua tahun, sementara Arsa pada usia empat tahun. Terapi yang dijalani cukup beragam, mulai dari les berenang hingga hiking yang dilakukan setiap akhir pekan. Ia dan suami juga selalu berupaya mengikuti saran ahli.
Namun, ia menegaskan, hal penting yang harus dilakukan pada tahap awal adalah orangtua yang harus bisa berdamai dengan diri sendiri. Terkadang ada orangtua yang tak mengakui sang buah hati berkebutuhan khusus karena malu.
Tak dipungkiri, sebagian besar masyarakat memang masih memandang "sebelah mata" anak-anak berkebutuhan khusus. Beberapa bahkan ada yang menyalahkan si orangtua. Anak "spesial" dikaitkan karena dulu orangtuanya begini lah, atau begitulah.
Namun, Suci tidak demikian. Ia tak pernah malu karena memiliki anak yang "berbeda". Itu makanya saat banyak teman-teman Suci yang memilih meninggalkan buah hati yang berkebutuhan khusus di rumah saat berkumpul dengan teman lain karena malu, Suci selalu membawa kedua buah hatinya tersebut selama kondisi dan situasinya memungkinkan.
Bersyukur Dapat Dukungan Penuh Keluarga