Harus nonton, nih.
Kalimat tersebut langsung terbersit dalam hati saat saya menonton trailer film Buffalo Boys di salah satu channel youtube beberapa waktu lalu. Kata-kata pengantar dalam film, ditambah dengan cuplikan adegan yang begitu dramatis, membuat saya sangat penasaran dengan film tersebut.
Setelah mencari tahu lebih banyak, saya semakin yakin untuk menyempatkan diri menonton film tersebut di bioskop. Selain tema yang diusung cukup unik, film itu juga ternyata banyak mengambil gambar di Infinite Studios, studio film terbesar di Indonesia yang berada di Batam, Kepulauan Riau.
Beruntung, beberapa hari mendekati masa tayang perdana "Buffalo Boys" di bioskop, ada teman blogger di salah satu komunitas yang menawari saya dan beberapa blogger lain di Batam untuk ikut pada acara meet and greet dan nonton bersama para pemain dan sutradara film tersebut. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung mengetikan nama di daftar.
Bertemu Sutradara dan "Raksasa" Conan Stevens
Selain pengambilan gambar yang mencapai 70 persen di Batam, tepatnya di Infinite Studios, film yang sudah ditayangkan di Festival Film Fantasia Montreal, Kanada, dan New York Film Festival, Amerika Serikat, tersebut juga ternyata disutradarai oleh Mike Wiluan. Sineas Batam pemilik Infinite Studios.
Alhasil, meski baru pertama kali berkiprah sebagai sutradara, film Buffalo Boys sangat apik. Hasil gambarnya memukau. Tak terlihat bahwa sebagian besar bangunan yang digunakan dalam setting film tersebut hanya sebuah replika yang dibangun di sebuh studio besar di kawasan Nongsa, Batam.
Demikian juga dengan mayat-mayat yang menggantung di sebuah hutan akibat kebengisan Belanda. Tampilan mayat tersebut seperti betulan. Hitam, kusam, "kering". Terlebih lagi ditambahkan dengan belatung yang mengerubungi mayat. Benar-benar bisa menggambarkan kondisi mayat yang sebelumnya merupakan manusia yang begitu tersiksa akibat penjajahan.