Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Buffalo Boys", Film Kebanggaan Batam yang Tayang Internasional

22 Juli 2018   09:54 Diperbarui: 23 Juli 2018   04:50 2651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya yang berfoto bersama anggota DPRD Kepulauan Riau, Asmin Patros, dan tokoh Batam yang juga adik dari Mantan Presiden RI BJ Habibie, Sri Sudarsono usai menonton Buffalo Boys. Beliau berdua kompak bilang filmnya bagus dan sangat bangga dengan Infinite Studios maupun sang pemilik. | Dokumentasi Pribadi

Harus nonton, nih.

Kalimat tersebut langsung terbersit dalam hati saat saya menonton trailer film Buffalo Boys di salah satu channel youtube beberapa waktu lalu. Kata-kata pengantar dalam film, ditambah dengan cuplikan adegan yang begitu dramatis, membuat saya sangat penasaran dengan film tersebut.

Setelah mencari tahu lebih banyak, saya semakin yakin untuk menyempatkan diri menonton film tersebut di bioskop. Selain tema yang diusung cukup unik, film itu juga ternyata banyak mengambil gambar di Infinite Studios, studio film terbesar di Indonesia yang berada di Batam, Kepulauan Riau.

Salah satu poster Buffalo Boys. | Dokumentasi Infinite Studios
Salah satu poster Buffalo Boys. | Dokumentasi Infinite Studios
Seperti halnya keputusan untuk membaca sebuah berita atau artikel, unsur kedekatan lokasi syuting juga cukup berpengaruh bagi saya untuk memutuskan menonton sebuah film. Terlebih saya juga pernah berkeliling studio yang memiliki luas keseluruhan sekitar 10 hektar tersebut bersama beberapa blogger dan Kompasianer, tahun lalu.

Beruntung, beberapa hari mendekati masa tayang perdana "Buffalo Boys" di bioskop, ada teman blogger di salah satu komunitas yang menawari saya dan beberapa blogger lain di Batam untuk ikut pada acara meet and greet dan nonton bersama para pemain dan sutradara film tersebut. Tanpa berpikir dua kali, saya langsung mengetikan nama di daftar.

Bertemu Sutradara dan "Raksasa" Conan Stevens

Selain pengambilan gambar yang mencapai 70 persen di Batam, tepatnya di Infinite Studios, film yang sudah ditayangkan di Festival Film Fantasia Montreal, Kanada, dan New York Film Festival, Amerika Serikat, tersebut juga ternyata disutradarai oleh Mike Wiluan. Sineas Batam pemilik Infinite Studios.

Seru banget bisa mengobrol dan bertemu langsung dengan sang sutradara Buffalo Boys Mike Wiluan. | Dokumentasi Danan Wahyu
Seru banget bisa mengobrol dan bertemu langsung dengan sang sutradara Buffalo Boys Mike Wiluan. | Dokumentasi Danan Wahyu
Buffalo Boys merupakan film pertama yang disutradarai oleh lulusan Film Production dari salah satu universitas di Inggris tersebut. Namun jangan salah, Mike sudah cukup lama malang melintang di dunia sinematografi. Hingga saat ini, setidaknya sudah ada 14 film dan serial yang ia rilis sebagai produser. Menariknya, film tersebut merupakan film berskala internasional yang melibatkan banyak sineas ternama dari mancanegara.

Alhasil, meski baru pertama kali berkiprah sebagai sutradara, film Buffalo Boys sangat apik. Hasil gambarnya memukau. Tak terlihat bahwa sebagian besar bangunan yang digunakan dalam setting film tersebut hanya sebuah replika yang dibangun di sebuh studio besar di kawasan Nongsa, Batam.

salah satu sudut Infinite Studios yang dijadikan sebagai lokasi syuting. bangunannya hanya replika, tapi mirip, apalagi setelah disetting secara maksimal. | Dokumentasi Pribadi
salah satu sudut Infinite Studios yang dijadikan sebagai lokasi syuting. bangunannya hanya replika, tapi mirip, apalagi setelah disetting secara maksimal. | Dokumentasi Pribadi
Begitu juga dengan adegan-adegan yang ditampilkan, semua terasa nyata. Saya bahkan sampai meringis ngeri saat salah satu pemeran diperlihatkan terkena tombak di salah satu mata. Tombak tersebut terlihat nyata menancap di mata si pemeran dengan darah yang meluber.

Demikian juga dengan mayat-mayat yang menggantung di sebuah hutan akibat kebengisan Belanda. Tampilan mayat tersebut seperti betulan. Hitam, kusam, "kering". Terlebih lagi ditambahkan dengan belatung yang mengerubungi mayat. Benar-benar bisa menggambarkan kondisi mayat yang sebelumnya merupakan manusia yang begitu tersiksa akibat penjajahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun