Saya sebenarnya ragu-ragu untuk menulis ini. Maklum novel dan film Dilan sedang digandrungi. Hampir setiap hari timelinemedia sosial saya dipenuhi oleh status-status mengenai Dilan dan Milea. Baik artikel yang dibuat secara khusus di beberapa blog, maupun status-status plesetan dari kata-kata gombal Dilan.
Jujur saya takut dibully. Khawatir ada yang bilang, membuat novel yang diterbitkan saja belum pernah, sudah berani mengkritik novel orang hehe. Novel booming lagi yang sudah difilmkan dan ditonton oleh lebih dari 4,3 juta penonton dalam waktu kurang dari dua minggu. Jumlah yang sangat luar biasa, apalagi untuk film Indonesia.
Namun, karena rasa penasaran yang membuncah, akhirnya saya memberanikan diri untuk menulis. Apalagi niat saya bukan untuk menjelekan novel (bagus) itu, tetapi ingin berbagi rasa keingintahuan. Kali ada yang merasakan hal yang sama. Atau bila beruntung, kali ada yang bisa menjelaskan sehingga saya tidak lagi bingung.
Usia Milea Baru 10 Tahun kok Sudah SMA?
Saya termasuk pembaca novel yang kepo. Saya selalu ingin tahu usia (para) tokoh utama di setiap novel. Selain itu, saya juga suka iseng mengurutkan kejadian-kejadian yang diceritakan oleh si penulis dalam novel tersebut. Apakah sinkron, atau ada kejanggalan. Entahlah, tapi dengan cara begitu saya suka merasa lebih memahami isi dari cerita novel tersebut.
Terkadang saya cukup puas saat si penulis menggambarkan kisaran usia dari si tokoh utama. Misalkan si tokoh utama itu, disebutkan masih duduk di bangku SMP kelas dua. Berarti usianya kan sekitar 14 tahun, atau lebih tua/lebih muda satu tahun dari itu. Namun sesekali suka saya hitung ulang. Berdasarkan dari data pendukung yang dicantumkan penulis dalam novel tersebut.
Begitupula saat Milea digambarkan sebagai anak SMA kelas dua pada Novel "Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990". Saya berasumsi dia berusia sekitar 17 atau 18 tahun.
Asumsi tersebut sinkron karena pada bagian awal novel kedua, Â "Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1991" Â disebutkan Milea lahir pada 10 Â Oktober 1972. Itu berarti Milea pada tahun 1990 berusia 18 tahun. Atau 17 tahun lebih.
Namun saat saya melanjutkan membaca buku ke dua tersebut, kening saya sedikit berkerut. Pasalnya pada bagian yang menceritakan mengenai sepupu ayah Milea, Tante Anis dan anaknya Yugo, diceritakan bahwa Milea lebih muda tiga tahun dari Yugo. Kemudian disebutkan bahwa Tante Anies Menikah pada tahun 1976.
Kita anggap saja Yugo lahir satu tahun kemudian, itu berarti tahun 1977. Nah, kalau Yogo lahir 1977, dan Milea lebih muda tiga tahun dari Yugo, itu berarti seharusnha Milea lahir tahun 1980. Kalau kita tarik ke masa 1990 saat Milea menceritakan kisah cintanya dengan dilan, Itu berarti Milea baru berusia 10 tahun. Kok 10 tahun sudah SMA? Seharusnya kan masih SD?
Saya sempat membuat status di facebook pribadi saya terkait ini. Beberapa teman ada yang bilang, mungkin Milea ikut kelas akselerasi jadi bisa duduk di bangku SMA lebih cepat hehe. Ada juga yang bilang mungkin Yugo sebenarnya usianya lebih tua dari itu dan lahir jauh sebelum Tante Anis menikah. Hehe bisa jadi karena hingga akhir novel, tidak disebutkan secara gamblang tahun berapa Yugo lahir.
Kalau pendapat saya pribadi, mungkin Milea salah hitung tahun lahir Yugo dan tahun pernikahan Tante Anies. Maklum masih patah hati akibat gagal nikah dengan Dilan. Ups! Atau bisa jadi karena faktor waktu, sudah sedikit memudar memorinya. Apalagi dia menuliskan cerita itu 25 tahun setelah kejadian berlangsung. Kejadian tahun 1990, dituliskan tahun 2015, wajar kalau banyak yang lupa.
Ah, sekali lagi saya tidak bermaksud apa-apa dengan tulisan ini. Saya hanya salah satu pembaca yang kepo. Namun menurut saya, saya sedikit mending bila dibandingkan dengan yang lain, bila beberapa pembaca dan penonton Dilan ada yang sangat kepo ingin tahu siapa sebenarnya sosok Dilan dan Milea, saya hanya ingin tahu berapa sebenarnya usia Milea? Hehe.
Diluar kejanggalan usia Milea, secara keseluruhan novel ini cukup menarik. Banyak hikmah yang tersirat dan tersurat. Salah satunya jangan suka berprasangka buruk. Terkadang kita gagal bukan karena tidak mampu, namun karena dihalangi prasangka.
Saya paling suka novel ketiga. Mungkin karena narasinya lebih detail. Gara-gara baca novel yang terakhir itu juga saya penasaran untuk segera menonton filmnya, padahal awalnya mau sabar saja nunggu ditayangkan di tv nasional. Cuma saya juga bertanya-tanya, kok anak SMA awal 1990 udah ngefans Jeremi Thomas ya? Bukannya bapak itu baru main sinetron pertengahan atau akhir 1990an? Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H