Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Aher, Jalan Provinsi Ini kok Rusak Parah?

21 Desember 2017   17:21 Diperbarui: 21 Desember 2017   20:41 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan ban yang digunakan di pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan obrolan-obrolan ringan dengan beberapa warga, jalan tersebut sudah rusak sejak lima tahun lalu. Namun dua tahun terakhir kondisinya semakin parah. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak mobil-mobil besar yang melintas di jalan tersebut untuk mengangkut aneka barang.

Selama lima tahun tidak penah duperbaiki secara serius, hanya dicangkul-cangkul seperti ini, kata warga. | Dokumentasi Pribadi
Selama lima tahun tidak penah duperbaiki secara serius, hanya dicangkul-cangkul seperti ini, kata warga. | Dokumentasi Pribadi
Mobil-mobil itu --menurut beberapa warga-- mengangkut aneka pasir, ban hingga bebatuan. Beberapa titik diwilayah tersebut memang dijadikan sebagai tempat untuk menggali bahan utama untuk membuat semen. Sejak beberapa tahun terakhir, memang ada pabrik semen yang lumayan besar di daerah Sukabumi.

Salah satu tempat untuk menambang bahan semen dan kapur. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu tempat untuk menambang bahan semen dan kapur. | Dokumentasi Pribadi
Selain mengangkut bahan dasar semen, mobil-mobil besar itu juga mengangkut bahan-bahan dasar untuk pabrik kapur (pengapuran). Ada banyak berderet pengapuran di sepanjang jalan tersebut. Pengapuran yang lebih banyak saya temui di sekitar Kampung Ciembe yang mau ke arah Bojonglopang.

Mobil untuk mengangkut bahan semen. | Dokumentasi Pribadi
Mobil untuk mengangkut bahan semen. | Dokumentasi Pribadi
Meski menjadi salah satu pemicu kondisi jalan semakin parah, namun menurut saya mobil-mobil besar milik beberapa pabrik tersebut tidak dapat disalahkan. Apa pasal? Saat izin operasional pabrik-pabrik itu diterbitkan, seharusnya semua fasilitas infrastruktur mendukung, termasuk jalan.

Tumpukan ban yang digunakan di pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Tumpukan ban yang digunakan di pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Saat ada pabrik/perusahaan baru --terlebih dengan kapasitas yang lumayan besar-- seharusnya kualitas jalan juga ditingkatkan. Jangan jalan yang hanya sanggup menahan beban untuk mobil-mobil penumpang berukuran sedang, dipaksakan untuk digunakan sebagai jalan tronton.

Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Selain cukup mengganggu dan memperlambat jarak tempuh, juga berisiko membahayakan keselamatan pengguna jalan. Berdasarkan obrolan dari beberapa warga, setiap minggu di Desa Padabeunghar tersebut pasti ada tronton yang terguling akibat jalan yang tidak memadai. Beruntung, supir dan penumpang tronton selalu selamat, hanya mobilnya saja yang "luka-luka".

Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Merasa Kurang Diperhatikan

Lokasi kami sebenarnya tidak terlalu di pelosok, namun mengapa seperti kurang diperhatikan pemerintah ya?

Pertanyaan tersebut sempat terlontar dari salah satu mulut warga saat saya mengobrol-ngobrol ringan. Mereka mengatakan selain jalan rusak, fasilitas pendidikan juga seperti dianaktirikan. SDN Leuwipeundeuy yang merupakan SD terdekat di wilayah tersebut juga nyaris roboh dan kekurangan kelas.

SDN Leuwipeundeuy. | Dokumentasi terasberita.co
SDN Leuwipeundeuy. | Dokumentasi terasberita.co
Selain itu, setiap hari pengapuran-pengapuran di wilayah tersebut juga mengeluarkan asap hitam yang cukup mengganggu. Saat saya melintas di dekat pabrik kapur tersebut, pabrik-pabrik itu memang mengeluarkan asap hitam. Asapnya membumbung tinggi menyebar ke mana-mana.

Asap hitam tersebut sepertinya muncul karena pabrik-pabrik itu umumnya menggunakan ban bekas sebagai bahan untuk mengolah kapur. Ban-ban bekas tersebut menumpuk di sekitar tempat pembuatan kapur-kapur itu. Meski menurut warga, ada juga beberapa yang menggunakan batu bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun