Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Aher, Jalan Provinsi Ini kok Rusak Parah?

21 Desember 2017   17:21 Diperbarui: 21 Desember 2017   20:41 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi

Batu beraneka ukuran itu terlihat menyembul, memperlihatkan bentuk aslinya yang beragam. Ada yang kotak, oval, segitiga, hingga bentuk-bentuk lain yang tak terdefinisi. Batu-batu tersebut menghampar disatukan aspal yang kian menipis di sebuah jalan utama di Kabupaten Sukabumi, tepatnya di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Sesuai prediksi, saat angkutan umum yang saya tumpangi melintasi jalan tersebut, badan langsung bergoyang-goyang mengikuti kontur bebatuan yang berjejer. Tas ransel yang hanya saya simpan di pangkuan bahkan hampir terjatuh. Beruntung, salah satu penumpang yang duduk di sebelah dengan sigap membantu menahan.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Penumpang perempuan yang berusia sekitar 50 tahunan tersebut kemudian menyarankan agar saya memegang kuat-kuat tas tersebut, atau mengenakannya di punggung. Ia mengatakan, beberapa meter ke depan akan lebih banyak menemui jalan-jalan bergelombang, bahkan lebih parah dari yang sudah dilalui.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Ternyata memang betul, semakin ke pelosok, jalan yang dilalui semakin tak berbentuk. Hampir setiap titik dari jalan raya tersebut rusak parah, ada yang tinggi sebelah karena amblas, ada yang berbatu-batu, ada yang berlumpur coklat-pekat, ada juga yang berlubang dan digenangi air berwarna keruh.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Menjadi Jalan Alternatif ke Geopark Ciletuh

Jalan rusak sebenarnya bukan hal aneh di tempat nenek saya tinggal. Satu tahun lalu, saya bahkan sempat menuliskannya di Kompasiana dan sempat dijadikan artikel utama. Kini jalan yang pernah saya ceritakan tersebut sudah diperbaiki. Jalan tersebut sudah dibeton dengan mulus.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Namun ternyata lebih jauh ke pelosok sana, jalannya rusak luar biasa. Kagetnya lagi, saat mengobrol dengan warga sekitar, jalan tersebut ternyata masuk ke jalan provinsi. Mungkin itu makanya, perbaikan jalan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sukabumi hanya sampai di titik tertentu --karena sisanya sudah masuk ke jalan provinsi.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Saya kurang paham terkait infrastruktur jalan, namun saya berpikir, jalan yang dikelola pemerintah provinsi seharusnya memiliki kualitas yang jauh  lebih baik dibanding dengan  jalan yang dibangun oleh pemerintah kota atau kabupaten. Selain lebar, juga semestinya mulus dan rata.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Apalagi jalan tersebut menghubungkan beberapa wilayah yang cukup krusial. Berdasarkan keterangan beberapa warga sekitar, jalan tersebut menghubungkan wisatawan dari luar kota Sukabumi yang ingin berwisata ke Geopark Ciletuh. Konon katanya, bila melalui jalan tersebut, jarak tempuhnya ke tempat wisata yang dinobatkan sebagai salah satu world heritage tersebut menjadi lebih dekat karena jalannya tidak terlalu memutar.

Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Jalan di Desa Padabeunghar, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. | Dokumentasi Pribadi
Saya tidak tahu pasti terkait hal tersebut, namun yang pasti saat saya berkunjung ke wilayah tersebut minggu lalu untuk bertakziah ke salah satu keluarga, memang banyak melihat mobil-mobil pribadi yang melintas. Mobil-mobil tersebut umumnya masih kinclong, seperti baru keluar dari showroom.

Banyak mobil besar. | Dokumentasi Pribadi
Banyak mobil besar. | Dokumentasi Pribadi
Sudah Rusak Sejak Lima Tahun Lalu

Berdasarkan obrolan-obrolan ringan dengan beberapa warga, jalan tersebut sudah rusak sejak lima tahun lalu. Namun dua tahun terakhir kondisinya semakin parah. Hal tersebut dikarenakan semakin banyak mobil-mobil besar yang melintas di jalan tersebut untuk mengangkut aneka barang.

Selama lima tahun tidak penah duperbaiki secara serius, hanya dicangkul-cangkul seperti ini, kata warga. | Dokumentasi Pribadi
Selama lima tahun tidak penah duperbaiki secara serius, hanya dicangkul-cangkul seperti ini, kata warga. | Dokumentasi Pribadi
Mobil-mobil itu --menurut beberapa warga-- mengangkut aneka pasir, ban hingga bebatuan. Beberapa titik diwilayah tersebut memang dijadikan sebagai tempat untuk menggali bahan utama untuk membuat semen. Sejak beberapa tahun terakhir, memang ada pabrik semen yang lumayan besar di daerah Sukabumi.

Salah satu tempat untuk menambang bahan semen dan kapur. | Dokumentasi Pribadi
Salah satu tempat untuk menambang bahan semen dan kapur. | Dokumentasi Pribadi
Selain mengangkut bahan dasar semen, mobil-mobil besar itu juga mengangkut bahan-bahan dasar untuk pabrik kapur (pengapuran). Ada banyak berderet pengapuran di sepanjang jalan tersebut. Pengapuran yang lebih banyak saya temui di sekitar Kampung Ciembe yang mau ke arah Bojonglopang.

Mobil untuk mengangkut bahan semen. | Dokumentasi Pribadi
Mobil untuk mengangkut bahan semen. | Dokumentasi Pribadi
Meski menjadi salah satu pemicu kondisi jalan semakin parah, namun menurut saya mobil-mobil besar milik beberapa pabrik tersebut tidak dapat disalahkan. Apa pasal? Saat izin operasional pabrik-pabrik itu diterbitkan, seharusnya semua fasilitas infrastruktur mendukung, termasuk jalan.

Tumpukan ban yang digunakan di pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Tumpukan ban yang digunakan di pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Saat ada pabrik/perusahaan baru --terlebih dengan kapasitas yang lumayan besar-- seharusnya kualitas jalan juga ditingkatkan. Jangan jalan yang hanya sanggup menahan beban untuk mobil-mobil penumpang berukuran sedang, dipaksakan untuk digunakan sebagai jalan tronton.

Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Selain cukup mengganggu dan memperlambat jarak tempuh, juga berisiko membahayakan keselamatan pengguna jalan. Berdasarkan obrolan dari beberapa warga, setiap minggu di Desa Padabeunghar tersebut pasti ada tronton yang terguling akibat jalan yang tidak memadai. Beruntung, supir dan penumpang tronton selalu selamat, hanya mobilnya saja yang "luka-luka".

Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Asap dari pabrik kapur. | Dokumentasi Pribadi
Merasa Kurang Diperhatikan

Lokasi kami sebenarnya tidak terlalu di pelosok, namun mengapa seperti kurang diperhatikan pemerintah ya?

Pertanyaan tersebut sempat terlontar dari salah satu mulut warga saat saya mengobrol-ngobrol ringan. Mereka mengatakan selain jalan rusak, fasilitas pendidikan juga seperti dianaktirikan. SDN Leuwipeundeuy yang merupakan SD terdekat di wilayah tersebut juga nyaris roboh dan kekurangan kelas.

SDN Leuwipeundeuy. | Dokumentasi terasberita.co
SDN Leuwipeundeuy. | Dokumentasi terasberita.co
Selain itu, setiap hari pengapuran-pengapuran di wilayah tersebut juga mengeluarkan asap hitam yang cukup mengganggu. Saat saya melintas di dekat pabrik kapur tersebut, pabrik-pabrik itu memang mengeluarkan asap hitam. Asapnya membumbung tinggi menyebar ke mana-mana.

Asap hitam tersebut sepertinya muncul karena pabrik-pabrik itu umumnya menggunakan ban bekas sebagai bahan untuk mengolah kapur. Ban-ban bekas tersebut menumpuk di sekitar tempat pembuatan kapur-kapur itu. Meski menurut warga, ada juga beberapa yang menggunakan batu bara.

Fasilitas perbankan di Pasar Pangleseran. | Dokumentasi Pribadi
Fasilitas perbankan di Pasar Pangleseran. | Dokumentasi Pribadi
Ah, prihatin rasanya bila menjadi mereka. Apalagi di sana juga tidak ada fasilitas perbankan. Ada dua minimarket jaringan di wilayah tersebut, namun dua-duanya juga tidak menyediakan mesin ATM. Bila mau menabung atau mengambil uang hasil transferan, harus pergi dulu ke Pangleseran yang memiliki waktu tempuh sekitar 30-45 menit.

Itu pun harus menunggu angkutan umum dengan waktu yang cukup lama. Apalagi dengan jalan yang memprihatinkan. Saya kadang bergidik ngeri. Mengambil uang cukup jauh dengan kondisi jalan yang rusak parah, takut saja ada orang jahat yang membuntuti. Apalagi bila mengambil uang malam-malam. Ah semoga tidak.

Semoga juga pemerintah lebih peduli, melengkapi dan memperbaiki fasilitas yang seharusnya sudah menjadi hak warga. Semoga! Salam Kompasiana! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun