Saat pembukaan famtrip, Walikota Tanjung Pinang Lis Darmansyah mengungkapkan, kedepan Gedung Gonggong akan terus dikembangkan untuk menarik lebih banyak wisatawan. Ia bahkan bercita-cita untuk menjadikan gedung tersebut seperti Opera House di Sidney, Australia.
Selain itu, bila ada acara yang mengundang instansi dari berbagai kota dan provinsi, Pemerintah Kota Tanjung Pinang juga selalu "mewajibkan" para tamu undangan tersebut menginap setidaknya satu malam di Tanjung Pinang. Setelah itu, terserah mau menghabiskan waktu yang tersisa untuk berkunjung ke Batam atau ke Bintan.
Beberapa tahun terakhir, Tanjung Pinang juga kerap menggelar aneka perhelatan untuk menarik banyak kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara. Salah duanya adalah Festival Pulau Penyengat dan Festival Sungai Carang yang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dan Kementrian Pariwisata.
Berbeda dengan ibukota provinsi lain di Indonesia yang umumnya selalu lebih bersinar dibanding kota-kota sekitar yang masih satu provinsi, infrastruktur di Tanjung Pinang memang masih kalah jauh dari Batam. Dulu di Tanjung Pinang tidak ada mall besar seperti diibukota provinsi lain di Indonesia, tidak ada bioskop, apalagi bandar udara.
Bila penduduk ingin berbelanja pakaian yang sedang tren, atau ingin menonton film terkini di bioskop, mereka harus menyebrang lebih dulu ke Batam. Bahkan sempat ada olok-olok, lebih mahal ongkos ke Batam dibanding biaya untuk membeli tiket bioskop. Apalagi untuk sampai di pusat Kota Batam mereka harus menggunakan kapal ferry hingga taksi atau angkutan umum.
Bandar udara juga sudah tersedia. Bahkan bandar udara tersebut kini tidak hanya menghubungkan Tanjungpinang-Batam, atau Tanjung Pinang dan kota-kota besar lain di Indonesia. Namun juga sudah menyediakan penerbangan langsung ke luar negeri, Cina-Tanjung Pinang.