Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menengok Tanjungpinang, Kota dengan "Seribu" Vihara

1 Oktober 2017   06:04 Diperbarui: 1 Oktober 2017   08:05 4371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vihara di Tanjungpinang. | Dokumentasi Pribadi

Apalagi vihara dan kelenteng di Tanjungpinang banyak yang unik. Ada Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang biasa dikenal dengan Vihara 1000 Patung. Setiap akhir pekan vihara ini sangat ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara dari Malaysia dan Singapura.

Vihara 1000 Patung. | Dokumentasi Pribadi
Vihara 1000 Patung. | Dokumentasi Pribadi
Pengunjung umumnya antre berkunjung ke vihara tersebut karena arsitekturnya sangat khas Tiongkok. Bangunan yang ada di vihara tersebut atapnya dibuat melengkung dan dilengkapi hiasan naga, begitupula dengan ornamen lain, seperti batu besar yang dihiasi aksara Cina. Belum lagi tanaman-tanamannya yang identik dengan tumbuhan Negeri Tirai Bambu. Bila tidak menyebutkan lokasi, saat mengunggah foto di vihara tersebut ke media sosial, beberapa teman pasti akan ada yang menyangka kita sedang berada di Negeri Tiongkok.

Ada juga Kelenteng Tien Shang Miao yang sudah berusia 206 tahun. Uniknya kelenteng yang dulu sempat dijadikan tempat tinggal Kapiten Cina Chiao Ch'en tersebut kini ditumbuhi pohon beringin yang lumayan besar. Akar pohon sebesar kepalan tangan manusia dewasa tersebut tumbuh merambat membuat kelenteng tersebut terlihat unik.

Menurut penduduk sekitar, pada akhir pekan atau hari-hari besar tertentu banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kelenteng tersebut. Ada yang hanya sekedar berfoto, ada juga yang memang sekalian beribadah. Meski kondisinya terlihat kurang terawat, namun kelenteng tersebut ternyata masih rutin dijadikan tempat beribadah oleh warga sekitar.

Selain Kelenteng Tien Shang Miao dan Vihara 1000 Patung, ada juga Vihara Avalokitesvara Graha. Konon katanya vihara tersebut merupakan vihara terbesar se-Asia Tenggara. Saat berkunjung ke vihara tersebut, memang terlihat deretan patung yang berjejer rapi seolah menyambut setiap pengunjung.

Kompasianer berfoto dengan biksu Vihara Avalokitesvara Graha | Dokumentasi Kompasiana
Kompasianer berfoto dengan biksu Vihara Avalokitesvara Graha | Dokumentasi Kompasiana
Belum lagi rumpu hijau dan buah naga yang terhampar luas di depan dan kiri-kanan bangunan vihara. Saat berkunjung dengan para Kompasianer beberapa waktu lalu, kami hanya memandang takjub. Tak sanggup rasanya bila harus berkeliling dengan berjalan kaki menyusuri setiap jengkal dari vihara tersebut.

Kami malah lebih tertarik mengobrol dan berfoto bersama dengan sang biksu yang begitu ramah. Selain itu berkeliling di dalam vihara melihat beragam patung, salah satunya Patung Dewi Kuan Yin Phu Sha yang berukuran sekitar 16,8 meter. Patung tersebut sangat mencolok, selain sangat besar --konon katanya terbuat dari tembaga seberat 4o ton dan dilapisi emas 22 karat-- juga karena saatitu sedang ada perayaan. Banyak umat Budha yang saat itu sedang khusu beribadah.

Banyak spot menarik untuk berfoto di Vihara Avalokitesvara Graha. Abaikan modelnya hehe. | Dokumentasi pribadi
Banyak spot menarik untuk berfoto di Vihara Avalokitesvara Graha. Abaikan modelnya hehe. | Dokumentasi pribadi
Toleransi Beragama Sangat Baik

Toleransi beragama di Tanjungpinang memang sangat baik. Meski kental dengan budaya Melayu, tidak ada sentimen bagi ras atau suku tertentu. Para penduduk saling menghormati agama satu sama lain. Tidak ada pemaksaan kehendak karena salah satu suku merasa sebagai penduduk asli atau sebagai ras mayoritas.

Tempat beribadah masing-masing agama juga berdiri dengan megah sesuai dengan kebutuhan dari setiap masing-masing penduduk. Tidak sedikit dari tempat beribadah tersebut yang letaknya berdekatan --misalkan masjid dan vihara yang hanya berjarak beberapa meter, begitupula dengan gereja dan masjid, maupun vihara.

Ah, memang perbedaan itu lebih indah bila dihormati. Apalagi bila dimanfaatkan untuk kemajuan suatu kota. Setuju? Salam Kompasiana! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun