Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Lebih Dekat Pabrik Susu Terbesar di Asia Tenggara

28 Agustus 2017   22:51 Diperbarui: 30 Agustus 2017   11:38 12281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berfoto bersama dengan latar belakang Candi Prambanan. | Dokumentasi Pribadi

Waktu menunjukan pukul 09:00 WIB saat saya dan 91 bunda sampai di Pabrik PT Sari Husada Generasi Mahardika Klaten, Jawa Tengah, Jumat (25/8). Saat tiba di gerbang yang berwarna putih bersih, matahari sudah bersinar cukup terik. Saya sudah was-was, jangan-jangan kami harus berpanas ria berkeliling pabrik seluas 15 hektare tersebut.

Namun ternyata kami diantar bus. Tiga bus yang cukup besar, beriringan berkeliling pabrik mengantar perwakilan ibu-ibu dari seluruh Indonesia yang terpilih sebagai Mombassador SGM Eksplor 2017 --mulai dari Aceh, hingga Sorong Papua. Kami diantar untuk melihat-lihat secara keseluruhan pabrik yang memproduksi susu SGM.

Setelah berkeliling, saya baru tahu pabrik tersebut ternyata tidak sepanas yang dibayangkan. Sinar matahari yang terik, takluk dengan rindangnya pohon yang tumbuh di sekitar bangunan-bangunan besar. Ada ratusan pohon yang berjejer rapi diatas rumput hijau yang menghampar.

Pohon-pohon yang disirami air limbah yang sudah diolah. | Dokumentasi Pribadi
Pohon-pohon yang disirami air limbah yang sudah diolah. | Dokumentasi Pribadi
Internal Communication PT Sari Husada, Anna Widia Puspitaningrum, mengungkapkan, pabrik susu terbesar se-Asia Tenggara tersebut memang cukup asri. Hampir 70 persen dari total lahan keseluruhan adalah ruang terbuka hijau. Menariknya, pohon dan rumput tersebut dirawat dengan menggunakan air limbah sisa produksi susu --tentu setelah diolah terlebih dahulu.

Air limbah sisa produksi susu tersebut juga dimanfaatkan untuk pengairan perkebunan jagung yang ditanam petani di sekitar pabrik. Saat kami melintasi kebun-kebun tersebut, terlihat pohon-pohon jagung yang tumbuh hijau dengan buah kuning yang menyembul keemasan. Jujur, mata saya sempat terbeliak berkali-kali melihat tanaman yang tumbuh subur berkat air limbah sisa produksi susu.

Suasana pabrik saat kami berkeliling. | Dokumentasi Pribadi
Suasana pabrik saat kami berkeliling. | Dokumentasi Pribadi
Berdayakan Peternak Lokal, Diolah Secara Modern

Mata saya semakin membesar saat berkesempatan mengintip proses pengolahan dan pengemasan susu SGM. Meski hanya melihat dari kaca bening dan tidak masuk ke dalam ruangan secara langsung, saya sangat kagum dengan mesin-mesin yang digunakan produsen susu yang kini bergabung dengan Danone tersebut.

Mesin yang digunakan untuk proses pengolahan dan pengemasan susu sangat canggih. Semuanya serba otomatis, tanpa tersentuh tangan manusia secara langsung sehingga lebih higienies. Bila ada susu yang kelebihan/kekurangan berat akan ketahuan dan tersortir dengan sendirinya. Demikian pula bila susu dikemas tidak sempurna.

Pabrik Sari Husada. | Dokumentasi Pribadi
Pabrik Sari Husada. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu ada kode khusus yang dibuat Sarihusada pada setiap produk susu yang mereka produksi. Mereka juga akan menyimpan setiap sample susu dengan kode yang sama di ruangan khusus selama dua tahun. Sehingga, bila ada keluhan terkait produk itu, akan terlacak dan tertelusur penyebabnya.

Pekerja yang bertugas di pabrik juga menggunakan seragam khusus. Setiap tahapan pengolahan dan pengemasan menggunakan seragam yang berbeda. Sehingga, susu yang dihasilkan lebih higienies. Pengunjung dan pekerja yang tidak berkepentingan juga dilarang masuk ke dalam ruangan pengolahan dan pengemasan.

Anna menuturkan, hal tersebut dikarenakan, susu merupakan produk krusial, apalagi dikonsumsi oleh anak-anak. Sehingga, bila sembarangan orang diperbolehkan masuk dihawatirkan produk tersebut rentan terpapar kuman atau tiba-tiba ada barang kecil yang tak sengaja jatuh dan terkemas ke dalam produk. Meski sebenarnya Sarihusada sendiri memiliki alat khusus x-ray untuk memastikan tidak ada benda lain yang terkemas, selain susu.

Suasana pabrik saat kami berkeliling menggunakan bus. | Dokumentasi Pribadi
Suasana pabrik saat kami berkeliling menggunakan bus. | Dokumentasi Pribadi
Jujur, pengolahan susu SGM yang modern dan higienis membuat saya terkagum-kagum. Maklum, sebelumnya saya termasuk salah satu orang yang memandang sebelah mata merk susu tersebut. Padahal sewaktu kecil dulu, saya termasuk salah satu anak yang mengkonsumsi SGM. Mungkin karena harga produknya yang lebih terjangkau --sekitar setengah, bahkan sepertiga, dari harga susu-susu sejenis.

Bahkan setelah anak saya mencoba susu itu pun --karena bosan dengan produk susu yang sudah dikunsumsi selama lima tahun terakhir, saya masih belum sepenuhnya percaya dengan nutrisi yang terkandung dalam susu SGM. Masa susu bagus harganya murah banget?

Saya ternyata tidak sendiri, ada beberapa yang juga memiliki keraguan yang sama. Saat acara Mombassador 2017 berlangsung, ada bunda yang bertanya. Bila produk SGM berkualitas, mengapa harganya bisa jauh lebih murah dibanding harga-harga susu sejenis? Bukankah ada istilah "ada harga, ada rupa"?

Pabrik Sarihusada. | Dokumentasi Pribadi
Pabrik Sarihusada. | Dokumentasi Pribadi
Ternyata jawabannya cukup mengejutkan. Susu SGM bisa lebih murah karena diproduksi secara massal, sekitar 300 ton per hari, dan memiliki tujuan mulia untuk menyediakan nutrisi bangsa yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga marjin untuk keuntungan ditekan sekecil mungkin.

Saya baru tahu, ternyata saat pertama kali didirikan dengan nama NV Saridele pada 14 Agustus 1954 oleh Pemerintah Indonesia dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), tujuan diproduksi susu SGM memang untuk menunjang kecukupan protein nasional. Saat itu meski sudah sembilan tahun menyecap kemerdekaan, ternyata masih banyak anak-anak Indonesia yang mal nutrisi.

Marketing Manager SGM, Immanuel Sembiring, saat menjelaskan produk-produk SGM. | Dokumentasi Pribadi
Marketing Manager SGM, Immanuel Sembiring, saat menjelaskan produk-produk SGM. | Dokumentasi Pribadi
Menurut Marketing Manager SGM, Immanuel Sembiring, perusahaan tersebut bahkan pernah membuat susu yang dikemas seadanya --tanpa merk, tanpa branding apapun. Alasannya, tentu saja agar harga susu itu jauh lebih terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Namun ia menegaskan, meski harganya lebih terjangkau, produk-produk susu tersebut tetap diperlakukan dengan baik dan spesial. Bahkan penelitian untuk mengembangkan susu tersebut dilakukan oleh lebih dari 400 peneliti yang tersebar di tiga negara, yakni Belanda, Singapura dan Indonesia.

Sebelum diditribusikan, susu-susu SGM juga harus lolos 14 parameter --padahal secara nasional hanya ditetapkan lima parameter. Susu tersebut harus lolos dari indikator kualitas, indikator kehigienisan, dan indikator patogen, seperti Salmonella, Listeria monocytogenes, Eschericia coli, Clostridium perfringen, dan Enterobacter sakazakii yang beberapa tahun lalu sempat heboh, karena berdasarkan penelitian dari Peneliti IPB, ada beberapa susu yang mengandung bakteri berbahaya tersebut.

Suasana saat perkenalan awal di Green Host Hotel Yogyakarta. | Dokumentasi Pribadi
Suasana saat perkenalan awal di Green Host Hotel Yogyakarta. | Dokumentasi Pribadi
Selain itu, produk-produk SGM juga tidak menggunakan bahan pengawet. Agar susu dapat bertahan lebih lama, SGM menggunakan nitrogen yang lebih aman dikonsumsi. Itu makannya, kemasan SGM menggelembung saat belum dibuka. Gas nitrogen itulah yang membuat produk bertahan lebih lama.

Selain itu, untuk memastikan tidak akan ada produk susu SGM yang dijual kepada konsumen melewati batas kadaluarsa yang sudah ditentukan, tiga bulan sebelum masa kadaluarsa, produk-produk SGM akan ditarik dari pasaran. Ah, mata saya jadi terbuka lebar, produk yang bagus ternyata tidak melulu harus berharga mahal.

Saya dan teman-teman satu kelompok saat membuat program untuk peberdayaan masyarakat. | Dokumentasi Pribadi
Saya dan teman-teman satu kelompok saat membuat program untuk peberdayaan masyarakat. | Dokumentasi Pribadi
Membuat Simulasi Program Pemberdayaan Masyarakat

Saya merasa beruntung terpilih menjadi salah satu Mombassador SGM Eksplor 2017. Selama tiga hari (24-26/8), saya berkesempatan bertemu dengan bunda-bunda hebat dari seluruh Indonesia. Menariknya, mereka bukan hanya kumpulan ibu rumah tangga, maupun ibu bekerja, namun juga bunda-bunda yang sangat peduli dengan nutrisi dan tumbuh kembang anak.

Sesuai dengan nama program, kegiatan tersebut merupakan program tahunan yang diadakan oleh produsen susu SGM Eksplor, PT Sari Husada Generasi Mahardika. Saya dan teman-teman termasuk angkatan ke lima. Jujur, saya tidak terlalu banyak berharap untuk terpilih. Selain tidak "hapal mati" produk-produk Sari Husada Generasi Mahardika, saya juga bukan ibu-ibu yang aktif di kegiatan sosial seperti Posyandu dan PKK. Saya lebih suka jalan-jalan dan menulis --membagikan sedikit wawasan yang saya punya.

Head of Connection SGM Naomi Jamarro (Kanan) bersama bunda-bunda yang sukses berkontribusi memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. | Dokumentasi Pribadi
Head of Connection SGM Naomi Jamarro (Kanan) bersama bunda-bunda yang sukses berkontribusi memberikan manfaat pada masyarakat sekitar. | Dokumentasi Pribadi
Namun saya memang cukup aktif di fan page Aku Anak SGM. Saya suka membaca komentar-komentar interaktif antara admin fan page tersebut dengan para anggota yang umumnya ibu-ibu pelanggan susu SGM. Ada banyak ilmu yang bisa didapat, mulai dari bagaimana cara mengatasi anak yang "mogok" makan, mengatasi alergi, hingga cara mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

Apalagi katanya seluruh admin fan page tersebut adalah ibu-ibu yang sangat paham dengan nutrisi dan tumbuh kembang anak. Sebagian dari mereka bahkan berprofesi sebagai bidan dan ahli gizi. Sehingga, pendapat dari mereka untuk kebaikan si buah hati pasti akan sangat membantu.

Jujur, saat pertama bergabung di fan page tersebut, saya bukan pengguna produk SGM. Saya suka bergabung karena memang sangat terbantu dengan informasi-informasi yang mereka sampaikan --terutama sharing dari ibu-ibu yang pernah mengalami kejadian yang sama. Masukan yang nyata seperti itu, lebih mudah diterapkan, dibanding yang hanya sebatas teori.

Saat outbond di depan Candi Lumbung. | Dokumentasi Pribadi
Saat outbond di depan Candi Lumbung. | Dokumentasi Pribadi
Namun ternyata, Mombassador SGM Eksplor memang tidak melulu harus pengguna fanatik SGM Eksplor. Selama peduli dan tergerak untuk meningkatkan nutrisi bangsa, kita bisa mengajukan diri untuk bergabung.

Acara Mombassador SGM Eksplor 2017 sebenarnya lebih banyak berinteraksi dengan bunda-bunda hebat. Ada banyak permainan yang disajikan. Kami melakukan outbound di Kawasan Candi Prambanan --tepatnya di depan Candi Lumbung, setelah sebelumnya makan siang di Rama Shinta Garden Resto.

Namun sesuai program acara yang menitik beratkan kepada nutrisi, permainan yang disajikan adalah permainan yang mengasah wawasan peserta terkait nutrisi. Ada banyak jebakan-jebakan yang bila tidak mengetahui lebih lanjut akan mengurangi poin yang sudah didapatkan peserta. Namun karena namanya juga permainan, kalah-menang bukan masalah, yang penting wawasan bertambah.

Berfoto bersama dengan latar belakang Candi Prambanan. | Dokumentasi Pribadi
Berfoto bersama dengan latar belakang Candi Prambanan. | Dokumentasi Pribadi
Kegiatan yang menurut saya paling menarik adalah perlombaan membuat program pemberdayaan masyarakat. Saya dan kelompok saat itu membuat proposal untuk program "Bunda Melek Gizi". Program tersebut menitikberatkan pada edukasi agar bunda-bunda di daerah pinggiran lebih pintar memilih penganan yang bergizi dengan harga yang terjangkau.

Selama ini tidak sedikit anak yang kekurangan gizi karena sang bunda salah memilih makanan. Beberapa bunda masih menganggap, makanan bergizi itu harus mahal. Padahal sebenarnya makanan bergizi tersebut bisa dibeli dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk mendapatkan protein tinggi misalkan, bisa didapat dari tahu atau tempe yang harganya bahkan lebih murah dibanding sebungkus mie instan.

Saat gala dinner di Sekar Kedaton. | Dokumentasi Pribadi
Saat gala dinner di Sekar Kedaton. | Dokumentasi Pribadi
Demikian juga dengan asupan vitamin c. Tak perlu mahal-mahal membeli kiwi atau strawberi, cukup dengan sebuah pepaya, asupan vitamin c bisa terpenuhi. Harga pepaya jauh lebih murah, bahkan di kampung-kampung tertentu bisa didapatkan secara gratis saking melimpahnya.

Dengan adanya wawasan yang lebih baik terkait variasi makanan yang mengandung nutrisi tinggi --dengan harga jauh lebih terjangkau, diharapkan tidak ada lagi anak-anak yang mal nutrisi. Namun sayang, proposal yang disusun sepenuh hati tersebut gagal  meraih simpati juri. Mungkin karena lebih banyak program-program  pemberdayaan masyarakat yang jauh lebih baik, yang dibuat oleh kelompok lain.

Kompasianer Muslifa Aseani (Paling kiri-belakang). | Dokumentasi Pribadi
Kompasianer Muslifa Aseani (Paling kiri-belakang). | Dokumentasi Pribadi
Reuni Teman Kuliah, Hingga Jumpa Kompasianer

Berkunjung dari Batam, Kepulauan Riau, ke Yogyakarta secara gratis, menginap di tempat shooting film AADC 2 tanpa biaya, sebenarnya sudah berkah tersendiri. Namun yang lebih menyenangkan pada acara tersebut adalah bisa bertemu dengan teman kuliah yang sudah terpisah selama 13 tahun. Jadi seperti reunian gratis.

Selain itu juga bisa bertemu dengan Kompasianer Muslifa Aseani yang selama ini hanya bertegur sapa di K+250, atau membaca tulisan dan melihat foto-fotonya, baik melalui Kompasiana maupun media sosial. Kompasianer tersebut mewakili Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Saat para Mombassador SGM Eksplor Batch 5 resmi dikukuhkan. | Dokumentasi Fan Page Aku Anak SGM
Saat para Mombassador SGM Eksplor Batch 5 resmi dikukuhkan. | Dokumentasi Fan Page Aku Anak SGM
Kegiatan tersebut sangat menarik, apalagi pada puncak acara kami juga diberikan kain batik yang dijadikan simbol sebagai resminya kami bergabung sebagai Mommbassador. Kain tersebut diberikan oleh Head of Connection SGM Naomi Jamarro. Sehingga, meski acara sudah berlalu, namun peran kami untuk membantu meningkatkan kesadaran nutrisi bangsa masih diharapkan --sekecil apapun itu. Ah, seandainya semua produsen susu seperti itu. Salam Kompasiana! (*)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun