Namun sesuai program acara yang menitik beratkan kepada nutrisi, permainan yang disajikan adalah permainan yang mengasah wawasan peserta terkait nutrisi. Ada banyak jebakan-jebakan yang bila tidak mengetahui lebih lanjut akan mengurangi poin yang sudah didapatkan peserta. Namun karena namanya juga permainan, kalah-menang bukan masalah, yang penting wawasan bertambah.
Selama ini tidak sedikit anak yang kekurangan gizi karena sang bunda salah memilih makanan. Beberapa bunda masih menganggap, makanan bergizi itu harus mahal. Padahal sebenarnya makanan bergizi tersebut bisa dibeli dengan harga yang sangat terjangkau. Untuk mendapatkan protein tinggi misalkan, bisa didapat dari tahu atau tempe yang harganya bahkan lebih murah dibanding sebungkus mie instan.
Dengan adanya wawasan yang lebih baik terkait variasi makanan yang mengandung nutrisi tinggi --dengan harga jauh lebih terjangkau, diharapkan tidak ada lagi anak-anak yang mal nutrisi. Namun sayang, proposal yang disusun sepenuh hati tersebut gagal  meraih simpati juri. Mungkin karena lebih banyak program-program  pemberdayaan masyarakat yang jauh lebih baik, yang dibuat oleh kelompok lain.
Berkunjung dari Batam, Kepulauan Riau, ke Yogyakarta secara gratis, menginap di tempat shooting film AADC 2 tanpa biaya, sebenarnya sudah berkah tersendiri. Namun yang lebih menyenangkan pada acara tersebut adalah bisa bertemu dengan teman kuliah yang sudah terpisah selama 13 tahun. Jadi seperti reunian gratis.
Selain itu juga bisa bertemu dengan Kompasianer Muslifa Aseani yang selama ini hanya bertegur sapa di K+250, atau membaca tulisan dan melihat foto-fotonya, baik melalui Kompasiana maupun media sosial. Kompasianer tersebut mewakili Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H