Saat kita berbelanja di pasar tradisional, kita tidak hanya membantu menopang perekonomian para pedagang yang berjualan di pasar tersebut, akan tetapi juga secara tidak langsung membantu meningkatkan kesejahteraan para nelayan, peternak, maupun petani yang memasok produk mereka secara langsung kepada pedagang.
Beberapa waktu lalu saya sempat mengobrol dengan beberapa pedagang di pasar dekat rumah. Pedagang tersebut mengatakan, untuk ikan dan aneka seafood mereka membeli langsung dari nelayan. Ada beberapa nelayan yang memang biasa menjual hasil tangkapan mereka kepada para pedagang tersebut.
Itu makanya mungkin, ikan, sotong, kerang, kepting, dan udang yang dijual di pasar tradisional Kota Batam selalu terlihat lebih segar. Untuk kepiting malah ada beberapa pedagang yang menjual dengan kondisi masih hidup. Sehingga, saat dimasukan ke dalam kantong kepiting tersebut masih merayap-rayap.
Bagi saya pribadi – jujur, tujuan berbelanja di pasar tradisional bukan untuk membantu para pedagang ataupun nelayan. Saya berbelanja di tempat tersebut karena ada beragam manfaat yang saya dapatkan. Salah satunya adalah bisa mendapatkan ikan, daging ayam dan sapi, udang, kerang, maupun sotong dengan kondisi yang lebih segar.
Kesenangan lain berbelanja di pasar tradisional adalah bisa sepuasnya membelanjakan uang logam. Saat awal-awal pindah ke Batam saya tidak suka uang koin. Setiap kali mendapat uang logam, langsung saya masukan ke kaleng bekas susu. Alhasil setelah enam tahun berlalu uang receh saya sudah beranak-pinak hingga beberapa kaleng susu.
Dua bulan lalu saya punya ide untuk menghabiskan uang pecahan Rp100 hingga Rp1.000 tersebut, yakni berbelanja ke banyak pedagang di pasar tradisional dengan nominal mulai Rp5.000 hingga Rp15.000. Awalnya saya deg-degan mereka tidak mau menerima uang receh saya, namun diluar dugaan mereka malah senang mendapat uang logam. Katanya untuk kembalian.
Dulu – karena malas repot, saya biasa membeli bumbu masak dan sayuran sekaligus dari satu pedagang. Itu makanya saya sempat terbiasa berbelanja di kios besar yang menjual beragam barang cukup lengkap. Sekarang saya lebih memilih berbelanja di lapak kecil. Saat melihat ada pedagang yang melamun karena belum ada pembeli akibat bumbu dapur atau sayuran yang dijual sedikit dengan jenis yang terbatas, saya biasanya berbelanja di pedagang tersebut – dengan catatan, barang yang dijual kwalitasnya memang bagus.
Sebelum pasar tradisional semakin digerus zaman, ada baiknya pemerintah mulai menetapkan Hari Pasar Rakyat Nasional. Jangan sampai, saat pasar tradisional tidak lagi eksis atau semakin terpuruk karena terpinggirkan pasar modern, kita baru sadar pentingnya pasar tradisional untuk melengkapi kehidupan sebuah kota. Terlebih banyak profesi yang bergantung pada kelangsungan pasar tradisional, mulai dari petani, peternak, hingga nelayan.Â