Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batam, Kota Terluar dengan Fasilitas Terdepan

10 November 2016   11:27 Diperbarui: 10 November 2016   19:01 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dok ATB/Kondisi Batamcentre saat ini."][/caption]

Berstatus sebagai daerah terluar Indonesia, tak serta merta menjadikan Batam, Kepulauan Riau, sebagai daerah tertinggal. Kota yang berbatasan langsung dengan Singapura tersebut justru menjadi salah satu kontributor pembangunan ekonomi nasional. Meski sedikit melambat dibanding 2014, laju pertumbuhan ekonomi Batam tetap tinggi. Berdasarkan data yang dirilis Antara, laju pertumbuhan ekonomi kota yang dipimpin HM Rudi tersebut mencapai 6,02 persen pada 2015 lalu, jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang masih diangka 4,79 persen.

Sebelum era 1970-an, tidak ada yang menyangka bila Batam akan tumbuh menjadi salah satu kawasan industri terkemuka di Asia Pasifik. Pasalnya sebelum pemerintah pusat membangun Batam melalui Otorita Batam (BP Batam), kota berbentuk kalajengking tersebut nyaris tanpa penghuni. Jangankan rumah sakit, jalan beraspal saja hampir tidak ada.

Meski tidak mudah, secara bertahap pemerintah pusat mulai membangun Batam. Pemerintah tidak hanya membuat jalan beraspal yang mulus dan lebar, namun juga menyediakan infrastruktur listrik dan air yang mumpuni. Otoritas saat itu sepertinya sangat sadar, tanpa air dan listrik yang cukup, mustahil sebuah wilayah dapat tumbuh dengan baik.

Alhasil bila awalnya Batam gelap gulita tanpa listrik, saat ini kota tersebut sudah memiliki energi listrik hingga 373 MW. Bahkan listrik tersebut kini tidak hanya menerangi Pulau Batam dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, namun sudah mampu membantu pasokan listrik di Pulau Bintan yang hingga saat ini masih defisit.

Begitupula dengan air bersih. Meski tak memiliki mata air, sungai maupun danau, tak membuat pemerintah pusat patah arang untuk membangun Batam. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pemerintah akhirnya membangun enam waduk, yakni Sei Harapan dengan volume 3.600.000 m3, Sei Ladi 9.490.000 m3, Mukakuning 12.270.000 m3, Nongsa 720.000 m3, Duriangkang 78.180.000 m3, dan Baloi 270.000 m3 – namun saat ini Waduk Baloi sudah tidak lagi digunakan karena tidak lagi ekonomis diolah sebagai air bersih akibat pencemaran lingkungan yang cukup parah.

[caption caption="Dok BP Batam/Kondisi Batamcentre tempo dulu."]

[/caption]

Transportasi Mudah dan Terjangkau

Bila dibandingkan dengan kota lain yang berada di ujung Indonesia, transportasi menuju Batam sangat mudah dan murah. Hal tersebut dikarenakan sejak 1974 sudah dibangun Bandar Udara (Bandara) Hang Nadim. Sehingga, meski Batam dikelilingi oleh laut, tetap terhubung dengan kota lain.

Bandara yang memiliki run way terpanjang di Indonesia tersebut memang menyediakan penerbangan hampir ke seluruh kota di Indonesia, mulai dari Batam-Jakarta-Batam, Batam-Medan-Batam, Batam-Padang-Batam, Batam-Bandung-Batam, hingga Batam-Yogya-Batam. Bahkan sejak 1 Januari 1994, Bandara Hang Nadim sudah melayani rute internasional.

Mudahnya akses transportasi dari dan menuju Batam membuat biaya perjalanan dari dan menuju Batam cukup terjangkau. Untuk perjalanan Batam-Jakarta-Batam – pergi dan pulang, terkadang kita hanya perlu mengeluarkan uang transportasi kurang dari Rp1 juta bila menggunakan pesawat kelas ekonomi.

Selain Bandara yang mumpuni, Batam juga dilengkapi dengan empat pelabuhan ferry internasional, yakni Sekupang International Ferry Terminal, Batam Center International Ferry Terminal, Nongsa Pura International Ferry Terminal, dan Waterfront International Ferry Terminal.

Empat pelabuhan tersebut memungkinkan perjalanan Batam-Singapura-Batam dan Batam-Malaysia-Batam lebih mudah dan hemat. Berkat infrastruktur tersebut, perjalanan Batam-Singapura hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit dengan biaya kurang dari Rp300.000 untuk perjalanan pergi dan pulang. Sementara perjalanan Batam-Malaysia memerlukan waktu sekitar 90 menit dengan tiket pergi-pulang kurang dari Rp1 juta.

Hanya saja, meski transportasi antar kota dan antar negara cukup mudah, justru transportasi dalam kota yang sedikit terseok – terutama untuk transportasi umum masal. Angkutan umum masal di Batam masih terbatas dan belum menjangkau seluruh wilayah. Selain itu, tidak ada standarisasi jalur angkutan umum masal, sehingga mereka suka-suka lewat jalur mana saja yang penting tujuannya sama. Angkutan umum Bengkong-Mukakuning misalkan, terkadang lewat Mega Mall, terkadang lewat Simpang Frangky, terkadang juga lewat Sukajadi. Alhasil bagi pelancong atau pendatang sedikit membingungkan.

Pemerintah Kota Batam memang sudah mulai menyiapkan angkutan umum masal berupa Trans Batam – mirip dengan Trans Jakarta, namun sayang jumlahnya masih sangat sedikit. Selain itu, jalur yang dlalui juga sangat terbatas – belum mewakili seluruh titik di Kota Batam.

Transportasi masal yang masih sangat terbatas, alhasil membuat masyarakat lebih memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Oleh karena itu, tidak heran pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi di Batam cukup tinggi. Sepanjang 2015, ada pertambahan 85.407 unit kendaraan baru di Batam.

Berdasarkan Ditlantas polda Kepri yang dirilis batamnews.co.id, setiap hari ada 765.931 kendaraan yang melaju di jalanan Batam. Padahal Batam kota kecil yang terisolir dari kota lain. Sehingga, berapapun jumlah kendaraan di Batam akan berputar di jalan-jalan itu saja. Oleh karena itu tak heran bila pada jam-jam tertentu – umumnya pagi dan sore hari, jalanan di Batam padat merayap.

Meski cukup banyak taksi bertebaran di Kota Batam, masyarakat sepertinya enggan untuk menggunakan kendaraan umum tersebut setiap waktu. Hal tersebut dikarenakan tarif taksi cukup tinggi. Bayangkan, untuk jarak tempuh dua hingga tiga kilometer saja kita harus merogoh kocek hingga Rp50.000.

Sebenarnya sudah banyak desakan agar Pemerintah Kota Batam mulai membenahi transportasi umum masal. Sehingga, kota yang berpenduduk sekitar 1 juta jiwa ini tidak lagi sesak oleh kendaraan pribadi. Namun sepertinya perlu waktu untuk membenahi semuanya seperti yang diharapkan masyarakat.

[caption caption="Dok ATB/Jalan mulus dan lebar."]

[/caption]

Jalan Mulus dan Lebar

Berkendara di Kota Batam sangat menyenangkan. Hal tersebut dikarenakan jalanan di kota tersebut umumnya mulus dan lebar. Jalanan utama di Kota Batam setidaknya memiliki empat ruas, dua ruas untuk lajur kanan, dan dua ruas lagi untuk lajur kiri. Terkadang untuk jalanan tertentu, malah ada yang memiliki enam lajur, tiga lajur untuk jalur kanan, dan tiga lajur lagi untuk jalur kiri. Sehingga, saat berkendara tidak begitu khawatir adu kambing antar kendaraan. Berdasarkan situs resmi Pemerintah Kota Batam, saat ini jalan di Batam setidaknya sudah mencapai 1.089,08 kilo meter.

Jalan di Batam sepertinya akan terus bertambah. Apalagi saat ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan (Kemenpupera) sedang menggesa jembatan layang atau flyover di Simpang Jam. Flyover tersebut diperkirakan akan selesai akhir 2017 mendatang.

Selain jembatan layang, Kemenpera juga memperlebar beberapa ruas jalan di Batam, salah duanya adalah di sekitaran Nagoya dan daerah Sei Panas-Batamcentre. 

Hanya saja, meski memiliki jalanan luas dan sangat mulus, jalanan di Batam umumnya tidak di lengkapi trotoar. Baru beberapa jalan utama saja yang sudah dilengkapi pedestarian, salah tiganya seperti di Engku Putri, Nagoya, dan sebagian Simpang Jam. Jalan-jalan utama lain masih berbentuk tanah yang ditumbuhi rumput. Terkadang agak ngeri juga bila melihat pejalan kaki yang berjalan di sekitar jalan utama, khawatir terserempet kendaraan.

[caption caption="Dok ATB/Pelabuhan Internasional Batamcentre."]

[/caption]

Fasilitas Lengkap

Selain jalan dan transportasi yang cukup baik, fasilitas lain di Kota Batam juga cukup lengkap. Fasilitas pendidikan mulai dari playgroup hingga perguruan tinggi yang menawarkan pendidikan hingga jenjang pasca sarjana sudah tersedia. Berdasarkan buku Development Progress of Batam yang diterbitkan BP Batam, saat ini Batam setidaknya memiliki 373 TK, 324 SD, 129 SMP, 81 SMA/SMK, dan sembilan perguruan tinggi.

Begitupula dengan fasilitas kesehatan. Batam memiliki 64 Puskesmas, 14 rumah sakit, 83 rumah bersalin, 111 apotek, 148 toko obat, dan 193 balai pengobatan. Sehingga bila ada warga yang sakit tak perlu repot pergi ke kota lain, cukup memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah ada.

Pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik sandang, papan, maupun pangan juga mudah. Masyarakat tidak perlu was-was atau khawatir tidak mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan. Hal tersebut dikarenakan Batam memiliki 24 pusat perbelanjaan dan 40 pasar. Tinggal pilih saja mau berbelanja dimana.

Oleh karena itu, meskin berlokasi cukup jauh dari Ibukota Republik Indonesia, harga-harga bahan makanan cukup stabil. Begitupula dengan pakaian dan bahan-bahan untuk membangun properti. Selain mudah didapat, harganya juga masih masuk akal dan terjangkau masyarakat.

[caption caption="Dok ATB/Salah satu pusat perbelanjaan di BATAM."]

Yuk, Bantu Pemerintah Lesatkan Kota

Batam sedikit berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Bila daerah lain hanya memiliki wali kota atau bupati untuk mengelola kota atau kabupaten, Batam memiliki dua otoritas – yakni Pemerintah Kota dan BP Batam yang merupakan perpanjangan tangan pusat untuk mengelola bidang tertentu.

Dua otorisasi tersebut jugalah yang mungkin membuat Batam lebih melesat dibanding kota lain di Indonesia. Ada dua otorisasi berarti ada dua pemasukan untuk membangun kota, satu dari APBD melalui Pemerintah Kota Batam, dan satu dari APBN melalui BP Batam. Namun sayang, dua otorisasi yang seharusnya bermitra tersebut terkadang bergesekan. Padahal bila lebih kompak membangun Batam, pasti akan lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat.

Selain itu, agar kota yang kita tinggali semakin tumbuh baik, jangan hanya diam melihat pemerintah membangun kota. Ada baiknya kita ikut membantu, salah satunya dengan menjaga dan memanfaatkan infrastruktur yang sudah susah payah dbuat oleh pemerintah dengan baik. Yuk, ah menjadi masyarakat yang lebih dewasa dengan mendukung pembangunan yang djalankan pemerintah. Salam Kompasiana! (*)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun