Musa mengatakan, untuk mengurangi biaya, beberapa tahun belakangan ini panitia juga mengurangi jumlah peserta. Bila biasanya jumlah peserta terbanyak untuk satu tim mencapai 12 orang, kini peserta terbanyak hanya sembilan orang. Hal tersebut dikarenakan, semakin banyak anggota dalam satu tim, semakin besar pengeluaran. Oleh karena itu, panitia berinisiatif mengurangi jumlah anggota tim.
Saat mengobrol ringan dengan beberapa panitia – termasuk dengan Musa, saya sempat menanyakan, apakah sudah ada dukungan dana dari pemerintah, panitia serempak mengatakan sudah ada bantuan dana dari pemerintah – tepatnya dari Pemerintah Kota Batam. Namun saya tidak menanyakan lebih jauh berapa bantuan dana yang dikucurkan pemerintah untuk acara tersebut.
Apalagi modal yang harus dikeluarkan peserta cukup besar. Bila hadiahnya lebih banyak, mungkin peserta yang berpartisipasi akan semakin banyak. Menurut panitia, hadiah yang ditawarkan kepada peserta bervariasi. Namun hadiah terbesar diberikan kepada Juara I untuk Sampan Layar Awak 9 sebesar Rp6 juta.
Sehingga tinggal dipoles sedikit lebih menarik lagi, pasti acaranya akan semakin meriah. Apalagi ini diadakan untuk memperingati HUT RI, terlebih lagi diadakan di pulau terluar, hanya beberapa meter dari Singapura.
Selain lomba perahu layar, masyarakat Belakang Padang juga memeriahkan HUT RI dengan mengadakan karnaval hingga jalan santai. Acara tersebut diadakan satu hari sebelum peringatan hari kemerdekaan. Sayang saya tidak sempat melihat secara langsung karnaval tersebut.Â
Saya hanya sempat berfoto di gapura yang sudah dihias sedemikian rupa oleh masyarakat Pulau Penawar Rindu. Mudah-mudahan tahun depan saya bisa lebih merasakan kemeriahaan HUT RI di Belakang Padang. Salam Kompasiana! (*)