Berlakukan Sistem 2/3/2
Agar dapat tetap survive selama El Nino, ATB mengurangi jumlah produksi di Dam Sei Harapan. Awalnya ATB mengurangi jumlah produksi air baku selama 30 persen, tanpa menghentikan produksi di lima Instalasi Pengolahan Air (IPA). Saat itu, IPA ATB tetap beroperasi selama 24 jam hanya saja produksi air yang diolah hanya 70 persen.
Setelah dijalankan, program tersebut ternyata tidak sesuai seperti yang diharapkan. Sistem pengurangan produksi tersebut menyebabkan pelanggan tertinggi dan terjauh dari pipa semakin kesulitan mendapatkan suplai air bersih. Oleh karena itu, setelah dijalankan selama 10 hari, ATB mengubah sistem penghematan air baku.
ATB kemudian melakukan penghematan air baku dengan meng-offkan IPA Sei Harapan selama dua hari setiap Kamis dan Minggu. Sehingga IPA Dam Sei Harapan hanya beroperasi dan menyuplai air kepada pelanggan setiap Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu.Â
Penghentian suplai air yang dilakukan setiap Minggu ternyata sedikit memberatkan pelanggan. Hal tersebut dikarenakan setiap Minggu pelanggan umumnya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Oleh karena itu, berdasarkan masukan dari anggota DPRD Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) yang saat itu melakukan jaring pendapat ke ATB, jadwal rationing diubah menjadi Rabu dan Minggu.
ATB harus beberapa kali mengubah sistem rationing karena hal tersebut baru pertama kali dilakukan sepanjang beroperasi di Pulau Batam. Sehingga, ATB tidak memiliki gambaran ideal bagaimana seharusnya rationing dilakukan. Meski demikian, water ratioing yang diberlakukan ATB hingga akhir Desember 2015 berjalan dengan baik.
Ajak Pelanggan Lebih Hemat Air
Untuk meminimalisir dampak rationing, ATB juga melakukan edukasi kepada pelanggan agar menampung air seperlunya. Edukasi tersebut dilakukan dengan melakukan sosialisasi melalui edukasi hemat air di berbagai kesempatan, seperti talkshow radio, informasi di surat kabar, hingga melakukan edukasi secara langsung di jalan raya utama Kota Batam.
Selain menghimbau pelanggan untuk lebih menghemat air, ATB juga meminta agar pelanggan yang berlokasi lebih dekat dan lebih rendah dari  IPA untuk bertoleransi dengan menampung air seperlunya sehingga pelanggan yang berlokasi lebih tinggi dan lebih jauh dari IPA dapat lebih cepat menikmati air bersih.
Awalnya mengajak pelanggan bertoleransi memang tidak mudah, apalagi ada ketakutan dari pelanggan, mereka tidak bisa mendapatkan air yang cukup untuk konsumsi sehari-hari. Namun ketakutan tersebut tidak terbukti, seluruh pelanggan ATB yang terdampak rationing tetap mendapatkan suplai air yang memadai – meski dengan waktu suplai yang berkurang.
ATB bahkan menyediakan bantuan suplai air melalui mobil tanki air kepada pelanggan yang tinggal di lokasi dengan elevansi sangat tinggi. Meski jumlah pelanggan tersebut tidak terlalu signifikan, namun ATB tetap memfasilitasi agar mereka tetap mendapatkan suplai air yang cukup.