Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gunakan PMS, Kebocoran Air Lebih Terkontrol

25 November 2015   18:14 Diperbarui: 25 November 2015   18:26 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski tidak murah, investasi tersebut sangat sebanding dengan manfaat yang didapat ATB. Tingkat kebocoran air ATB terus menurun sehingga berpengaruh pada biaya perbaikan kebocoran. Bila sebelumnya ATB harus mengeluarkan biaya 1,8 milliar/bulan, dalam kurun waktu 2013 hingga 2015, hanya mengeluarkan biaya Rp500 juta/bulan untuk biaya perbaikan kebocoran. Itu berarti selama dua tahun terakhir, ATB dapat menghemat biaya kebocoran 1,3 milliar/bulan atau bila di total dapat menyelamatkan dana hingga Rp31,2 milliar selama 24 bulan.

 

“Itu belum termasuk volume air yang kembali terjual ke pelanggan. Selama satu tahun terakhir, ATB mampu menyelamatkan air bersih sekitar 600 m3/bulan. Kebocoran air yang sebelumnya mencapai 1,8 juta m3/bulan, kini perlahan menurun menjadi 1,2 juta m3/bulan. Bila kita pukul rata 1 m3 adalah Rp3.000, berarti per bulan ATB mampu menghemat Rp1,8 milliar/bulan, atau total Rp21,6 milliar selama satu tahun terakhir,” jelasnya.

 

Bila dikalkulasikan biaya penghematan perbaikan kebocoran air dengan volume air yang terjual, ATB dapat mendapat benefit hingga Rp52,8 milliar. Dikurangi biaya investasi logger dan PRV sebesar Rp11 milliar, ATB masih mendapatkan benefeti hingga Rp41,8 milliar.

 

“Penurunan tingkat kebocoran air tidak hanya mengurangi biaya perbaikan akibat kebocoran dan volume kebocoran, namun juga dapat meningkatkan penjualan. Air yang seharusnya terbuang, bisa diterima oleh pelanggan. Sehingga, selain sales meningkat, suplai air kepada pelanggan juga semakin handal,” tegasnya.

 

Benny menuturkan, sistem find and fixed tidak efektif. Sistem tersebut malah memberikan beban kerja yang cukup besar kepada petugas. Menggunakan pressure management system jauh lebih efektif. Selama dua tahun terakhir, kebocoran air ATB terus menurun hingga akhirnya mencapai 13,37 persen.

 

“Untuk pengelolaan tekanan air yang baik, harus ada sistem dan strategi yang baik. Membabi buta memasang alat dilapangan dengan biaya yang cukup besar tidak selalu efektif. Mengaplikasikan manajemen yang tepat bisa lebih mudah mengontrol tingkat kebocoran air. Sudah saatnya perusahaan air minum menggunakan pressure management system agar masalah kebocoran air dapat dilihat secara holistik. ATB sangat welcome bila ada perusahaan air minum yang ingin studi banding bagaimana menerapkan PMS untuk menekan tingkat kebocoran air,” pungkasnya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun