Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Mertua-Menantu, Rentan Friksi?

15 November 2015   03:20 Diperbarui: 15 November 2015   07:57 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teman saya bilang sangat ingin tinggal sendiri dengan keluarga kecilnya. Ia tidak ingin sang mertua hidup bersama dengan mereka. Ia kerap mengungkapkan hal tersebut kepada sang suami, namun si suami biasanya hanya diam. Tidak berkata apa-apa. Mungkin juga bingung karena bagaimanapun si mertua tersebut adalah ibunya.

***

Meski hubungan saya dan mertua cukup baik, saat mertua pensiun dan sempat mewacanakan tinggal lebih lama di Batam agar bisa lebih dekat dengan keluarga besarnya (mertua tinggal di Bogor), saya sempat meminta suami untuk segera mengambil KPR. Maklum rumah yang kami tempati saat ini adalah milik mertua. Saya sempat khawatir akan mengalami konflik mertua-menantu seperti yang dialami beberapa teman bila harus satu rumah dengan mertua. Namun kata-kata suami langsung menyadarkan saya, “Nyokap gue itu cuma punya anak dua, yang tinggal di Batam cuma gue doang, terus nanti kalau kita ngambil KPR dia tinggal sama siapa?”

Deg! Saya sempat merasa berdosa karena berpikir egois. Apalagi ternyata mertua saya hingga sekarang masih menetap di Bogor. Beliau hanya sesekali ke Batam untuk menengok saudara dan orangtuanya yang memang masih lengkap.

Saya juga teringat kondisi saya sebagai anak tunggal. Bila mama saya masih hidup, bukan tidak mungkin beliau juga ingin tinggal bersama kami. Mungkin hanya sekedar untuk bercengkrama dengan cucu, atau karena kondisi fisik dan kesehatan yang mengharuskan ikut sang anak. Kalau bukan kita anaknya yang merawat, siapa lagi?

***

Hubungan antar manusia memang sangat kompleks – hubungan anak-orang tua; suami-istri, tidak terhindar dari friksi, begitupula dengan hubungan mertua-menantu. Tinggal kita yang saling menghormati agar terjalin hubungan yang harmonis. Toh meski tidak terikat darah, mertua-menantu tetap keluarga.

Istri adalah perempuan yang dipilih suami untuk menjadi pendamping hidup. Sang suami pasti ingin wanita yang sudah dipilihnya tersebut diperlakukan dengan baik oleh siapapun – termasuk oleh orangtuanya sendiri.

Begitupula dengan mertua. Beliau adalah orangtua suami yang sudah berjasa (melahirkan) membesarkan, dan medidik suami sehingga kita pilih sebagai pasangan hidup. Sebagai orang yang sudah berjasa dalam hidup, suami pasti ingin orangtuanya dihormati oleh siapapun – termasuk oleh sang istri.

Semoga kita semua bisa menjaga hubungan yang baik dengan siapapun. Amien. Salam Kompasiana! (*)

Ilustrasi foto diambil dari http://www.adelaidenow.com.au

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun