- Menurut saya, berapa besaran santunan yang diberikan anak kepada orangtua tergantung dari sang anak dan orangtua itu sendiri. Ada yang memilih untuk menghitung pengeluaran orangtua setiap bulan, kemudian dibagi rata dengan jumlah anak dari orangtua tersebut. Nah, setiap bulan setiap anak memberikan jumlah uang tersebut sebagai bentuk kepedulian mereka kepada orangtua. Apalagi bila orangtua tidak lagi punya penghasilan tetap, atau kalaupun memiliki penghasilan tetap mungkin tidak cukup untuk mencover kebutuhan sehari-hari.
- Ada juga yang setiap berkunjung memberikan sejumlah uang dengan besaran yang tidak ditentukan. Alasannya, meski bersaudara kandung kondisi finansial setiap orang pasti berbeda. Apalagi orangtua juga tidak meminta atau tidak mewajibkan untuk memberikan uang. Beberapa orangtua memang ada yang enggan menerima pemberian uang dari sang anak. Mereka biasanya selalu bilang, asal ada buat keluarga kecil kalian, kami sudah bahagia. Setelah dipaksa-paksa, atau uang tersebut diberikan dalam bentuk barang, mereka baru mau menerima. Atau mereka menerima uang tersebut, namun saat kita bersalaman untuk berpamitan pulang, biasanya mereka menyelipkan uang dengan jumlah yang sama (bahkan lebih) kepada anak kita. Alasannya hadiah dari nenek/kakek buat cucu tersayang.
- Meski jumlahnya tidak banyak, ada juga orangtua yang mewajibkan anak memberikan “setoran” secara rutin. Katanya mereka diwajibkan menyetorkan sejumlah uang sebagai ganti biaya pendidikan dan biaya “mencari” kerja yang dikeluarkan oleh orangtua.
Saya tidak mau berpolemik mengenai kebiasaan masing-masing anak untuk menyisihkan sebagian rejeki mereka untuk orangtua. Apalagi dalam agama saya - Islam, seorang anak memang wajib menafkahi orangtua bila ia mampu dan orangtua sudah menginjak masa lanjut usia dan tidak lagi memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Namun bagi orangtua – terutama yang mampu, mungkin ada baiknya tidak melihat berapa besar uang yang bisa diberikan sang anak kepada mereka. Bila uang yang diberikan jauh dari harapan, mungkin berdoa saja semoga sang anak diberikan rejeki halal yang berlebih agar bisa memberikan uang yang lebih banyak lagi. Apalagi bila sang anak sudah menikah dan memiliki anak. Mungkin ada keinginan untuk memberi lebih, namun terkendala biaya sekolah anak dan kebutuhan lain yang tak ada habisnya.
Buat orangtua, mungkin ada baiknya tidak membicarakan berapa banyak anak kita memberikan uang setiap bulan kepada orang lain – meskipun itu kerabat sendiri. Khawatir menjadi kecewa seperti nenek yang saya ceritakan diatas. Selain itu, jangan bedakan mereka. Mentang-mentang yang satu rutin memberikan uang dengan jumlah banyak, dan yang lain hanya memberi dengan jumlah sedikit, perlakuan yang diberikan berbeda. Biar bagaimanapun mereka tetap anak-anak Anda.
Ah, semoga kita bisa lebih peduli kepada orangtua kita – orangtua yang membesarkan dan merawat hingga kita bisa mandiri seperti saat ini. Amien! Salam Kompasiana! (*)