Dok Pribadi/Salah satu kelong yang ada di Piayu Laut.
Tadi siang saya bersama beberapa rekan kerja sengaja makan siang agak jauh dari kantor. Kami bertujuh sengaja menyempatkan diri untuk makan seafood di Tanjung Piayu. Awalnya kami akan makan di Kelong Jawa-Melayu yang biasa kami singgahi setiap kali kangen makan aneka olahan laut, namun karena menu di Kelong Melayu sedang tidak lengkap – tidak ada tapis, kerang, dan range yang merupakan makanan favorit kami, akhirnya kami memutuskan untuk makan di kelong sebelah, yakni Kelong Mak Uteh.
[caption id="attachment_363780" align="aligncenter" width="300" caption="Dok Pribadi/Jalan Masuk ke Kelong Mak Uteh."]
Seperti kelong lain yang ada di Piayu Laut, Kelong Mak Uteh menawarkan suasana laut yang khas. Kelong tersebut mengapung di atas laut sehingga kita dapat secara langsung menyentuh air laut, meski tentu saja tidak disarankan untuk menyentuh dan mencipratkan air laut.
Selain dapat mencicipi aneka udang, gong gong, sotong, ikan, kepiting, kerang dan lain-lainnya, kita juga dapat melihat langsung penagkaran ikan, udang, sotong, hingga kepiting. Aneka bahan olahan tersebut disimpan di keramba yang langsung terhubung dengan laut. Sehingga, bila membawa anak kecil dapat menjadi hiburan tersendiri. Kapan lagi lihat udang, sotong, dan kepiting seliweran diatas air laut dengan jumlah yang cukup banyak?
Aneka jenis makanan laut tersebut biasanya dibiarkan begitu saja di sana, nanti bila ada pesanan dari pelanggan, petugas baru akan mengambil udang, sotong, kepiting, hingga kerang. Sehingga, makanan yang dihidangkan lebih segar karena diolah dari aneka bahan yang baru diambil dari laut.
Tak hanya itu, bila ingin melihat bagaimana petugas kelong membersihkan ikan, udang dll, pengunjung dapat mengintip ke tempat penyiangan ikan, udang, kepiting dll. karena tempatnya cukup terbuka dan pengunjung tidak dilarang untuk melihat secara langsung bagaimana mereka menimbang ikan/udang/sotong yang lagi dipesan dan menyianginya.
Berdasarkan cerita-cerita dari petugas penyiang ikan, di Piayu laut tersebut setidaknya ada empat kelong. Pemilik kelong dulu membuka usaha karena nelayan di daerah tersebut selalu mendapatkan ikan yang cukup banyak, namun sedikit sulit memasarkan ikan.
Mak Uteh yang cukup pintar memasak akhirnya berinisiatif untuk membuka usaha kelong. Ia menampung ikan-ikan yang dihasilkan nelayan sekitar, kemudian mengolah dan menjualnya di kelong tersebut. Meski berjarak cukup jauh dari pusat Kota Batam, usaha mak Uteh dan beberapa rekan laris manis. Saat akhir pekan, kepiting yang diolah bisa mencapai 50 kilogram, begitu pula dengan ikan dan lainnya. Wow berapa keuntungan yang didapatkan oleh Mak Uteh setiap bulan ya? Hehe kepo.
Setelah ada kelong-kelong tersebut di Piayu Laut, kehidupan masyarakat sepertinya sedikit lebih meningkat. Mereka ada yang menjadi karyawan di kelong tersebut, ada juga yang mencari ikan dan jelas harus dijual di mana. Apalagi setiap hari, selalu ada tamu bermobil yang mampir ke wilayah mereka.
Jalanan di sekitar kelong yang dulu masih tanah, sekarang sudah mulai disemen. Hanya saja untuk jalan raya, masih tetap ada sekitar beberapa meter yang masih bertanah merah. Mungkin menunggu pemerintah yang berinisiatif membangun jalan aspal ke daerah tersebut.
Padahal bila di seriusi, kelong-kelong tersebut dapat menjadi tujuan wisata. Apalagi setiap akhir pekan banyak pelancong dari Singapura dan Malaysia yang menyempatkan diri berkunjung ke Batam, baik untuk menikmati beragam resort, hingga wisata kuliner dan berbelanja fashion.
Apalagi Mak Uteh bukan pengusaha kelong satu-satunya, persis sebelah kelong yang ia kelola, ada kelong Jawa-Melayu milik kerabatnya. Kelong tersebut juga tidak pernah sepi dari pengunjung. Begitu pula dengan kelong-kelong lain yang ada di sekitar Piayu Laut, tak jauh dari Kelong Mak Uteh dan Jawa-Melayu.
Selain menyajikan makanan menggiurkan, kelong-kelong tersebut juga menawarkan panorama alam yang sangat indah. Persis di seberang kelong tersebut terdapat satu pulau kecil yang sepertinya tidak berpenghuni, bila boleh dimanfaatkan untuk keperluan wisata sepertinya sangat menarik. Namun apakah boleh, apakah itu hutan lindung? Saya kurang tahu =D.
Yup, berkunjung dari satu kelong-ke kelong lain selalu terasa nikmat, apalagi bila harganya tidak mencekik kantung seperti di kelong-kelong yang ada di Piayu Laut. Jadi yuk ah berwisata kuliner dari kelong ke kelong. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H