KESEHATAN
Saat ini pemerintah sudah lebih konsen terkait kesehatan masyarakat dengan mengharuskan seluruh warga negera Indonesia terdaftar di BPJS Kesehatan, maksimal 1 Januari 2015. Itu berarti – diharapkan – tidak ada lagi masyarakat yang tidak terjangkau fasilitas kesehatan.
Mungkin sekarang tinggal memastikan saja agar rumah sakit/klinik/dokter keluarga melayani masayarakat Indonesia dengan baik, cekatan dan cepat sehingga program kesehatan yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan baik.
Saya sempat beberapa kali bertemu pengguna BPJS Kesehatan dan mendapatkan cerita cukup positif. Ada warga Belakang Padang, Batam yang terkena kanker payudara, penderita tersebut dirujuk untuk berobat di Pekanbaru, Riau. Ia diobati tanpa mengeluarkan biaya apapun (kecuali tiket pergi-pulang Batam-Pekanbaru) hingga sembuh.
PENGENDALIAN JUMLAH PENDUDUK
Pengendalian jumlah penduduk cukup berhasil. Program Keluarga Berencana (KB) yang diluncurkan pemerintah berhasil diterima masyarakat. Saat ini pepatah Banyak Anak Banyak Rejeki, patah dengan istilah Dua Anak Cukup.
Jangankan pasangan muda, nenek saya yang sudah sepuh dan berusia 80 tahunan pun langsung mengultimatum saya untuk memasang alat kontrasepsi sesaat setelah saya melahirkan. Beliau mengatakan, lebih baik memiliki anak itu terencana – tidak perlu banyak, yang penting berkualitas.
Apalagi untuk fasilitas kesehatan dan tunjangan anak di instansi pemerintah hanya sampai untuk anak kedua, ketiga dan seterusnya tidak ada tunjangan. Kebijakan tersebut secara tidak langsung membuat para pegawai berpikir lebih matang bila ingin memiliki anak lebih dari dua.
Hanya saja mungkin yang harus menjadi konsen pemerintah adalah penyebaran penduduk yang saat ini belum merata. Ada daerah yang sangat padat, namun juga ada daerah yang masih longgar. Solusinya klise mungkin, yakni pemerataan pembangunan. Bila di daerah yang masih sepi ada lapangan pekerjaan, ada pusat perbelanjaan dan sejenisnya, pasti lambat laun akan di gerumuti penduduk pendatang.
LAPANGAN PEKERJAAN
Saat ini lapangan pekerjaan juga lebih terbuka lebar. Banyak ibu rumah tangga yang menghasilkan uang cukup lumayan dengan berbisnis online, ada juga yang berbisnis MLM. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup banyak menjadi potensi tersendiri untuk membuka pangsa pasar.
Hanya saja seperti yang disinggung oleh DR. Sonny Harry B Harmadi, saat ini lapangan pekerjaan di Indonesia lebih cenderung ke jasa, bukan menghasilkan produk. Mungkin ada baiknya ke depan, dengan SDM yang berlimpah Indonesia mulai membangun perusahaan yang menghasilkan sebuah produk yang dapat dinikmati secara masal oleh warga dunia, seperti halnya Korea Selatan yang membuat samsung, atau Cina yang membuat Oppo.
NANGKRING BARENG
Acara nangkring bareng yang dihelat Kompasiana-BKKBN selama empat jam tersebut disambut sangat antusias oleh Kompasianer. Banyak anggota Kompasianer yang menyempatkan hadir agar dapat bertemu langsung dengan sesama Kompasianer maupun dengan admin, bahkan beberapa ada yang dari Bintan, Kepulauan Riau.
Bagi saya pribadi, acara nangkring bareng tersebut memberi pelajaran tersendiri – yakni harus menyiapkan diri, atau setidaknya tahu sedikit terkait tema yang akan dibahas. Hehe saat ditanya apa singkatan BKKBN saya sempat kebingungan dan tidak tepat menjawab =D. Maklum biasa googling, dan tidak menghapal singkatan-singkatan =).
[caption id="attachment_346784" align="aligncenter" width="450" caption="Dok Pribadi/Berfoto bersama Pak sonny usai menerima hadiah ponsel."]