Dinamika politik tanah air berjalan begitu cepat, berbagai manuver politik dilakukan karena sudah memasuki hari-hari terakhir untuk pendaftaran capres dan cawapres.
Koalisi Prabowo terlihat begitu cair minggu-minggu ini dilihat dari seringnya pertemuan-pertemuan elit partai koalisi. Tapi juga terasa begitu tegang karena masing-masing partai saling menghendaki wakil mereka yang terpilih.
Contoh saja hubungan koalisi yang sudah terbangun mesra antara partai Demokrat dengan Partai Gerindra yang kemungkinan bakal merenggang. Penyebab terganggunya hubungan dekat Demokrat dan Gerindra tersebut tak lain adalah karena Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno sebagai cawapresnya dibanding dengan nama-nama di bawah ini.
1. Abdul Somad
Nama ustad Abdul Somad sempat menjadi pembicaraan yang hangat setelah namanya menjadi salah satu dari hasil Itjima Ulama beberapa waktu lalu. Tapi dalam beberapa kesempatan ustad Abdul Somad tidak terlalu menanggapinya dan juga memberikan penegasan bahwa dia tidak akan maju sebagai cawapres.
Dalam ceramah yang berlangsung pada 6 Agustus 2018 lalu saat Tabligh Akbar di Masjid Raya Sultan Riau. Abdul Somad menolak menjadi cawapres Prabowo. Dalam ceramahnya ia mengungkapkan, "Saya sampai mati jadi ustaz". Artinya ustad Abdul Somad menutup pintu untuk menjadi cawapres Prabowo.
#SomadEffect yang disuarakan oleh Hanum Rais juga ternyata tidak segahar #2019gantipresidennya Mardani Ali Sera. Hanya rame dikomentar-komentar facebook dan youtube saja.
2. Salim Segaf Al Jufri
Ketua Majelis Syuro PKS ini adalah hasil dari rekomendasi Itjima Ulama. PKS tentu sangat berharap Prabowo akan memilih Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapresnya. Tapi ternyata jauh panggang dari api. tentu PKS merasa kecewa dengan pilihan Prabowo.
Rupa-rupanya PKS sudah merasa bahwa Prawobo tidak akan memilih Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapresnya. Bisa kita lihat firasat itu dalam bentuk pantun dari Ketua DPP PKS Aboe Bakar Al Hasby di acara Mata Najwa : "Kuda hitam kuda tunggangan, kuda hitam jadi incaran. Dengan aku kamu pacaran, dengan yang lain kamu jadian." PKS merasa diselingkuhin, rasain.
3. Agus Harimurti Yudhoyono
Nama AHY sempat mencuat dan menguat diminggu-minggu terakhir, setelah SBY menyatakan dukungan kepada koalisi Prabowo. Lobi-lobi terus dilakukan oleh partai Demokrat untuk memajukan AHY sebagai cawapres Prabowo.
Tapi setelah diakukan beberapa kali pertemuan antara SBY dan Prabowo. Jalan untuk menduetkan pasangan Prabowo dan AHY menjadi buntu karena tidak disetujui oleh PKS & PAN.
Sepertinya partai Demokrat akan menjalani masa galau berkepanjangan. Setelah 5 tahun ini hanya bisa menjadi partai oposisi, kemungkinan akan nambah 5 tahun lagi. SBY mendukung Prabowo pasti karena ada sesuatu yang diinginkan, yaitu AHY jadi cawapres.
4. Sandiaga Uno
Sang wagub menjadi nama terakhir yang masuk sebagai kandidat cawapres Prabowo. Muncul di menit terakhir dan mematahkan hati para kandidat lainnya. Opsi keputusan ini mungkin muncul ketika Sandiaga Uno bertemu dengan Prabowo pada tanggal 7 agustus kemarin.
Dengar-dengar ada beredar duit 500 M yang masuk ke kantong partai untuk bisa menjadi cawapres. Seperti yang dikatakan oleh Wasekjen Demokrat Andi Arief dalam twitnya, untuk menumpahkan kekecewaannya terhadap sikap Prabowo.
"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus." (Twitter).
Tentu ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Waketum Partai Gerindra Arif Poyuono : "Tujuan kita mengganti presiden, bukan cawapres." Yang artinya posisi capres mutlak milik Prabowo, tapi tidak demikian dengan cawapresnya. Posisi cawapres masih bisa diotak-atik sampai waktu pendaftaran. Sungguh penuh dengan kata-kata bersayap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H