Mohon tunggu...
Cuca Ethancool
Cuca Ethancool Mohon Tunggu... -

Read more, Write more. Tamiang Layang / cucaethancool@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Koalisi yang Tercerai-berai karena Sang Wagub DKI

9 Agustus 2018   17:47 Diperbarui: 9 Agustus 2018   19:17 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama AHY sempat mencuat dan menguat diminggu-minggu terakhir, setelah SBY menyatakan dukungan kepada koalisi Prabowo. Lobi-lobi terus dilakukan oleh partai Demokrat untuk memajukan AHY sebagai cawapres Prabowo.

Tapi setelah diakukan beberapa kali pertemuan antara SBY dan Prabowo. Jalan untuk menduetkan pasangan Prabowo dan AHY menjadi buntu karena tidak disetujui oleh PKS & PAN.

Sepertinya partai Demokrat akan menjalani masa galau berkepanjangan. Setelah 5 tahun ini hanya bisa menjadi partai oposisi, kemungkinan akan nambah 5 tahun lagi. SBY mendukung Prabowo pasti karena ada sesuatu yang diinginkan, yaitu AHY jadi cawapres.

4. Sandiaga Uno

Sang wagub menjadi nama terakhir yang masuk sebagai kandidat cawapres Prabowo. Muncul di menit terakhir dan mematahkan hati para kandidat lainnya. Opsi keputusan ini mungkin muncul ketika Sandiaga Uno bertemu dengan Prabowo pada tanggal 7 agustus kemarin.

Dengar-dengar ada beredar duit 500 M yang masuk ke kantong partai untuk bisa menjadi cawapres. Seperti yang dikatakan oleh Wasekjen Demokrat Andi Arief dalam twitnya, untuk menumpahkan kekecewaannya terhadap sikap Prabowo.

"Prabowo ternyata kardus, malam ini kami menolak kedatangannya ke kuningan. Bahkan keinginan dia menjelaskan lewat surat sudah tak perlu lagi. Prabowo lebih menghargai uang ketimbang perjuangan. Jendral kardus." (Twitter).

Tentu ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Waketum Partai Gerindra Arif Poyuono : "Tujuan kita mengganti presiden, bukan cawapres." Yang artinya posisi capres mutlak milik Prabowo, tapi tidak demikian dengan cawapresnya. Posisi cawapres masih bisa diotak-atik sampai waktu pendaftaran. Sungguh penuh dengan kata-kata bersayap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun