Hal ini menimbulkan kebingungan publik. Orang-orang tidak segera menyadari apa yang sedang terjadi. Banyak yang terus percaya bahwa mereka hidup di bawah demokrasi. Bagi banyak orang, hampir tidak terlihat. Tergerus pelan-pelan dalam langkah-langkah yang nyaris tak kasat mata, melalui "erosi" norma dan lembaga politik secara bertahap.
Penulis juga yakin suatu krisis akan membuka kesempatan pemimpin menjadi tiran. Fujimori memimpin Peru dengan otoriter pada saat krisis, begitu pula Vladimir Putin di Rusia, dan Recep Tayyib Erdogan di Turki juga memanfaatkan krisis untuk bertindak otoriter. Ketiganya tidak seperti Abraham Lincoln, Franklin Rosevelt, dan George W Bush, yang bersikap menahan diri dalam menggunakan wewenang luas yang diberikan menghadapi krisis. Didasari komitmen kuat terhadap konstitusi dan demokrasi.
****
How Democracies Die sejatinya membicarakan Amerika Serikat, yang selalu disebut model ideal pelaksanaan demokrasi. Terbit dua tahun setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika ke-45 Â pada 2016 silam.
Buku ini terpicu menganalisis sistem demokrasi karena Donald Trump memenuhi empat kriteria seorang otokrat. Makin relevan sekaligus ironis karena  Trump terpilih lagi pada pemilu 2024 dan akan dilantik lagi sebagai Presiden ke-47 pada 20 Januari 2025 awal pekan depan.
Kita tahu bahwa para demagog ekstremis muncul dari waktu ke waktu di semua masyarakat, bahkan di negara-negara demokrasi yang sehat seperti Amerika Serikat. Untuk mengendalikan para otokrat seperti Trump, konstitusi harus dipertahankan dan patuh pada norma-norma demokrasi.
Mengisolasi para ekstremis populer seperti Trump membutuhkan keberanian politik. Namun, ketika ketakutan, oportunisme, atau salah perhitungan menyebabkan partai-partai mapan membawa para ekstremis ke arus utama, di situlah demokrasi terancam.
Demokrasi sedang tidak baik-baik saja, dan yang lebih mengejutkan tidak banyak orang yang mengkhatirkannya. Kita harus mengubah cara pandang kita terhadap dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H