Dies Natalis Universitas Negeri Makassar (UNM) ke-63 diselenggarakan dengan tema "Era Baru Menuju Keemasan UNM". Â Merupakan Dies pertama di bawah kepimpinan Prof. Dr. Karta Jayadi, M. Sn. Rektor UNM periode 2024 sd 2028.
Untuk memeriahkan Dies istimewa ini diselenggarakan ragam kegiatan ilmiah, perlombaan seni, dan pertandingan olahraga. Satu hal yang menarik bagi saya sebagai dosen UNM sejak 2008, untuk pertama kalinya digelar turnamen catur.
Sebelumnya 15 kali ajang Dies UNM yang telah saya ikuti, catur selalu dilewatkan, beberapa kali saya mengusulkan supaya dipertandingkan, tapi tak kunjung disetujui pimpinan.
"Catur adalah cabang olahraga yang akademis, sangat sesuai dengan suasana kampus", kata Rektor UNM Karta Jayadi dalam sambutannya.
****
Di bawah koordinator Didin Halim, Ketua Percasi UNM sekaligus pengurus Percasi Sulawesi Selatan, turnamen dilaksanakan pada 5 dan 6 Agustus 2024 bertempat di gedung Menara Phinisi Lt 2 Hall D.
Menggunakan Sistem Swiss 7 babak. Ini turnamen catur perdana saya dengan sistem tersebut, layaknya pecatur profesional yang memiliki elo rating. Dulu hanya pengalaman bertanding dengan sistem babak gugur di lomba 17 Agustus atau antar mahasiswa.
Sesuatu yang menarik dan menantang dapat menguji kemampuan teknik dan mental bertanding dengan pemain catur teman-teman dari lintas fakultas yang juga sangat antusias bertanding, merasakan atmosfer turnamen perdana yang tentu suasana berbeda jika kita main catur biasa yang kurang menegangkan. Sekaligus juga menjadi ajang silaturahmi. Saya senang bertemu peserta dari teman dosen se-angkatan, yakni Herman Dodi, Aslan Abidin, dan Muh Faisal. Tentu saja kami berfoto bersama.
Pada hari pertama dilangsungkan 3 babak. Pertandingan pertama selalu sulit. Dengan memegang putih saya menang atas Ramli Umar dari Kantor Pusat. Saya bisa menang karena Ramli membuat blunder dengan memberikan kudanya cuma-cuma. Keunggulan satu perwira saya pertahankan hingga pertandingan babak akhir. 1-0.
Pada pertandingan ke-2 saya memegang bidak hitam dan bisa mengalahkan Akmal dari Fakultas Seni dan Desain (FSD). Hari pertama turnamen saya tutup dengan menang atas Ahmad Sirfi Fatoni dari Fakutas Bahasa dan Sastra (FBS) lewat permainan akhir dan menguras fisik dan mental.
Mengumpulkan tiga poin maksimal adalah permulaan yang baik. Hanya tiga pecatur yang punya poin 3 setelah menyelesaikan tiga babak, yakni saya, Mansyur dari Fakultas Teknik (FT), dan Hardianto Rahman dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Penentuan berlangsung pada hari kedua, karena akan mempertandingkan 4 babak, yang akan menentukan para pemenang.
Pada babak ke-4, saya dinyatakan menang WO karena Anas Arfandi, lawan dari Program Pascasarjana (PPS) tidak hadir pada jadwal pertandingan pertama pukul 9.30 Wita. Dengan demikian poin saya bertambah menjadi 4.
Pertandingan ke-5 mempertemukan saya dengan Mansyur, yang juga sudah mengumpulkan 4 poin dari 4 kemenangan meyakinkan. Harus saya akui menyaksikan Mansyur menang atas lawan-lawannya, dialah favorit paling dijagokan. Saya realistis, memaksakan hasil remis sudah bagus. Saya memegang bidak putih dan bisa dikatakan duel ini layaknya final.
Setelah babak pembukaan yang relatif imbang. Mansyur bisa menembus pertahanan saya hasil kesalahan kecil, dia unggul 1 bidak krusial dan posisi yang sangat menekan raja putih saya.
Dalam posisi sulit, saya menjalankan kuda mengancam menteri hitam yang sangat ganas. Ternyata Mansyur melakukan blunder fatal. Alih-alih mengamankan menteri yang terancam ia justru mengangkat kudanya. Namun sebelum ia menyelesaikan langkah blunder itu, ia baru melihat sang menteri terancam, sehingga ia mengembalikan kuda ke posisi semula. Lalu menggantikan langkah dengan menjalankan gajah memakan pion putih untuk skak raja putih.
Tentunya saya protes, karena aturan pertandingan catur, jika sudah memegang bidak maka wajib menjalankannya. Mansyur awalnya keberatan, beralasan kalau ia baru memegang dan belum menyelesaikan langkah blundernya. Ia juga menyampaikan kejadian seperti ini sudah berapa kali terjadi sejak kemarin dan tidak mengapa, oke-oke saja. Saya bergeming, menolak argumen Mansyur dengan berpegang pada aturan dan kesepakatan saat technical meeting. Terjadilah perdebatan.
Datanglah Ketua Panitia, Didin. Mansyur diberi kesempatan pertama menjelaskan kronologinya, yang tentu saja pembelaannya ditolak Didin berdasarkan aturan standar yang tercantum dalam rule of game Percasi dan Fide, otoritas catur internasional.
Mansyur kemudian meminta aturan tertulis itu diperlihatkan, kemudian juga bertanya apakah pecatur wajib memberitahu lawan kalo mengancam menteri, yang dijawab Didin hanya ancam raja yang diwajibkan menyebut "skak". Karena saya memang tidak berkata "ster" ketika mengancam menteri hitam Mansyur.
Dengan berat Mansyur menerima aturan "kejam" tersebut. Belum selesai, setelah argumen Mansyur direspon Didin, saya pun diberi kesempatan untuk menjelaskan detail momen krusial tersebut. Rupanya langkah Mansyur yang menjalankan gajah memakan pion dan skak raja putih dinyatakan sebagai illegal move, dan hukumanya memberikan saya tambahan waktu 2 menit.
Kami pun melanjutkan duel. Mansyur kehilangan menteri, yang ditukar dengan benteng. Serangan hitam yang sebelumnya sangat tajam tiba-tiba lumpuh. Mansyur masih mencoba melihat celah peluang menang atau setidaknya memaksa remis, namun saya yang sudah unggul besar memegang kontrol permainan. Menteri dan perwira-perwira putih saya leluasa masuk pertahanan lawan. Satu persatu bidak dan perwira hitam jatuh menyisakan raja dan benteng putih di papan.Â
Sebelum skakmat, Mansyur menjatuhkan sendiri rajanya tanda menyerah dan kami pun bersalaman. Jujur ini kemenangan hasil blunder fatal lawan. Menang atas Mansyur dan punya poin 5 membuat saya lebih percaya diri menghadapi 2 babak akhir. Juara tiga mungkin sudah di tangan, saya mulai berpikir hasil akhir.
Pada babak ke-6, menjalankan buah hitam, saya ditantang Rum Bismar dari Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) yang punya poin 4. Awalnya posisi imbang sampai langkah babak pertengahan terjadi pertukaran satu kuda dan 2 Â pion yang membuat saya unggul posisi.Â
Bidak-bidak dan perwira-perwira hitam saya saling menjaga dan bisa dikatakan menang tempo. Kemudian terjadi lagi pertukaran perwira-perwira, yang menyisakan pertarungan masing-masing menteri dan dua benteng. Saya pun perlahan memanfaatkan keunggulan itu hingga dua benteng saya sudah berada di barisan 2 yang menekan dua pion di depan raja putih (b7 dan b8).
Setelah memastikan pertahanan aman, menteri maju memperkuat serangan dua benteng yang bersusun. Sedangkan dua benteng putih lemah, baik menyerang maupun bertahan. Hanya menteri putih sendiri menyerang pertahanan hitam. Sangat mudah diantisipasi. Akhirnya raja putih Rum tumbang ketika ia justru memajukan pion bertahan itu untuk ster menteri saya, yang saya abaikan dengan langkah skakmat benteng memakan pion putih di b-8. 0-1, saya menang lagi.
Setelah babak ke-6 rampung, saya sendirian mengumpulkan poin 6, Mansyur juga sendirian punya poin 5, peserta lain punya poin 4,5 hingga 1, maka otomatis saya keluar sebagai juara satu, apapun hasil pertandingan babak ke-7 saya melawan Andika yang punya poin 4. Hitungannya sederhana, jika saya kalah dan Mansyur menang di babak ke-7 maka kami berdua punya poin sama 6. Tapi saya unggul head to head.
Ternyata saya benar-benar kalah di babak ke-7 oleh Andika yang menjalankan bidak hitam. Sayang sekali karena saya ingin tetap menang atau minimal remis, punya poin 7 atau 6,5 hingga unggul poin bersih dari Mansyur yang akhirnya mengumpulkan 6 poin.
Yang menarik justru kemenangan Andika atas saya membuat peringkatnya terdongkrak ke peringkat empat dengan poin 5. Ada tiga peserta punya poin 5, yakni Ramli, Andika, dan Sopian. Peringkat mereka ditentukan oleh aturan jumlah poin dari lawan-lawan yang dikalahkan (buchholz/solkoff).
Tentu saya sangat bersyukur dan bergembira berhasil menjadi juara satu, melebihi target saya sekadar podium, atau setidaknya sudah puas menikmati atmosfer bertanding dalam 7 babak yang kompetitif.
Sebagai juara satu kategori individu saya mendapatkan hadiah 1.500.000 rupiah, juara dua Mansyur 1.000.000 rupiah, juara tiga Ramli 750.000 rupiah, dan juara empat Andika 500.000 rupiah. Adapaun kategori nomor beregu yang melibatkan dosen, pegawai, dan mahasiswa, juara satu dimenangkan FIKK yang memperoleh 4.500.000 rupiah, juara dua PPPS hadiah 3.500.000 rupiah, juara tiga FMIPA hadiah 2.000.00 rupiah, dan juara empat Kantor Pusat hadiah 1.500.000 rupiah.
Selamat Dies UNM ke-63, tetap jaya dalam tantangan. UNM Humanis. Gens suna sumus, kita semua bersaudara.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H