****
Semua tokoh (menjadi judul bab), dari Umayani guru sejarah, Bang Joe penjual buku bagus di Kwitang hingga Amelia Andara dan Dara Ariana teman sekolah Alam yang cerdas di SMA Putra Nusa, semuanya memberi latar dan konflik yang kuat dan saling tertaut.
Leila dengan lancar menarasikan untuk memberitahu kita karakter-karakter unik dalam novel ini dengan kegiatan-kegiatan sederhana, seperti saat mereka bermain layangan, ketika memasak bersama sambil bercerita, kegiatan-kegiatan sekolah, nonton pertunjukan dan sebagainya.
Kita dibawa kembali pada era 1970-an hingga masa 1980-an, plot novel ini. Sambil bercerita Leila menautkan fenomena sosial politik pada masa itu, buku-buku yang dibaca seperti 1984, Bumi Manusia, dan Romeo and Juliet; membaca saja-sajak indah penyair W. S Rendra; mendengar deretan lagu karya musisi, dari Ismail Marzuki, Billy Joel, Elton John, dan Paul McCartney. Film yang dikutip adalah Sang Guru yang dibintangi pelawak S Baggio, dan juga film Kramer-Kramer yang mengubah budaya pop keluarga Amerika Serikat.
Dengan pendekatan berkisah, Leila mengkritik sistem pendidikan dan seluruh sistem dan perangkat sosial politik negara ini, dari era 1970-an dan ternyata masih relevan pada masa sekarang.
Serupa dengan Pulang dan Laut Bercerita, membaca novel ini memberikan banyak pengetahuan baru dan kebenaran yang belum pernah diungkap dan diselesaikan.
Pada akhirnya saya ingin mengutip kalimat yang tertulis di halaman awal, "buku ini untuk mereka yang percaya bercerita adalah bagian dari perawatan jiwa."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H