Meskipun sudah larut malam aktivitas Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk masih ramai. Mobil harus mengantri sekira 20 menit untuk bisa masuk ke lambung kapal. Gilmanuk adalah pelabuhan yang sibuk beroperasi melayani pelayaran yang menghubungkan Bali dan Pulau Jawa. Termasuk penyeberangan jarak pendek yang bisa ditempuh 45 menit pelayaran.
Vera dan saya mengisi waktu penyeberangan di dek lantai 2 dengan memesan secangkir kopi dan cemilan di kantin kapal, sambil menikmati pemandangan indah dan suasana malam Selat Bali yang dipenuhi temaram lampu di sepanjang pelabuhan. Anginnya cukup kencang dan deru ombaknya pun bisa terasa, penyeberangan yang asyik dan menyenangkan hingga kita sudah tiba di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur.
Tak lama setelah menyeberang rombongan dibawa untuk istirahat dan makan menjelang pukul 24.00 dinihari di Rumah Makan Depot Titin, yang menyajikan masakan khas Trenggalek. Ini rest area yang ramai, juga langganan banyak travel dan PO bus beristirahat.
Dari Depot Titin perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, dan Surabaya. Pada rute ini rasa mengantuk mulai datang, tapi sebelum tidur, saya menunggu momen melintasi kawasan PLTU di kawasan Paiton, perbatasan Situbondo dan Probolinggo.
PLTU Paiton adalah pembangkit listrik tenaga uap raksasa yang dapat menyinari Pulau Jawa dan Bali. Gemerlap lampu merkuri dari kemegahan bangunan yang terbuat dari kerangka-kerangka cerobong besi raksasa yang kokoh menjulang menciptakan suasana malam yang luar biasa cantik.
Namun di balik kemegahannya, kawasan Paiton juga mengingatkan saya pada tragedi kecelakaan mengerikan yang terjadi pada Oktober 2003, saat bus yang mengangkut rombongan sekolah SMK Yapenda Sleman terbakar dan menewakan 54 penumpangnya. Saat itu saya masih di Jogja bisa merasakan duka mendalam keluarga korban.
Setelah menempuh hampir 450 kilo meter yang ditempuh sekitar 10 jam, menjelang subuh kami terbangun dan posisi sudah di Sidoarjo, waktunya driver untuk mengantar satu per satu penumpang ke rumah masing-masing.Â
Vera dan saya tiba di Surabaya bersamaan dengan sunrise di jantung kota pahlawan, tepatnya di Stasiun Gubeng, untuk melanjutkan perjalanan ke Jogja, dengan Kereta Api Sancaka pada pukul 9.00. Sambil menunggu keberangkatan kami yang masih dua jam, kami menyempatkan sarapan di Soto Madura Gubeng Pojok Asli yang terletak di belakang stasiun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H