Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Liverpool Juara Liga Inggris 2020

27 Juni 2020   21:18 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:06 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penantian panjang selama tiga dekade Liverpool akhirnya berakhir manis pada Kamis malam, 25 Juni 2020. Kekalahan Manchester City, juara bertahan, dari Chelsea di Stamford Bridge, memastikan The Reds memenangkan gelar ke-19 Liga Inggris, atau trofi perdana Premiership mereka.

Terakhir kali Liverpool juara kasta tertinggi sepak bola Inggris pada 1990 saat kompetisi berformat Divisi One. Setidaknya ada tujuh pelatih dalam rentang tersebut, dari Kenny Daglish hingga Brendan Rodgers. Kebetulan pula perlu tujuh Perdana Menteri Inggris sejak 1990, mulai dari Margaret Thatcer sampai saat ini Boris Jonson.

Sulit mempercayai klub besar dengan sejarah panjang dan dukungan fanatik berpuasa gelar prestisus sepanjang 30 tahun. Selama itu Liverpool menjadi tim spesialis turnamen. Mereka bahkan dua kali menjuarai Liga Champions (2005 dan 2019), Piala Dunia, Piala FA dan turnamen domestik. Namun gelar Premiership tak pernah kunjung direngkuh, walaupun beberapa kali mereka sudah sangat dekat dengan titel, seperti pada musim 2009, 2014, dan 2019. Dua yang disebut terakhir paling menyakitkan bagi para Liverpudlian.

Sir Alex Ferguson dalam autobiografinya, di bab Liverpool - Tradisi Besar, menjelaskan Liverpool telah jatuh dalam perangkap, banyak membeli pemain yang kualitasnya bukan Liverpool sejati. Untuk kembali bisa menandingi kami (United) dan Manchester City, Liverpool memerlukan investasi yang besar, termasuk stadion, fasilitas kamp latihan, dan paling penting mereka butuh tujuh-delapan pemain baru berkualitas supaya bisa sampai ke standar juara.

Pada awal musim 2015 Liverpool mulai melakukan revolusi sebagaimana yang dimaksud Ferguson. Pada 8 Oktober 2015, Jurgenn Klopp datang ke Anfield dari Jerman untuk menggantikan Brendan Rodgers, manager muda yang membawa tim menjadi runner-up pada musim sebelumnya. Ini merupakan keputusan berani yang diambil oleh Managemen Liverpool.

Saat pertama diperkenalkan, Klopp begitu percaya diri, karismanya memikat banyak pers dan pendukung. Ia tidak tampak berada di bawah tekanan mengemban tugas maha berat itu. The Normal One-julukan Klopp, bahkan sudah ‘berjanji’ akan mengantarkan Liverpool menjadi juara, setidaknya pada musim keempatnya, tidak bisa langsung segera menyulap mendatangkan trofi. Ia paham dan telah mengukurnya sedemikan akurat. Ia mengubah segalanya dengan kepercayaan, kesabaran, dan kerja keras sejak pertama datang di Anfield dan pusat latihan Melwood.

Klopp membuktikan ia laki-laki yang bisa dipegang omongannya. Ia benar-benar merevolusi sembari membangun tim yang benar-benar hebat. Pertama Klopp berani membuka jalur bagi bakat-bakat akademi Liverpool, mengorbitkan dan mempercayai talenta-talenta seperti Trent Alexander Arnold dan Andrew Robertson. Kemudian ia melakukan pembelian kunci Bek Tengah Virgil Vand Dijk dari Southampton, dan Kiper Alison Becker dari AS Roma. Dua rekrutan terbaik yang pernah dilakukan Liverpool.

Dengan komposisi komplit dan pengalaman musim 2019, The Reds benar-benar menampilkan performa luar biasa. Menyajikan sepak bola agresif menghibur yang enak ditonton. Dari 31 laga yang sudah dimainkan, Jordan Hendersonn cs, hanya kehilangan 7 poin, hasil dua kali bermain imbang melawan Manchester United dan Everton, dan satu kekalahan dari Watford.

Mereka tampil sangat konsisten-syarat paling penting menjuarai Liga. Memenangkan gelar impian dengan berkelas dan bertabur rekor, saat kompetisi masih menyisakan tujuh laga. Mereka juara dengan standar baru dari skuad fantastis yang berisikan pemain top, dipimpin manager kelas dunia, dan suporter paling fanatik.

Gelar ini bisa dikatakan maha karya Klopp. Revolusi Klopp selama hampir lima tahun terhitung cepat. Ia membuktikan sebagai salah satu manager terbaik di dunia saat ini. Klopp bagi pendukung sudah dianggap setara dengan manager legendaris Bill Shankly, Bob Paisley, dan Kenny Daglish.

Filosofi bermain Klopp yang dijuluki gegenpressing, bukan lagi sekadar rekor melainkan warisan berharga. Gegenpressing bisa dibandingkan dengan konsep total foetball Rinus Michel atau tiki-taka maha karya Guardiola.

Gelar Liga Inggris juga diyakini sebagai awal era baru kejayaan The Reds. Tahun lalu mereka merayakan juara Eropa keenam dengan sensasional, kemudian juara dunia pada akhir tahun. Ke depan Liverpool akan berjuang untuk mengukuhkan kembali dominasinya sebagai raja Liga Inggris, melewati Manchester United yang memiliki 20 trofi.

****

Hampir tidak ada klub yang memiliki hubungan emosional begitu intens dengan pendukungnya seperti Liverpool. Ada begitu banyak Liverpudlian militan, tegar, dan sabar, di sekitar saya merayakan momen juara ini dengan perasaan terharu.

Mereka milenial yang tumbuh dengan cerita-cerita dari sisi-sisi hebat Liverpool pada 1970-an dan 1980-an. Liverpool sudah mandarah daging dan budaya hidup mereka sehari hari. Jika Liverpool menang akan memengaruhi positif aktifitasnya. Sebaliknya jika kalah juga berdampak negatif terhadap semangatnya.

Pendukung Liverpool menggambarkan apa artinya menjadi juara Liga Premier lagi. Mereka telah melalui waktu panjang dengan harapan, kekecewaan, kemarahan, kerinduan, dan kini tahu betul pentingnya menantikan momen juara ini. Benar-benar ujian kesabaran yang berbuah sangat manis.

Dua hari ini lini media sosial juga dibuat heboh dengan perayaan Liverpudlian. Berbagai ekspresi sukacita dilampiaskan dari Liverpudlian belia hingga Liverpudlian berusia 90 di platform-platform media sosial. Bahkan ada yang mengatakan ia telah menunggu seumur hidupnya untuk merasakan momen hebat ini. Sudah diduga sebenarnya, karena selama media sosial muncul dalam satu dekade, para Liverpudlian lebih kerap menjadi olok-olokan di Liga Inggris, terutama dari fans Manchester United.

Saya bukanlah bagian dari mereka, namun senang juga rasanya melihat penggemar sebuah klub sepak bola mendukung tim sedemikian fanatik. Mencoba membayangkan perasaan mereka memiliki tim idola yang memiliki begitu banyak patah hati kemudian berhasil menjadi kegembiraan tiada tara.

Ketegaran dan kesabaran Si Merah bersama pendukungnya adalah inspirasi. Kegagalan demi kegagalan dijadikan cambuk. Klopp dan Liverpool mengajak kita tidak pernah menyerah dalam kondisi sulit apa pun.

Demikian adanya, Klopp sudah membuktikan sebagai salah satu manager terhebat dunia, dan Liverpool juga membuktikan merupakan klub yang sungguh-sunggu besar karena bisa kembali menjadi pemenang sesudah terpuruk.

Kemarin Liverpool adalah dunia dalam satu kota, dan Liverpool FC adalah dunia dalam satu tim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun