Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Turnamen Favorit: Piala Eropa 1996

12 Juni 2020   13:28 Diperbarui: 12 Juni 2020   18:16 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu gol terbaik sepanjang sejarah Piala Eropa jika bukan yang terbaik. Gol Gazza itu selalu disandingkan dengan gol voli Marco Van Basten pada final Piala Eropa 1988. Meskipun menurut saya lebih senang pada gol Gazza.

Namun sayang ambisi besar Inggris menjuarai Piala Eropa untuk pertama kali di rumah sendiri gagal. Mereka kalah di semifinal secara dramatis melalui adu penalti dari musuh besar, Jerman, yang diperkuat Andreas Kopke, Mattias Sammer, Thomas Helmer, Jurgenn Klinsmann, dan ditukangi Berti Vogts, pelatih dingin berwajah pucat.

Kegagalan eksekusi penalti Gareth Southgate membuat Inggris bercucuran air mata. Jika kita membaca buku Air Mata Bola karya Sindhunata, Inggris harus menanggung beban memulihkan kembali kejayaan di masa lalu. Tiga puluh tahun lamanya hidup tanpa gelar apa-apa sungguh membuat Inggris menderita (kini sudah 54 tahun).

Jerman pada akhirnya menjadi juara Eropa untuk ketiga kalinya setelah mengatasi perlawanan Republik Ceko dengan 2-1, melalui momen gol sudden death Oliver Bierhoff. Striker pirang dan Kapten Panser Jurgen Klinsmann memimpin timnya naik ke podium legendaris Wembley untuk menerima trofi-Hendry Delauney dari Ratu Elizabeth II yang penuh karismatik.

Selain gol spektakuler Gazza, mimpi buruk Southgate, dan mentalitas Jerman, Piala Eropa 1996 juga membuat saya terkesan dengan tim kotak-kotak, Kroasia. Turnamen tersebut merupakan awal negara pecahan Yugoslavia menapak ke persaingan sepak bola. Mereka tampil mencuri perhatian menunjukkan sepak bola menawan dengan gerakan-gerakan seperti menari balet dari Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, dan tentu saja Davor Suker. Tontonlah kembali gol Suker ke gawang Peter Schemeichel (Denmark) dan Andreas Kopke (Jerman), itu membuat kita takjub.

Suker mencip bola melewati jangkauan Shemeichel setelah mengontrol sempurna umpan jauh dari Bek Asanovic. Gol chip Suker menurut saya lebih cantik dari lob pemain Ceko berambut gondrong, Karel Poborsky, ke gawang Portugal yang dikawal kiper Vitor Baia. Gol penentu Ceko ke semifinal sekaligus menjadi tramademark Poborsky.

Sedangkan gol Suker ke gawang Kopke juga berkelas dunia. Super Suker menggocek Kopke dengan menggiring bola melalui telapak kaki dan kemudian menceploskan ke gawang kosong. Gol seperti itu hanya bisa dilakukan Striker dengan teknik tingi dan ketenangan luar biasa. Sayang Kroasia kalah 1-2 dari Jerman di perempat final lewat lewat laga indah di Stadion historis, Hillsbrough, Sheffield.

***

Biasanya saya telah dilanda demam bola menjelang pesta bola Piala Eropa. Namun tahun ini tak ada pesta itu, tak ada pertandingan-pertandingan hebat, tak ada gol-gol luar biasa tercipta, tak ada selebrasi, tak ada perayaan kemenangan, tak ada drama air mata kekalahan, dan tak ada trofi silver di podium.

Kita harus lebih bersabar menunggu hingga tahun depan.

Salam bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun