Satu pertandingan terhebat sepanjang masa Liga Champions. Sebagai fans fanatik kompetisi elite tersebut, saya masih mengingatnya dengan sangat baik.
Tepat hari ini, 23 April, 17 tahun silam, striker Real Madrid asal Brasil, Ronaldo Luiz Nazario De Lima, mencetak tiga gol menakjubkan ke gawang Manchester United yang dijaga Fabien Barthez, di Old Trafford Stadium. Konon Ronaldo pemain lawan pertama yang menciptakan hat-trick di Teater Impian melawan MU di bawah Manager legendaris, Sir Alex Ferguson. Ronaldo sendiri mengatakan ia tak akan pernah melupakan malam tersebut.
Laga epik tersebut adalah leg-2 perempat final Liga Champions 2003, dipimpin Pierluigi Collina, wasit sangar dari Italia. Pada leg-1 MU menyerah 1-3 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid.
Sangat berat memang mengejar ketinggalan dua gol dari tim seperti Real Madrid, juara bertahan yang diisi kumpulan pesepak bola terbaik : Zinedine Zidane, Luiz Figo, Raul Gonzales, Roberto Carlos, dan tentu saja ll Fenomeno, Ronaldo, bintang yang membawa Brasil juara Piala Dunia 2002.
Namun MU selama masih ditangani Alex Ferguson, selalu optimis dalam situasi paling sulit sekalipun. Mereka masih yakin bakal memukul balik Los Galacticos dengan dukungan 68 ribu fans setan merah. Banyak media dan fans mengamini bahwa peluang MU masih cukup besar.
Rencana awal sudah disusun Fergie, menang 2-0 tanpa balas, sehingga unggul gol tandang dengan agrerat 3-3. Matematis yang sangat sederhana.Â
Namun baru menit '12, rencana Fergie sudah berantakan. Gol pertama Ronaldo, bermula dari skema serangan balik yang sangat taktis. Di tepi garis lapangan tengah, Zidane mengontrol bola dengan skill yahud mengecoh dua pemain lawan, kemudian menyodorkan pada Guti yang berdiri bebas di lingkaran besar lapangan.
Guti melihat pertahanan MU lengah karena bernafsu mengejar gol cepat, langsung melepaskan umpan terobosan terukur menuju Ronaldo di antara dua bek MU, Rio Ferdinand dan Jhon O'Shea.
Ronaldo yang mencium darah segar berlari mengejar dan coba dihadang Rio Ferdinand, bek termahal Liga Inggris. Rio adalah bek yang cepat, tangguh, dan pandai membaca permainan sebetulnya, namun kali ini dia mengawal Ronaldo. Rio ketinggalan satu atau dua langkah dan (salahnya) tak melakukan sliding-tackel untuk posisi demikian, sehingga memberikan sedikit ruang untuk Ronaldo melepaskan tembakan dari jarak 16 meter ke gawang Barthez.
Bola dikeker Ronaldo ke tiang dekat dengan tembakan rendah yang sempat memantul permukaan rumput sebelum bersarang. Barthez yang sudah siaga bereaksi tapi telat sepersekian detik. Sangat cepat proses gol, enam detik saja saat aliran bola di kaki Zidane ke Guti dan ke Ronaldo, dan itu membuat Old Trafford kaget, hening sekaligus takjub dengan finishing mematikan Ronaldo. Ferguson tersentak, menggeleng kepala seraya mengunyah permen dengan wajah merah.
MU jauh ketinggalan, 1-4. Rencana awal Fergie gagal. Timnya sekarang butuh setidaknya tiga gol untuk memainkan extra-time. MU harus menang 4-1 malam itu. Sekali lagi, bagi Fergie dan fans MU, harapan itu masih ada, sekecil apapun. Pertandingan masih seru dan jauh dari selesai.
Kita sudah tahu karakter MU bisa membalikkan keadaan. Ruud van Nistelrooy menyamakan skor sebelum jeda, 2-4 agrerat. Dua gol rasanya masih dalam jangkauan Roy Keane dkk, karena masih ada 45 menit.
Pil pahit, rencana kedua Fergie kembali hancur. Pada menit '50 Ronaldo mencetak gol kedua melalui serangan yang dirancang dengan baik. Lagi-lagi melalui kreasi Zidane, memperagkan one-two ala Play Station dengan Bek Kiri Roberto Carlos.
Carlos mengumpan Zidane dan Zizou dengan jenius mengumpan kembali pada Carlos yang sudah berada di kotak penalti. Umpan Zizou ini yang sangat berkelas, memporak-poranda United. Delapan pemain MU di garis pertahanan seperti terbengong terpaku menyaksikan sihir Zidane dan Carlos. Ronaldo dengan insting tajam sudah siap menyambut umpan tarik Carlos, ia dengan mudahnya menceploskan bola di mulut gawang.
Skor jadi 2-5. Neraka bagi MU karena rencana selanjutnya bakal lebih menyiksa karena mereka kini butuh mencetak empat gol tanpa kebobolan lagi. Sekali lagi, MU belum menyerah, kemudian memperpendek skor karena gol bunuh diri Ivan Helguera, 3-5.
Namun tidak lama berselang, gol ketiga Ronaldo pada menit '60 "menyudahi" laga lebih awal. Gol ketiga juga luar biasa. Dari tengah lapangan Luis Figo menggiring bola dan kemudian memberikan umpan dekat pada Ronaldo, dengan gocekan khasnya bak penari mendekati kotak penalti.
Anehnya, United bertahan terlalu ke belakang. Dari jarak 25 meter dan  di depannya empat pemain lawan membangun tembok, Ronaldo melepaskan tembakan keras kaki kanan yang meluncur di pojok gawang melewati jangkauan Barthez. Saking kerasnya, bola mengoyak jaring bergulir keluar ke kotak penalti.
Skor 3-6 inilah yang membuat pemain, Alex Ferguson dan fans MU pada "akhirnya" membuat mereka merasa "cukup sudah". Fergie menarik napas, tak ada lagi rencana. Impian menjuarai Liga Champions yang partai final akan dihelat di Old Trafford pada Mei 2013, terkubur oleh monster Ronaldo-sang fenomena.
Kita hanya melihat David Bechkam yang masuk sebagai pengganti--dengan alis bekas jahitan hasil sepatu nyasar Ferguson. Laga terakhir Becks bersama MU di panggung Eropa.
Hal yang sama berlaku bagi Vincente Del Bosque, Pelatih Real, dengan perspektif berbeda, ia mengklaim bahwa keunggulan sudah terjamin, sehingga saatnya mengendorkan tempo, dan menarik keluar Ronaldo dengan memasukkan Santiago Solari pada menit' 70.
Menyaksikan Ronaldo keluar dari lapangan, fans MU dengan murah hati memberikan keistimewaan dengan berdiri dan bertepuk-tangan pada Il Fenomeno. Seperti yang dikatakan Ferguson dalam bukunya, Alex Ferguson, My Autobiography :"Penggemar MU bisa memahami apa yang disebut bakat."Â
Setelah Ronaldo ditarik keluar, sisa laga sekitar 20 menit menjadi dingin dan hambar. Meskipun MU bisa berbalik menang 4-3 dengan dua gol terlambat  dari Beckham.
Tak ada yang mengingat kemenangan MU itu setelahnya. Hanya hat-trick Ronaldo yang terus dikenang. Dia bintang paling bersinar malam itu. UEFA di laman resminya memberi dua tajuk : Pertama, Legendary Moments: Madrid's Ronaldo earns standing ovation; Kedua, Magic Moment: Ronaldo hat-trick for Real Madric v Manchester United in 2003.
Dampak laga ini begitu besar bagi sepak bola Eropa dan Inggris khususnya. Masih dalam bukunya, Fergie mengisahkan: 'Pertandingan sangat dahsyat, ramai sekali malam itu. Itu merupakan ujian hati dalam pertandingan besar di Eropa. Ketegangan menggerogoti kami. Dan katanya, Roman Abramovich, yang terkesan atas kemenangan kami 4-3, dan juga hat-trick striker Brasil Ronaldo, jadi ingin ikut terlibat dalam drama global sepak bola dan membeli Chelsea."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H