Saya juga pernah dibuat takjub saat berkunjung ke Pasar Butung, saat menyaksikan ratusan kurir J&T Express, bak labirin merah, dengan penuh semangat melayani ratusan pedagang dan ribuan pembeli di pusat grosir terbesar di Makassar dan Indonesia Timur tersebut.Â
Jujur saja saya sampai bertanya-tanya: ke mana kurir dari kompetitor J&T Express? mengapa berdiam saja di kantor menunggu pelanggan datang membawa paket kiriman? Dari momen itu, saya meyakini J&T Express sudah jauh melangkah ke depan dibandingkan para pesaingnya.
Di tengah ramainya persaingan bisnis jasa pengiriman, menjaga kualitas layanan memang bukan perkara gampang. Oleh karena itu, J&T Express senantiasa melakukan perencanaan matang dan antisipasi, antara lain dengan menambah dan mengelola sumber daya kurir yang sangat banyak, hingga alternatif armada transportasi.
Namun bisnis jasa pengiriman saat ini tak lagi sekadar mengandalkan tenaga manusia dan armada kendaraan. Kombinasi teknologi otomatisasi dan internet menjadi kunci penting untuk menjamin paket terkirim dengan cepat dan tepat. Teori bisnisnya adalah investasi teknologi bisa mendorong efisiensi dan mengerek total produksi
Untuk memenuhinya, J&T Express berinvestasi ratusan miliar di bidang infrastruktur teknologi informasi. J&T Express saat ini sedang membangun megahub seluas 4,5 hektare berdekatan dengan Bandara Soekarno-Hatta. Megahub itu dilengkapi fasilitas mesin sortir otomatis yang lebih inovatif untuk mempercepat jalur distribusi pengiriman. Juga berguna untuk memperkecil kerusakan, kehilangan, atau salah kirim barang.
Proyek pembangunan megahub sudah berjalan sejak bulan Juli dengan target selesai pada November 2019, dan mulai beroperasi secara penuh pada akhir Desember 2019 ini. Pembangunan megahub tersebut merupakan bentuk peningkatan layanan J&T Express kepada pelanggan sekaligus wujud keseriusan J&T Express mendorong pertumbuhan bisnis E-commerce.
Sukses terus untuk J&T Express.Â