Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Final Piala Dunia 2018 di Luzhniki Stadium

15 Juli 2018   15:14 Diperbarui: 16 September 2019   22:04 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.fifa.com/worldcup/destination/stadiums/stadium=810/index.html

Jika sukses, Les Bleus, menyamai raihan dua bintang Argentina dan Uruguay. Deschamps pun akan mensejajarkan diri dengan nama besar Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Benckenbauer (Jerman), mengangat trofi sebagai pemai (kapten) dan sebagai pelatih.

Militansi Kroasia

Bagaimana dengan Kroasia, sejarah apa yang hendak mereka ciptakan ?

Kroasia adalah negara kecil tapi prestasi besar. Jumlah penduduknya tidak sampai 5 juta jiwa, negara kecil di semananjung Balkan ini merupakan pecahan dari Yugoslavia akibat perang saudara yang lama berkecamuk di sana.

Mereka menjadi anggota FIFA sejak tahun 1992. Namun 26 tahun kemudian mereka sudah berlaga di Final dan terpisah satu pertandingan kemenangan untuk menggenggam piala paling direbuti semua negara.

Perjalanan mereka di Rusia jelas memperlihatkan semangat nasionalisme yang rela berkorban demi harkat martabat negara yang mengalami banyak masalah. Mereka tampil sebagai tim dengan materi mumpuni dan pantang menyerah.

Memadukan teknik apik dan fisik prima penggawa Vatreni, Kroasia tampil hampir sempurna di tiga laga Grup D. Mereka tanpa ampun memborong sembilan poin dengan tiga streak kemenangan, termasuk memporak-porandakan pertahanan Argentina.

Kisah heroik dengan militansi dan semangat nasionalisme terlihat jelas di fase gugur. Melawan Denmark di perdelapan final, Rusia di perempat final, dan Inggris di semi final, mereka selalu tertinggal dulu. Namun mampu bangkit dan kemudian menang.

Ketiganya harus dilewati dengan dua kali adu penalti dan sekali perpanjangan waktu. Jika kita bicara kelaziman, menjalani tiga pertandingan selama 120 menit dan adu penalti yang menguras energi, emosi, dan mental, mustahil dapat melalui dengan baik. Tapi pemain-pemain Kroasia membuktikan itu dengan semangat rela berkorban.

Saya belum bisa membayangkan bagaimana pesta di Zagreb dan bangganya seluruh rakyat Kroasia jika Luka Modrid, Ivan Rakitic, dan kawan-kawan, membawa pulang gelar Piala Dunia.

****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun