Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Didier Deschamps, Pemimpin Sejati Perancis

10 Juli 2018   21:30 Diperbarui: 9 September 2019   08:10 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didier Deschamps resmi melatih tim nasional Perancis sejak 8 Juli 2012. Sudah enam tahun. Deschamps menggantikan Lauren Blanc, koleganya di skuad Perancis 1998, yang dianggap federasi FFF tak mampu mengatasi konflik internal di Piala Eropa 2012.

Piala Dunia 2018 merupakan kesempatan kedua setelah Piala Dunia Brasil 2014. Empat tahun lalu Les Bleus, sekaligus debut pertama Deschamps di turnamen mayor,  harus mengakui ketangguhan Jerman di perempat final, yang pada akhirnya menjadi juara.

Perancis datang ke Brasil memang bukan unggulan utama, mengingat pasukan Deschamps masih belum matang, belum berpengalaman, belum kuat menghadapi tekanan besar di ajang Piala Dunia.

Target pertama yang dibebankan kepada Deschamps adalah merengkuh Piala Eropa 2016, yang diselenggarakan di negeri sendiri. Misi yang hampir terwujud. Paul Pogba, Hugo Lloris, dan kawan-kawan, tampil apik dari awal hingga di semi final berhasil menumbangkan Jerman lewat dua gol bintang andalan Antoine Griezmann. 

Kemenangan yang membayar impas kekalahan di Rio de Jeneiro dua tahun sebelumnya. Sayang sekali, Perancis tampil anti klimaks di final melawan Portugal, dan kalah 0-1. Trofi yang sudah di depan mata lepas dengan sangat menyakitkan bagi seluruh negeri di Perancis.

Perlahan namun pasti, Deschamps mengajak para pemainnya bangkit. Tak ada gunanya berlama-lama meratapi kegagalan, jauh lebih baik menatap kualifikasi Piala Dunia 2018 dimana mereka bergabung dengan Belanda dan Swedia di grup sulit untuk bisa mendapatkan tiket ke Rusia.

****

Deschamps menangani Perancis dengan membangun harmoni tim yang bertumpu pada pemain muda berbakat. Ia menyukai permainan kolektif. Baginya, kepentingan tim jauh di atas individu. Deschamps sangat kuat memegang prinsip kedisiplinan demi kesatuan tim.

Deschamps tak ambil pusing dengan reputasi dan ketenaran. Pemain bintang seperti Samir Nasri dan Karim Benzema, tak dibawanya meski banyak mempertanyakan keputusannya. Bertanding di Piala Dunia, membutuhkan kekuatan mental pemain, kemampuan meredam ego. Kerjasama tim lebih  utama daripada menonjolkan individualitas.

Dia selalu fokus mengorganisir pemain-pemain Perancis yang berasal dari berbagai ras untuk meningkatkan etos kerja, kolektivitas, dan kedisiplinan tinggi yang memberikan kesuksesan dan ingin terus dipertahankan.

Deshamps juga peduli pada hal detail. Sepak bola modern memang menuntut hal tersebut. Tim yang melupakan hal detail akan dengan mudah tersingkir. Kegagalan di Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016 meyakini Deschamp mengenai itu. Hal detail demikian mengandung banyak hal, mulai dari taktik, teknik, dan psikis.

Seperti yang ditulis Kompas (19/5-2018), setelah pengundian Piala Dunia 2018, Deschamps bolak-balik dari Perancis ke Rusia untuk memastikan base camp tim sesuai dengan kebutuhan. Ia ingin mempersiapkan timnya dengan base camp yang mendukung. 

Tidak mewah, tapi tenang dan tersedia infrastruktur untuk berlatih dan memulihkan kondisi pemain. Jarak dari bandara ke stadion diperhitungkan dengan teliti karena ia tidak ingin timnya mengalami kelelahan. Mungkin hanya satu persen dari keseluruhan kekuatan, tapi semua yang bisa dia kontrol, akan dikontrol dengan baik.

Dengan persiapan yang sangat niat tersebut, membuahkan hasil yang sepadan. Perancis menampilkan permainan solid dan impresif di Rusia. Sempat dinilai terlalu berhati-hati di penyisihan, Perancis menunjukkan kapasitas sebagai favorit kuat setelah mengalahkan Argentina di babak 16 besar, dan kemudian melibas Uruguay di perempat final.

Permainan yang ditampilkan di perdelapan final dan perempat final sangat dinamis dan menunjukkan kesolidan, impresif, dan stabil, dengan semangat membara. Tim ini terus bertumbuh seiring berjalannya lima laga, pasukan muda mereka semakin padu dan pede.

Lini belakang yang dikawal duet bek tengah Raphael Varane dan Samuel Umtiti terlihat semakin kokoh menjaga kiper Hugo Lloris dari serangan-serangan lawan. Bergerak ke lini tengah, Les Bleus sangat beruntung memiliki trio pada Paul Pogba, N'Golo Kante, dan Blaise Matuid. Barisan gelandang ini digadang-gadang sebagai lini tengah terkuat di Piala Dunia 2018.

Begitu juga formasi depan Perancis, satu yang tertajam di dunia. Tiga striker kerap dipasang sebagai predator yang menakutkan. Antoine Griezmann, Kylian Mbappe, dan Oliver Giroud semakin saling mengisi dan berbagi. Mereka punya visi bermain yang kuat dan kompak. Terutama sosok Griezmann, yang kian matang dan kian berkembang. Memiliki kecepatan, teknik, dan penyelesaian akhir yang sangat bisa diandalkan.

****

Di balik sosoknya yang sunyi, Deschamps kini hanya berjarak dua pertandingan lagi untuk mensejajarkan dirinya- yang dulu dijuluki 'si pembawa air', dengan legenda sang Kaisar Franz Beckenbauer.

Di situs FIFA, Deschamps mengatakan bahwa sebagai kapten Perancis menjadi juara Piala Dunia 1998 merupakan sejarah hebat, tapi dia pun ingin menulis sejarah baru lain di Rusia 2018.

Bisakah Perancis mengalahkan Belgia nanti malam dan melangkah ke final ?

Kita tunggu saja.

Nonton boal lebih seru dengan Kacang Garuda (dok. pri)
Nonton boal lebih seru dengan Kacang Garuda (dok. pri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun