Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Generasi Emas dari Balkan

1 Juli 2018   22:29 Diperbarui: 8 September 2019   20:52 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Davosr Suker dan Zvonimir Boban, Sumber :https://www.fifa.com/worldcup/matches/)

Ada benang merah menarik yang terajut ketika saya menanti laga babak perdelapan final Piala Dunia 2018 antara Kroasia berhadapan dengan Denmark.

Saya penggemar kedua tim, sesungguhnya. Selalu senang melihat cara dan gaya orang Balkan dan orang Skandinavia tersebut memainkan sepak bola. Mereka bermain bola dengan riang. Semua pemain dari bek hingga striker dapat menahan bola, mengontrol dengan baik, dengan teknik memikat. Penampilan dinamis, aktraktif, dan menghibur yang turut mewarnai tiap kali turnamen seperti Piala Dunia.

Bermula di ajang Piala Eropa 1992. Menjelang turnamen di Swedia tersebut, Denmark mendapat hadiah besar, Danish didapuk menggantikan Yugoslavia sebagai peserta karena sanksi PBB dan FIFA akibat perang saudara. Berangkat ke Swedia tanpa persiapan cukup, bahkan konon beberapa pemain sudah berlibur di musim panas waktu itu.

Denmark yang dijuluki tim Danish Dinamit meledak di Swedia. Tak tanggung-tanggung, mereka menjuarai Piala Eropa 1992. Inilah salah satu dongeng terindah yang menjadi kenyataan. Saya menggemari Denmark sejak turnamen ini. Satu hal lagi, tim asuhan Richard Moller Nielsen meruntuhkan dua raksasa Eropa. Pada laga semifinal membekap Belanda dan final mengalahkan Jerman, mendoktrin saya bahwa Peter Schemeichel adalah kiper terhebat sepanjang sejarah.

Empat tahun kemudian Euro 1996 di Inggris, giliran juara bertahan Denmark dikejutkan oleh pendatang baru, Kroasia, negara pecahan Yugoslavia, yang mereka gantikan. Mereka menghancurkan negara Skandinavia itu 3-0 melalui sepak bola menawan dengan gerakan-gerakan seperti menari balet dari Zvonimir Boban, Robert Prosinecki, dan tentu saja Davor Suker. Gol ketiga yang dicetak Suker sungguh brilian, dia melob bola melewati jangkauan Shemeichel.

Maju ke perempat final, Kroasia menantang Jerman. Lagi-lagi Suker membuat gol berkelas dunia. Super Suker melewati kiper Andreas Kopke dengan menggiring bola melalui telapak kakinya dan kemudian menceploskan ke gawang kosong. Gol seperti itu hanya bisa dilakukan striker dengan teknik tingi dan ketenangan luar biasa. Sayang Kroasia kalah 1-2 lewat laga cantik dari Jerman di Hillsbrough Sheffield, yang pada akhirnya tampil sebagai juara. Namun saya tetap mengidolakan Kroasia dan Davor Suker.

Euro '96 merupakan awal Kroasia menapak ke persaingan sepak bola Eropa dan Dunia. Dan pada puncaknya generasi emas pertama Kroasia, yang tampil sebagai negara debutan mengguncang Piala Dunia 1998 Perancis.

The Vatreni, tanpa diduga berhasil meraih medali perunggu dan Suker sukses sebagai Top Skor turnamen dengan raihan enam gol. Salah satu gol Suker kembali diciptakan ke gawang Jerman yang saat itu mereka hantam tiga gol tanpa balas di kota Lyon. Suker membuat pertahanan Jerman yang diperkuat Lothar Matthaus dan Jurgen Kohler porak-poranda. Mereka hanya bisa dijinakkan di semifinal oleh tuan rumah Perancis yang menjadi juara.

Perancis '98 juga merupakan prestasi terbaik Denmark dalam sejarah Piala Dunia hingga saat ini. Laudrup bersaudara, Peter Schemeichel, dan kolega tampil prima dan mencapai babak delapan besar. Denmark dihentikan jogo bonito Brasil dengan skor ketat, 2-3.

Dua idola saya, Peter Schemeichel dan Davor Suker tidak bermain lagi di Piala Dunia 2002 Korea-Jepang.

***

Dua dekade berlalu, Kroasia kini punya kesempatan bagus untuk bisa mengulang bahkan melampaui prestasi senior mereka. Skuad Kroasia kini sangat bisa diandalkan untuk melangkah jauh. Entah satu kebetulan atau tidak, Dalic Zlatko, pelatih Kroasia, merupakan asisten Miroslav Blazevic pada Piala Dunia 1998.

Kekuatan mereka dari lini pertahanan sampai barisan penyerang merupakan pemain berkualitas yang tersebar memperkuat klub-klub besar Eropa. Mereka menjadi andalan, bahkan menjadi kunci atau motor tim.

Di lini belakang ada nama Dejan Lovren, bek tengah Liverpool yang musim ini tampil sangat kuat dan menjadi tembok kokoh. Lovren berduet di tengah pertahanan bersama Domagoj Vida atau Josip Pivaric, keduanya adalah bek Dinamo Zagreb. Di sisi pertahanan ada nama Sime Vrsaljko dan Ivan Strinic.

Di lini tengah merupakan kekuatan dahsyat yang dimiliki Kroasia. Bukan sembarang  gelandang. Trio Luka Modric (Real Madrid), Ivan Rakitic (Barcelona), dan Ivan Perisic (Inter Milan) dipandang sebagai lini tengah terkuat di Eropa dan Dunia saat ini. Ketiganya juga produktif, sudah membuat gol di tiga partai di Grup D Piala Dunia 2018.

Modric adalah kapten dan pemimpin serangan Kroasia, sederhana cara bermainnya tapi sangat mematikan. Modric memiliki insting bola yang luar biasa. Sebelum mendapat bola ia sudah paham ke mana bola harus dihantarkan. Atau bahkan tendangan akurat seperti tembakan dahsyat yang dia lepas ke gawang Argentina.

Sedangkan Rakitic adalah gelandang petarung yang jeli membaca permainan lawan. Visi permainan yang jernih, kemampuan menciptakan ruang dan punya mental kuat karena ditempa di laga-laga besar. Adapun Perisic merupakan gelandang sayap andalan yang bisa bertugas sebagai penyerang pelapis, kemampuan menggiring dan melewati lawan sekaligus menembak ke gawang adalah kekuatan utama Perisic.

Untuk barisan penyerang, Kroasia memasang Mario Mandzukic dan Ante Rebic. Penyerang utama Mandzukic memang belum selegendaris Suker, namun tetap bisa diandalkan. Mandzukic termasuk striker petarung dan cukup cerdik mengumpan lewat kepala.

***

Kroasia menjadi salah satu dari tiga tim yang melaju ke babak 16 besar dengan menyapu bersih tiga kemenangan, termasuk menghantam Argentina bersama Lionel Messi, 3-0.

Malam nanti Modric cs. ditantang oleh Denmark yang diperkuat bintang terang yang sedang menjulang, Christian Eriksen, talenta luar biasa Denmark yang punya umpan akurat, membangun banyak serangan, dan memiliki naluri tajam sebagai second striker. Ericksen bersama Schemeichel junior di bawah gawang, sangat diandalkan negaranya memantik ledakan Danish Dinamit di Rusia 2018, sebagaimana 26 tahun lampau. 

Kroasia dan Denmark dalam euforia. Kini mereka akan saling bunuh untuk satu tiket delapan besar. Pertarungan seru bakal tersaji, dan saya yakin Davor Suker dan Peter Schemeichel, dua legenda idola saya di kubu berbeda, akan hadir di tribun Nizhny Novgorod Stadium. 

 Salam Piala Dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun