Dengan demikian akan terjadi ajang pencitraan sang patron pendukung pasangan calon. Pertarungan frontal antar patron sulit dihindari pada masa-masa kampanye nanti. Kompetisi akan memunculkan friksi, intrik, bahkan intimidasi untuk saling berebut suara publik. Dinamika ini tentu berpotensi menciptakan konflik horizontal, terutama ketika sang patron yang juga sering disebut aktor politik memainkan stretegi usang seperti isu SARA, politik uang, dan penyebaran hoaks. Harus diakui kita belum terbiasa dengan persaingan nilai dan gagasan.
Salah satu tantangan demokrasi di Indonesia adalah belum matangnya sikap sebagian politisi. Politik hanya diartikan sebagai sarana untuk meraih kekuasaan. Akibatnya banyak menghalalkan segala cara. Politisi terutama pasangan calon yang bertarung harus memiliki kemauan politik untuk menaati aturan main yang sudah disepakati.
Mari kita bangun persepsi positif bahwa pilgub Sulsel harus berujung pada kesejateraan masyarakatnya.
Selamat berkompetisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H