Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ketua Umum Partai Politik

14 Maret 2015   17:28 Diperbarui: 14 September 2019   00:20 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14263307311836642988

http://nasional.kompas.com/read/2014/03/14/2340129"]Selain Presiden Joko Widodo, tak berlebihan rasanya jika 10 orang paling berkuasa di Republik Indonesia adalah mereka yang menjabat sebagai ketua umum partai politik saat ini.

Coba kita cek, berdasarkan hasil pemilihan umum tahun 2014. Ketua umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarno Putri, belum tahu sampai kapan melepas jabatan yang telah diemban sejak berdirinya partai Banteng. Aburizal Bakrie ngotot maju mempertahankan ketua umum, meskipun suara partai Golkar terus menurun, dan parahnya lagi untuk kali pertama tak berhasil mengajukan calon presiden dan/atau calon wakil presiden dalam kontestasi pilpres tahun lalu.

Kemudian Prabowo Subianto, ikon dan simbol partai Gerindra. Prabowo yang menjadi rival keras Jokowi di pilpres tahun lalu, seperti turun kelas karena bersedia menjabat ketua umum parpol berlambang burung garuda ini. SBY pun sama saja, turun level dengan mengambil alih kekuasaan ketua umum sebelumnya, Anas Urbaningrum, dan berniat terus mempertahankannya di Munas partai Demokrat, pada Mei nanti. Meski telah menjabat Presiden RI dua periode, Ketua Umum Demokrat sepertinya tetap jabatan yang maha penting. Banyak yang bilang SBY masih dilanda post power syndrome.

Itu tadi profil ketua umum parpol papan atas. Siapa penguasa parpol papan tengah? Muhamin Iskandar lebih memilih tetap menjadi ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), daripada sekadar menjabat menteri di kabinet kerja Presiden Joko Widodo. Hatta Rajasa pun bermaksud melanggengkan jabatan ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN), meski akhirnya kalah tipis dari yuniornya, Zulkifli Hasan, yang juga menjabat Ketua MPR.

Presiden-sebutan untuk ketua umum Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, sebelumnya lama menjabat Sekjen, dan segera mengajukan pengunduran diri sebagai wakil ketua di DPR periode lalu, setelah didapuk menggantikan Luthfi Hasan Ishaq, karena korupsi kuota daging impor.

Yang paling bersinar adalah Surya Paloh, ketua umum parpol anyar, Nasdem. Paloh adalah politisi ulung, cerdik membentuk organisasi masyarakat Nasional Demokrat, tak lama setelah dikalahkan Aburizal di Munas Golkar Riau 2009. Kini semua orang tahu, Nasdem (Paloh) memang dari awal bertujuan menjadi parpol yang mencari kekuasaan.

Kemudian nomor selanjutnya adalah ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), parpol orde baru ini dilanda kisruh ‘tak berujung’ dengan dualisme kepemimpinan. Kubu Surya Darma Ali terus ditekan kelompok Romihurmuzy. Dan ketua umum parpol terkecil di fraksi DPR adalah Wiranto, dari partai Hanura.

Berkuasa Penuh dan Berlimpah Materi

Menyimak kesepuluh sosok di atas, sepertinya ada yang salah dalam sistem partai politik di Indonesia. Hampir semuanya adalah tokoh yang seharusnya bersikap negarawan dan semestinya tidak lagi berada di kepengurusan. Terlebih lagi proses terpilihnya sebagai pemimpin tertinggi partai tak mencerminkan pembangunan demokrasi yang sehat.

Lihat saja faktanya. Sepengetahuan saya, kecuali PAN, semua ketua umum ditetapkan secara aklamasi, dengan alasan mencegah potensi terjadinya perpecahan internal. Aklamasi meski pun sah, cenderung tak lagi sesuai dengan semangat demokrasi. Lebih ideal membuka kesempatan berkompetisi antar kader untuk memilih ketua umum.

Ini sungguh mengkhawatirkan karena regenerasi parpol tak berjalan, alih-alih memperkuat kaderisasi dengan menyiapkan dan mendidik kader mudanya agar siap tampil. Para ketua umum justru lebih mementingkan melanggengkan kekuasaan.

Lalu pertanyaan mengapung apa sih nikmatnya menjadi ketua umum parpol ?

Seperti yang sudah tertulis di pembuka artikel, bahwa ketua umum memiliki pengaruh dan kekuasaan yang teramat besar. Apalagi jika ketua umum parpol besar. Apalagi ketua umum partai pemenang pemilu.

Hanya pengaruh dan kekuasaan? tentu saja tidak, memiliki pengaruh dan kekuasaan besar, otomatis mendatangkan materi yang tak terbatas jumlahnya. Kita contohkan saja Megawati sebagai ketua umum PDIP, partai penguasa saat ini. Bahkan presiden Jokowi segan dan tunduk pada Megawati.

Sekalipun Jokowi selalu menegaskan dia independen dan tak bisa diintervensi siapa pun, namun sudah beberapa keputusannya dalam memilih pejabat negara tak dapat membohongi publik bahwa dia ditekan Megawati. Ketika Jokowi membentuk kabinet kerja, kader PDIP yang boleh masuk haruslah mendapat restu dari Ibu.

Selain di eksekutif, Megawati juga menjadi bos besar 109 anggota DPR fraksi PDIP. Puluhan Gubernur, Walikota/Bupati adalah kader atau diusung PDIP. Ditambah ribuan anggota DPRD tingkat Provinsi dan Kabupaten/kota yang duduk di parlemen lokal dengan bendera PDIP.

Sudah rahasia umum pula bahwa semua jabatan baik legislatif dan eksekutif tersebut tidak gratis. Mereka semua diwajibkan menyetor iuran ke kas DPP PDIP. Besaran setoran dana tergantung dari seberapa tinggi jabatan yang didapat.

Kecuali di Eksekutif, semua pejabat legislatif kader PDIP dapat diberhentikan langsung dan kapan saja jika Megawati sudah berkehendak. Tak terbantahan bagaimana kuatnya kuasa perempuan pertama yang menjadi Presiden RI ini.

Begitu pun sistem dan aturan main yang berlaku di semua parpol di Indonesia. Ketua umum mulai dari Aburizal, Prabowo, SBY, Cak Imin, Zulkifli, Paloh, SDA, Anis, Wiranto; juga memiliki kuasa absolut seperti Megawati dalam mengatur anak buahnya di eksekutif dan legislatif; hanya kadarnya yang berbeda-beda, tergantung dari perolehan suara parpol di pemilu lalu.

Jadilah ketua umum partai, maka anda akan punya kuasa yang besar dan rekening saldo jumbo.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun