Kampanye kotor dilakukan secara vulgar dan kasar, saling ejek dan menghina antar pendukung beredar di media sosial Facebook, Twitter, Path, dan BBM. Ada diantara mereka tak sungkan membawa-bawa nama suku, agama, ras, dan antar golongan yang jelas-jelas melanggar konstitusi dan aturan pemilu. Apa yang terjadi selama tiga bulan terakhir menunjukkan buruknya mutu para politisi kita dan masih mentahnya pembangunan demokrasi di negara ini.
Namun sudahlah, pertarungan itu sudah menemui ujungnya. Pemilu dapat dilalui tanpa kerusuhan dan perpecahan yang dicemaskan. Mengutip opini Eep Saefulloh Fattah di Kompas(22/7) bahwa kita mesti membuktikan bukan bangsa yang suka rusuh, kita percaya bahwa kemarahan dan (kerusuhan) tak akan mengantarkan kita ke masa depan yang gemilang. Sebab di atas segalanya, kita mencintai Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H