Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rangkuman Pemilihan Presiden-Wakil Presiden 2014

22 Agustus 2014   19:32 Diperbarui: 31 Agustus 2016   13:53 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[caption id="attachment_320415" align="aligncenter" width="560" caption="http://kompasiana.com"][/caption]

Inilah klimaks rangkaian panjang kompetisi politik pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.

Dari gedung Mahkamah Konstitusi (MK) yang berdiri kokoh sembilan pilar sebagai simbol jumlah hakim pengawal konstitusi, Kamis (21/8-2014), mengukuhkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sebagai pemimpin baru Indonesia masa bakti 5 tahun ke depan.

Palu yang diketuk Hamdan Zoelva adalah ketetapan hukum bersifat final yang harus diterima hampir 250 juta rakyat Indonesia, tak terkecuali. Boleh dikatakan inilah keputusan terbesar MK dan paling banyak dinanti. Putusan MK diyakini akan meredakan kondisi bangsa negara yang terus mengalami persaingan sengit dua kubu pasangan calon pemimpin sepanjang enam bulan terakhir. Kompetisinya sangat panjang dan berliku sehingga menguras energi, emosi, dan banyak hal lagi.

Dimulai pemilu legislatif tanggal 9 April, yang dimenangkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Partai Golkar nomor dua, dan Partai Gerindra yang mengandalkan sosok Prabowo berhasil meraih suara signifikan, menempati peringkat ketiga, mengungguli partai pemenang pemilu sebelumnya, Partai Demokrat.

Kepopuleran Jokowi dari PDIP dan Prabowo dari Gerindra, membuat panggung politik Indonesia untuk calon presiden hanya dikuasai mereka berdua, menyisihkan kandidat-kandidat calon lain yang sudah lama beredar, termasuk Aburizal Bakrie dari Golkar, yang tak kunjung menaikkan elektabilitasnya ke dua digit.

Jokowi dan Prabowo punya posisi tawar yang tinggi untuk mengajak politisi dari partai lain bergabung. Keduanya memang butuh bantuan partai lain karena hasil pemilu legislatif, tak ada satupun partai mendapatkan 20 persen suara sah, sebagai syarat mengajukan pasangan calon.

Pada waktunya, Jokowi menggandeng tokoh senior politisi-pengusaha, Jusuf Kalla. Duet muda-pengalaman ini diusung PDIP. Partai Banteng mengajak Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Keadilan Persatuan Pembangunan (PKPI). Gabungan ini mereka menamakan dengan koalisi “Indonesia Hebat”, dengan identitas baju kotak-kotak dan kemeja putih. Slogannya ‘salam dua jari tengah dan telunjuk”.

Di jalur berseberangan, sang rival, Prabowo Subianto memilih si-rambut perak, Hatta Rajasa. Duet partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional (PAN) ini juga disokong beberapa partai berpengalaman. Ada Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS),dan Partai Bulan Bintang (PBB). Bahkan masuk belakangan partai yang tengah berkuasa, Partai Demokrat. Inilah koalisi merah putih dengan slogan “Indonesia Bangkit”. Di kertas suara pasangan ini mengenakan kemeja putih berkantong empat dan berkopiah.

Pertama kali dalam sejarah reformasi Indonesia, Pilpres hanya diikuti dua pasangan calon. Pada awalnya banyak yang suka dengan head to head semacam ini, lebih seru dan menegangkan. Dipastikan tak ada putaran kedua yang akan menguras energi dan tentu saja menghemat APBN triliunan rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun