Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Saya dan PSM Makassar yang Kini 100 Tahun

24 Februari 2015   16:48 Diperbarui: 31 Agustus 2016   12:03 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14247448982121453712

[caption id="attachment_352742" align="aligncenter" width="300" caption="https:psm-makassar-logo-hd-logo/"]Dua hari menulis artikel mengenai kisah saya sebagai suporter klub PSM Makassar belum rampung juga. Tiba-tiba, koran Kompas, pagi ini, Selasa, 24 Februari 2015, di rubrik olahraga (hal. 30), ‘mendahului’ saya menuliskan cerita suporter fanatik PSM. Judul berita yang dipilih Mohammad Final Daeng, Jurnalis Kompas, sangat menghentak dan keluar mainstream ; '(Nama) Anakku, Jayalah PSM Reski Ilahi’.

****

Sebagai wujud cinta, bangga, dan penghormatan, kepada PSM Makassar, sudah lama saya ingin mengabadikan dengan menuliskan banyak kenangan selama menjadi suporter PSM. Meski harus saya akui, tak semilitan dan ‘segila’ beberapa suporter PSM lain.

Ukuran ‘gila dan militan’ suporter PSM relatif mudah ditakar. Yakni mereka yang rajin mendukung langsung PSM, meski bermain tandang. Paling istimewa ketika PSM bertanding di GBK (Senayan) di babak akhir kompetisi, maka kelompok suporter fanatik PSM mengarungi lautan selama dua hari menuju ibukota.

Sampai sekarang saya masih kerap 'iri' dengan barisan suporter semacam mereka. Menurut persepsi pribadi, hanya ada empat suporter klub sepak bola nasional paling fanatik, paling tradisional mengakar, dan paling ‘gila’. Yakni suporter klub PSMS Medan, Bobotoh Persib Bandung, BonekPersebaya, dan suporter PSM Makassar. Pokoknya cinta sampe mati.

Berawal 1992

Awal kecintaan saya terhadap PSM terjadi tahun 1992. Saat itu, PSM berhasil menjuarai Divisi Utama Perserikatan di Stadion Utama Senayan (sekarang GBK). Alimuddin Usman dkk, membungkam dua favorit juara, Persib Bandung di semifinal; dan PSMS Medan di pertandingan final.

Saya masih ingat lautan merah dan meriahnya kota Ujung Pandang (Makassar), kala menyambut skuat Juku Eja dan mengarak piala presiden ke penjuru-penjuru kota Anging Mammiri. Sejak itu, saya menasbihkan sebagai penggemar PSM. Yang tak pernah lupa, saking cinta pada PSM, saya rajin menyambangi stadion Mattoanging yang hanya berjarak sekitar 3 KM dari tempat tinggal, hanya untuk melihat dari pinggir lapangan pemain PSM berlatih di sore hari.

Menyaksikan latihan seperti 'penebusan' rasa kesal sama Ayah yang belum mengijinkan menonton langsung pertandingan resmi PSM yang selalu digelar malam hari. Takut rusuh, kata Ayah. Maklum saya masih anak SD berumur 10 tahun.

****

PSM menjalani musim 1992/1993 dengan misi mempertahankan gelar. ‘Mempertahankan gelar jauh lebuh sulit daripada merebutnya’. Begitu yang selalu saya baca dari pengamat bola lokal Ujung Pandang, Piet Hariadi Sanggelorang, di koran Pedoman Rakyat.  

Musim kompetisi Perserikatan pamungkas. PSSI yang diketuai Azwar Anas, akan menggelar Liga Indonesia, dengan melebur kompetisi Perserikatan dan kompetisi Galatama. So, siapa yang berhasil juara Perserikatan, dipastikan akan menyimpan piala presiden selamanya.

Sayang sekali, PSM gagal. Bahar Muharram dkk, takluk di laga final dari Persib Bandung yang diperkuat Robbi Darwis, Yusuf Bachtiar, dan Sutiono Lamso, dengan skor 0-2. Satu pil pahit yang mesti ditelan. Biar begitu, suporter tetap menyambut kepulangan klub pujaan hati.

Liga Indonesia Menuju Pentas Dunia 2002

Liga Indonesia, yang diyakini sebagai liga profesional untuk mewujudkan mimpi Timnas lolos ke Piala Dunia 2002, resmi dibuka dengan heboh dan mewah. (Tahun 2002 telah berlalu 13 tahun, alih-alih ke PD, prestasi Timnas makin terpuruk)

Peserta LI (selalu juga disebeut Liga Dunhill) ada 36 tim dari seluruh Indonesia. Kompetisi dengan klub terbanyak di dunia. Dengan alasan geografis, dibagi dalam dua wilayah—Barat dan Timur. PSM tentu saja diplot di wilayah Timur.

Format LI menggunakan setengah kompetisi dan setengah turnamen. Empat tim teratas klasemen masing-masing wilayah lolos ke babak 8 besar di Senayan untuk mencari siapa gerangan juara sepak bola paling prestisius di tanah air.

Rupa-rupanya, LI yang mengijinkan klub menggunakan 5 pemain asing (hanya 3 yang bisa tampil bersamaan) , membuat klub perserikatan yang selalu dianggap non-profesional, keteteran. Termasuk PSMyang tak mampu kompetitif. Ayam Jantan gagal lolos ke babak 8 besar, jika tak keliru menempati nomor 10 wilayah Timur. Hanya Persib yang sanggup bersaing, bahkan berhasil menjadi juara, meski hanya mengandalkan seluruh pemainnya berasal dari tanah Sunda.

Nurdin Halid

Hasil buruk edisi pertama, membuat PSM serius berbenah menghadapi musim selanjutnya. Musim 1995/1996 inilah awal nama Nurdin Halid masuk ke panggung sepak bola nasional.

Nurdin didapuk menjadi Manager PSM, mengganti La Tinro La Tunrung. Dengan dukungan dana besar, Nurdin mengguncang bursa transfer. Mengontrak 3 pemain asal Brasil. Tentu saya masih ingat : Bek sentral Marcio Novo; Playmaker elegan Luciano Leandro; dan striker haus gol, Jecksen F Tiago. Beberapa pemain papan atas nasional pun bergabung demi ambisi besar.  

Benar saja, PSM tampil sebagai peringkat pertama wilayah Timur. Di babak semifinal melawan Persipura, PSM menang heroik dengan skor 4-3, setelah lebih dulu tertinggal 1-3. Di final, PSM bertemu Bandung Raya. Memang final ideal sejak awal. Bandung Raya kampiun Wilayah Barat melawan juara Timur, PSM. Bakal tersaji adu racikan pelatih Henk Wullems (Bandung Raya) dan M. Basri (PSM). Dan tak kalah seru duel manager papan atas, Tri Goestoro  versus Nurdin Halid, yang kemudian hari berlanjut di kepengurusan elit PSSI.

Diguyur hujan lebat, PSM yang lebih diunggulkan, nyatanya tumbang dari kaki-kaki Peri Sandria, Dejan Glusevic, Olinga Atangana, Nuralim, dkk. Hasil ini membuat kecewa pemain, Nurdin, dan segenap suporter. Namun apa hendak dikata dan mau bagaimana lagi.

Musim selanjutnya, format kompetsi diubah menjadi tiga wilayah. Kemudian babak 12 besar, semifinal, dan final. PSM masih menjadi favorit, meski kemudian kandas di babak semifinal dari Persebaya Surabaya, 2-3, lewat pertandingan ketat dan menegangkan. Di final Persebaya mengubur mimpi Bandung Raya mempertahankan gelar. Bajul Ijosejak awal memang unggulan paling atas melihat materi pemain terbaik dari segala lini. Jecksen direkrut dari PSM, Carlos De Melo, ada bek tangguh Bejo Sugiantoro, gelandang enerjik Uston Nawawi, dan striker legenda mereka, Yusuf Ekodono.

Sepak Bola dan Politik

Dua kegagalan beruntun meski sudah mengucurkan dana besar, sempat membuat manajemen PSM kehilangan motivasi. Skuat menjadi lemah dan tak sesolid sebelumnya. Nurdin mundur dari kursi Manager dan menerima tawaran Pelita Jaya. Beberapa pemain pun ikut jejak Puang-sapaan Nurdin.

Namun kita tentu ingat musim 1997/1998 adalah musim paling berdarah-darah, karena kompetisi terpaksa dihentikan karena banyak kerusuhan yang dianggap didalangi kepentingan politik di tahun yang bersejarah bagi negara Indonesia.

Kondisi kondusif setelah Reformasi Mei 1998, kompetisi kembali dibuka. PSM masih sanggup lolos ke babak 10 besar meski materi pemain pas-pasan. Tahun ini klub PSIS Semarang membuat kejutan dengan meraih trofi. PSIS lewat gol tunggal 'si boncel', Tugiyo, membungkam ambisi Persebaya mempertahankan gelar di laga final, yang diasingkan dari komplek Senayan ke stadion Klabat, Manado, menyusul rangkaian kerusuhan ‘Bonek’di ibukota.

Kampiun di Milenium Baru

Baru saat memasuki milenium, PSM kembali menjadi tim yang solid. Nurdin balik kandang. Pemain asing dan pemain nasional terbaik dikontrak dan digaji tinggi. De Melo, Kurniawan ‘Kurus’, Bima Sakti, Miro Baldo Bento, dan Aji Santoso, adalah nama-nama terbaik saat itu. Pelatihnya pun tak tanggung-tanggung : Henk Wullems, si-menirdari Belanda. Pokoknya gelar juara harga mati, tak boleh lepas lagi, titik.

Selain PSM, Persija dengan dana berlimpah juga difavoritkan. Dan setelah mengarungi penyisihan yang panjang, PSM dan Persija harus bertemu di semifinal, bukan di final yang lebih pas dan ideal. Untung saja ‘Ayam Jantan Timur’ bisa menang tipis atas ‘Macan Kemayoran’, berkat gol tunggal Baldo Bento.

Musuh di final adalah Pupuk Kaltim, yang diperkuat pemain kawakan nasional, Jenderal lapangan, Fachri Husaini. Hasil akhir PSM menang 3-2, dan akhirnya menjadi juara. Klub pertama di luar pulau Jawa yang sukses. Prestasi tertinggi PSM ini semakin mengilap dengan keberhasilan lolos ke babak delapan besar dan menjadi tuan rumah Liga Champions Asia.

PSM dan masyarakat Makassar mendapat pengalaman menakjubkan ketika mereka bertanding dengan kekuatan elit Asia, seperti Samsung Blue Wings dari Korea; Jubilo Iwata jawara J-League; dan klub dari Tiongkok (saya lupa nama klubnya).

Musim 2000/ 2001, PSM hampir saja mengukir sejarah menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan piala juara. Namun sayangnya ambisi besar Persija Jakarta, berhasil membalas dendam kepada PSM, sekaligus merebut trofi pertama bagi tim ibukota. Nama Bambang Pamungkas melejit menjadi bintang terang dengan gol indah ke gawang Hendro Kartiko. Luciano Leandro pun harus meminta maaf kepada suporter PSM karena dia sudah berkostum Persija kala itu.

Selanjutnya musim 2002, PSM takluk disemifinal dari Persita Tangerang. Juara diraih klub BUMN, Petrokimia Putra Gresik. Tahun 2003 format diubah lagi, yakni kompetisi penuh layaknya liga-liga di Eropa. Persik Kediri sukses juara dan merangsek ke persaingan atas sepak bola nasional.

Siklus dan Format Kompetisi

Seperti siklus, PSM kembali bangkit pada tahun 2004. Kali ini Manager dipercayakan pada anak muda pengusaha tajir, Erwin Aksa. Pada musim ini PSM seharusnya bisa juara, hampir sepanjang kompetisi, Syamsul Chaeruddin, Ponaryo Astaman, cs, memimpin klasemen. Namun di akhir kompetisi PSM tergelincir dan gelar juara pun lepas, direbut Persebaya Surabaya.

Hanya dua tahun ditetapkan, memasuki musim kompetisi 2005, format dikembalikan menjadi dua wilayah. PSM lagi-lagi kandas di delapan besar. Yang menjadi juara adalah Persipura Jayapura, dibawah pelatih Rachmat Darmawan dan rising star, Boaz Solozza. Di final mereka membungkan Persjia Jakarta, 3-2.

Dapat dikatakan, musim 2005-inilah, akhir klimaks saya sebagai fans PSM. Berbagai alasan; kekuatan PSM yang timpang, manajemen tidak profesional, membuat saya berjarak dengan PSM dan kompetisi Liga Indonesia. Saya hanya sesekali mengikuti perkembangan PSM dari koran lokal. Tak pernah lagi menonton langsung di Mattoanging. Hasil menang ataupun kalah yang diperoleh PSM, tak cukup kuat lagi membuat dada saya bergemuruh seperti satu dekade silam.

Nyaris rentang 10 tahun hingga kini, prestasi PSM anjlok dan hanya menjadi klub medioker. Bahkan beberapa kebijakan pengurus yang membuat suporter marah. Pernah mundur dari kompetisi ISL, yang kemudian berbuntut hukuman degradasi. Bergabung pada kompetsi IPL yang tidak bermutu, rajin menunggak gaji pemain. Dan puncak dari segala keprihatinan saat PSM terusir dari Mattoanging musim lalu karena stadion lapuk itu tak memenuhi standar nasional lagi. Padahal PSM dan Mattoanging adalah satu paket.

Eporia Datang Lagi

Barangkali rasa suporter Persib Bandung yang berpesta berhari-hari merayakan keberhasilan ‘Maung Bandung’ menjadi juara ISL 2014, kini ada secercah harapan bangkit kembali. Musim ini PSM mulai lebih serius berbenah memperkuat tim, dan lebih penting ada harapan PSM akan bertanding di rumah sendiri, Mattoanging.

Dan bulan November mendatang, PSM akan berusia 100 tahun. Alangkah indah jika kado usia seabad klub kebanggaan dan simbol perekat masyarakat Makassar adalah berhasil menjadi juara ISL 2015. Saya pun ingin kembali mengulang kisah-kisah manis menjadi pendukung PSM di masa 1992 hingga tahun 2005.

Selamat ulang tahun PSM. Jaya selalu reski Ilahi. Dan tentu Paentengi Siri’nu. Ewako.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun