Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Saya dan PSM Makassar yang Kini 100 Tahun

24 Februari 2015   16:48 Diperbarui: 31 Agustus 2016   12:03 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14247448982121453712

Musim 2000/ 2001, PSM hampir saja mengukir sejarah menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan piala juara. Namun sayangnya ambisi besar Persija Jakarta, berhasil membalas dendam kepada PSM, sekaligus merebut trofi pertama bagi tim ibukota. Nama Bambang Pamungkas melejit menjadi bintang terang dengan gol indah ke gawang Hendro Kartiko. Luciano Leandro pun harus meminta maaf kepada suporter PSM karena dia sudah berkostum Persija kala itu.

Selanjutnya musim 2002, PSM takluk disemifinal dari Persita Tangerang. Juara diraih klub BUMN, Petrokimia Putra Gresik. Tahun 2003 format diubah lagi, yakni kompetisi penuh layaknya liga-liga di Eropa. Persik Kediri sukses juara dan merangsek ke persaingan atas sepak bola nasional.

Siklus dan Format Kompetisi

Seperti siklus, PSM kembali bangkit pada tahun 2004. Kali ini Manager dipercayakan pada anak muda pengusaha tajir, Erwin Aksa. Pada musim ini PSM seharusnya bisa juara, hampir sepanjang kompetisi, Syamsul Chaeruddin, Ponaryo Astaman, cs, memimpin klasemen. Namun di akhir kompetisi PSM tergelincir dan gelar juara pun lepas, direbut Persebaya Surabaya.

Hanya dua tahun ditetapkan, memasuki musim kompetisi 2005, format dikembalikan menjadi dua wilayah. PSM lagi-lagi kandas di delapan besar. Yang menjadi juara adalah Persipura Jayapura, dibawah pelatih Rachmat Darmawan dan rising star, Boaz Solozza. Di final mereka membungkan Persjia Jakarta, 3-2.

Dapat dikatakan, musim 2005-inilah, akhir klimaks saya sebagai fans PSM. Berbagai alasan; kekuatan PSM yang timpang, manajemen tidak profesional, membuat saya berjarak dengan PSM dan kompetisi Liga Indonesia. Saya hanya sesekali mengikuti perkembangan PSM dari koran lokal. Tak pernah lagi menonton langsung di Mattoanging. Hasil menang ataupun kalah yang diperoleh PSM, tak cukup kuat lagi membuat dada saya bergemuruh seperti satu dekade silam.

Nyaris rentang 10 tahun hingga kini, prestasi PSM anjlok dan hanya menjadi klub medioker. Bahkan beberapa kebijakan pengurus yang membuat suporter marah. Pernah mundur dari kompetisi ISL, yang kemudian berbuntut hukuman degradasi. Bergabung pada kompetsi IPL yang tidak bermutu, rajin menunggak gaji pemain. Dan puncak dari segala keprihatinan saat PSM terusir dari Mattoanging musim lalu karena stadion lapuk itu tak memenuhi standar nasional lagi. Padahal PSM dan Mattoanging adalah satu paket.

Eporia Datang Lagi

Barangkali rasa suporter Persib Bandung yang berpesta berhari-hari merayakan keberhasilan ‘Maung Bandung’ menjadi juara ISL 2014, kini ada secercah harapan bangkit kembali. Musim ini PSM mulai lebih serius berbenah memperkuat tim, dan lebih penting ada harapan PSM akan bertanding di rumah sendiri, Mattoanging.

Dan bulan November mendatang, PSM akan berusia 100 tahun. Alangkah indah jika kado usia seabad klub kebanggaan dan simbol perekat masyarakat Makassar adalah berhasil menjadi juara ISL 2015. Saya pun ingin kembali mengulang kisah-kisah manis menjadi pendukung PSM di masa 1992 hingga tahun 2005.

Selamat ulang tahun PSM. Jaya selalu reski Ilahi. Dan tentu Paentengi Siri’nu. Ewako.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun