Mohon tunggu...
Crystalia Claudy Alnik
Crystalia Claudy Alnik Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama : Crystalia Claudy Alnik NIM : 43222010012 Fakultas/ Prodi : Ekonomi dan Bisnis / S1-Akuntansi Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:20 Diperbarui: 13 November 2023   17:39 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semar memiliki senjata yaitu "Kentut". Senjata yang Semar miliki bukan dalam bentuk fisik seperti panah, pedang, tombak dll. berikut sifat senjata "kentut" Semar :

1. Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri, jadi senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar bukan alat yang diciptakan atau dibuat.

 2. Semar menggunakan senjatanya bukan untuk membunuh tapi lebih untuk meningkatkan kesadaran. Dalam beberapa lakon/cerita pewayangan Semar menggunakan senjata “Kentut” nya melawan resi atau raja atau ksatria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima yang akhirnya “badar” atau sadar kembali pada perwujudannya yang semula, yang biasanya adalah Bhatara Guru, Bhetari Durga dan lainnya.

 3. Semar akan menggunakan senjata “Kentut” nya apabila dengan cara yang konvensional yaitu menggunakan senjata biasa tidak bisa mengatasi permasalahan. Sebagai makna simbolik “Kentut” itu sendri mempunyai sifat-sifat : 

  • Identik dengan bersuara dan berbau.
  • Memiliki bau busuk atau tidak enak.
  • "kentut" juga bisa berarti suara yang mempunyai bau atau nuansa yang tidak enak untuk didengar atau dirasakan.

Jadi kalau dipadukan dengan simbolik Semar maka akan seperti suara “rakyat” kecil yang bercirikan kesederhanaan itu akan membawa pada Budi pekerti dan cara pandang yang murni yang dapat membawa visi yang lebih murni  tanpa ada bias sehingga dapat menangkap kebenaran apa adanya. Oleh karena itu, senjata "Kentut" Semar mungkin memiliki makna simbolis berupa suara "rakyat" yang menyampaikan kebenaran yang sifatnya membuat para pemimpinnya merasa kembali ke jalan yang benar sehingga suaranya terdengar tidak enak didengar dan tajam pemimpinnya. Tidak baik didengar dan kalau dirasa bau tidak sedap karena kritiknya yang sarkas, dan cenderung menyakitkan jika untuk pemimpin rakyat.

Senjata “kentut” Semar secara simbolis dapat dipahami sebagai senjata pamungkas “rakyat” untuk menyadarkan pemimpinnya agar kembali ke jalan yang benar yaitu etika berbudi luhur yang harus selalu dipegang teguh. Untuk mencapai sebuah tujuan harus dilakukan dengan cara yang benar. Sangat disayangkan jika kita dipimpin oleh seorang pemimpin yang membiarkan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut (tanpa bermaksud untuk mengurangi nilai materi secara nyata yang telah tercapai). Nilai-nilai moral luhur masyarakat Jawa pada khususnya pada masyarakat Indonesia pada umumnya selalu mengajarkan bahwa untuk mencapai tujuan yang baik menuju Indonesia adil dan makmur untuk mewujudkan cita-cita “Panjang Punjung". Panjang artinya menjadi panutan bagi negara lain, punjung artinya mempunyai wibawa yang tinggi.

2. Bentuk Semar

Semar memiliki keunggulan pribadi sebagai tokoh punakawan. Kebanyakan masyarakat Jawa yang tertarik pada dunia perwayangan akan menjadikan sosok Semar sebagai panutan pada kehidupan sehari hari. 

Sosok Semar dilukiskan sebagai mahkluk yang tidak jelas identitasnya, yang berarti Samar. Dikatakan laki-laki karena sering dipanggil Kakang ataupun Rama tetapi memiliki perawakan seperti perempuan, serba bulat dengan dada berkembang seperti perempuan. Dikatakan tua rambutnya dikuncir seperti anak kecil, wajahnya menangis namun juga terlihat tertawa, sangat sulit membedakan antara tangis dan tawa.

Pada buku Dunia Semar yang ditulis oleh Ardian Kresna secara umum bentuk atau ciri-ciri sosok Semar pada wayang kulit yaitu:

a. Semar berkuncung seperti anak kecil, namun berwajah tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun