Mohon tunggu...
CRMS Indonesia
CRMS Indonesia Mohon Tunggu... -

CRMS Indonesia (Center for Risk Management Studies) adalah institusi pelatihan manajemen risiko yang telah diakui dunia.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lima Prioritas Dalam Membangun Manajemen Risiko di Dunia Asuransi

15 Maret 2017   12:56 Diperbarui: 15 Maret 2017   22:00 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prioritas 4: Pentingnya memiliki dan mempertahankan best talents untuk terus mampu bersaing. Responden mengakui, banyak dari mereka mengalami kesulitan mendapatkan tenaga ahli di bidang manajemen risiko. Hanya 7% dari responden mengakui mereka memiliki kecukupan internal sumber daya manusia (SDM) untuk bidang manajemen risiko, khususnya di bidang modeling dan antisipasi risiko-risiko baru. Tantangannya tidak hanya dalam proses perekrutan, namun juga spesialisasi yang makin langka. Tenaga ahli yang ada, diakui industri asuransi, juga harus berkompetisi dengan perbankan yang juga mendapatkan keahlian yang sama.

Perusahaan asuransi global sedang memperbesar ukuran dan keragaman mereka dengan cara mobilitas lintas negara, guna memberikan kesempatan berkarir secara lintas fungsi. Hal ini membantu untuk mempertahankan pegawai karena memberikan variasi dan rotasi yang lebih lebar. Kampanye atas kesempatan seperti ini kerap dilakukan dan cenderung menggantikan tugas-tugas yang lebih teknis dan formal yang fokus pada pemenuhan regulasi dan pengendalian internal.  

Banyak perusahaan asuransi bekerja keras guna menambah rentang dan kedalaman keahlian dan kemampuan di bidang fungsi risiko dan nampaknya akan terus berlanjut. Dari responden, menunjukkan 86% berharap dapat terus meningkatkan  investasi mereka untuk membangun kapabilitas manajemen risiko. Hal ini lebih tinggi dari responden perbankan.

Prioritas 5: Mewujudkan budaya risiko yang konsisten dan kuat dan menjadi bagian dalam perilaku sehari-hari pelaku industri. Para responden umumnya menyatakan mengalami tantangan dalam menerapkan budaya risiko  secara korporasi.  Hanya 7% yang mengakui mereka memiliki budaya risiko yang kuat dan konsisten yang telah dipahami dan diimplementasikan di seluruh jajaran, meskipun 23% percaya mereka dapat mewujudukan budayta tersebut dalam waktu 2 tahun kedepan.  

Kesimpulan

Dengan melihat lima prioritas utama yang perlu menjadi perhatian pelaku industry asuransi, yaitu:

  1. Peran manajemen risiko dalam era digital;
  2. Lebih meningkatkan perhatian pada kapabilitas data dan analitik;
  3. Memperhatikan manajemen risiko operasional yang lebih efektif dan adaptif;
  4. Memiliki dan mempertahankan best talents; dan
  5. Budaya risiko,  

Maka tentunya industri asuransi di Indonesia pada khususnya harus dapat lebih lagi menyiapkan diri, membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna tidak hanya supaya bisa sekedar bertahan hidup, namun juga bisa sejajar dengan lebih negara-negara lain.  Apakah kita siap bersaing  Siap atau tidak siap, persaingan akan dan sudah mulai terjadi.

Daftar Pustaka

http://www.accenture.com/microsite/SiteCollectionDocuments/2015%20Global%20Risk%20Management%20Study/Accenture-2015-Global-Risk-Management-Study-Insurance-Report.pdf  

http://www.asuransikita.co.id/blog/asuransi-kesehatan-blog/3-tantangan-perusahaan-asuransi-di-2015/

http://finansial.bisnis.com/read/20141224/215/385658/industri-asuransi-2015-ini-dia-tantangan-industri-asuransi-tahun-depan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun