Cara ini sangat efektif. Banyak siswa yang menggunakan waktu istirahat atau juga jam literasi, (sebelum pelajaran dimulai) untuk membaca buku.
3. Memaksimalkan jam literasi di sekolah.
15 menit sebelum jam pelajaran dimulai adalah waktu untuk literasi. Peserta didik didampingi untuk membaca di kelas, atau juga menulis majalah dinding di kelas.
4. Mengembangkan minat bakat.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, diisi dengan pengembangan diri.
SMPK Donbosco Atambua, memberi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri melalui kegiatan ekskul.
Di SMPK Don Bosco Atambua, ada kelompok literasi. Siswa yang memiliki bakat menulis, didampingi oleh guru Bahasa Indonesia, untuk mengembangkan literasi dasar.
Siswa dilatih, didampingi melalui GLS, dengan hasil akhir adalah menerbitkan majalah sekolah. Peserta didik diberi kesempatan untuk menulis di majalah sekolah.
Pekerjaan guru di era digital tidak mudah. Zaman sekarang anak-anak lebih tertarik pada games, Tik tok, Facebook, ketimbang membaca buku. Minat baca anak menurun dari waktu ke waktu.
Salah satu implementasi GLS terduang dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015, yaitu penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca.
Hal itu bertujuan untuk menanamkan nilai budi pekerti yang baik di bangku sekolahan. Dengan adanya GLS, diharapkan akan terwujud masyarakat dengan budaya literasi yang tinggi.