Salah satu upaya pemerintah untuk menyiapkan generasi emas, 2045 adalah menggerakkan literasi. Literasi penting bagi peradaban manusia. Dunia tanpa literasi ibarat malam tanpa tanpa cahaya.
Pergerakan literasi baca tulis bagi generasi emas sudah seharusnya menyasar ke sekolah-sekolah. Sekolah sudah semestinya memberikan peluang bagi siswa agar literasi dasar dapat berjalan.
Peluang yang dapat dimaksimalkan di sekolah misalnya, menyiapkan spot baca, pojok baca di kelas, majalah dinding, atau juga mengupayakan penerbitan majalah sekolah.
Sebagai contoh, SMPK Don Bosco Atambua, sebagai salah satu sekolah favorit di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur, telah mengupayakan Gerakan literasi Sekolah, ( GLS), sebagai wujud dari Visi-Misi sekolah.
Ada beragam kegiatan literasi di SMPK Don Bosco.
1. Menerbitkan Majalah Dinding
Majalah Dinding sekolah menjadi media dimana peserta didik, dilatih untuk menulis, menuangkan ide dan gagasan dalam beragam rubrik yang tersedia.
Ada point positif yang diperoleh. Kita tidak hanya sekedar menulis, tetapi dengan menulis, anak-anak sekaligus juga dilatih untuk berpikir, serta membaca tulisannya sendiri.
2. Menyediakan pojok baca di kelas.
Hal ini merupakan upaya mendekatkan buku kepada siswa. Ketersediaan buku bacaan di kelas, merangsang keinginan Tahuan anak-anak untuk mendekati, mengambil dan membaca.
Cara ini sangat efektif. Banyak siswa yang menggunakan waktu istirahat atau juga jam literasi, (sebelum pelajaran dimulai) untuk membaca buku.
3. Memaksimalkan jam literasi di sekolah.
15 menit sebelum jam pelajaran dimulai adalah waktu untuk literasi. Peserta didik didampingi untuk membaca di kelas, atau juga menulis majalah dinding di kelas.
4. Mengembangkan minat bakat.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, diisi dengan pengembangan diri.
SMPK Donbosco Atambua, memberi kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri melalui kegiatan ekskul.
Di SMPK Don Bosco Atambua, ada kelompok literasi. Siswa yang memiliki bakat menulis, didampingi oleh guru Bahasa Indonesia, untuk mengembangkan literasi dasar.
Siswa dilatih, didampingi melalui GLS, dengan hasil akhir adalah menerbitkan majalah sekolah. Peserta didik diberi kesempatan untuk menulis di majalah sekolah.
Pekerjaan guru di era digital tidak mudah. Zaman sekarang anak-anak lebih tertarik pada games, Tik tok, Facebook, ketimbang membaca buku. Minat baca anak menurun dari waktu ke waktu.
Salah satu implementasi GLS terduang dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015, yaitu penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca.
Hal itu bertujuan untuk menanamkan nilai budi pekerti yang baik di bangku sekolahan. Dengan adanya GLS, diharapkan akan terwujud masyarakat dengan budaya literasi yang tinggi.
Kita yakin bahwa adanya tingkat literasi yang tinggi akan menciptakan generasi muda yang cerdas, memiliki daya pikir kritis, lebih kreatif dan inovatif.
Inilah sejatinya awal perubahan besar sebuah negara. Semua tak kan mencapai puncaknya tanpa literasi sebagai pondasi. Literasi merupakan indikator penting bagi pelajar dalam mencapai kesuksesan dan memajukan bangsa.
Hal positif yang telah ditanamkan di SMPK Don Bosco Atambua, kiranya dipertahankan dan terus ditingkatkan, bahkan bila perlu ditiru oleh sekolah lain sebagai persiapan generasi emas 2045.
Kita bisa belajar dari para penyair kita. Pramoedya Ananta Toer, menulis "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Salam Literasi
Atambua, 27 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H