Tahun 90an, waktu masih di bangku Sekolah Dasar, bacaan favorit saya adalah Majalah Bobo. Mengapa? Selain mudah untuk diperoleh, tetapi juga tampilan Majalah Bobo sangat menarik. Ciri khas Majalah Bobo, selain warna tetapi juga cerita-ceritanya juga disertakan dengan gambar.
Contoh dongeng tentang kancil dan buaya. Menggambarkan tentang bagaimana kecerdikan dari kancil untuk menyelamatkan diri dari buaya lapar yang hendak melahapnya.
Kancil, memperalat buaya dengan menyuruh mereka berjejer di sepanjang sungai, hingga sang kancil bisa menyembarang sungai melewati buaya dan melarikan diri.
Majalah Bobo menampilkan gambar buaya yang berjejer rapih di sungai dan bagaimana kancil bisa menyeberang melewati buaya yang berbadan besar tetapi tidak punya otak. Menarik dan membuat kita ketagihan untuk terus membaca.
Buku bacaan anak umumnya dipinjam di perpustakaan sekolah. Memang zaman itu, tidaklah mudah untuk mendapatkan buku. Stok buku di kampung terbatas. Karena itu, tidak gampang juga kita mendapatkannya. Kita hanya boleh membawa di sekolah dan tidak diperbolehkan bawa pulang.
Membaca buku zaman itu, menjadi satu hiburan tersendiri. Biasanya buku yang menarik  dan buat penasaran akan terus dibaca sampai selesai, karena kita tidak ada pilihan lain seperti zaman sekarang.
Keasikan membaca buku sampai mama marah--marah untuk makan, membantu di dapur dan pekerjaan rumah lainnya. Komentar mama, "baca--baca terus, mau ganti presiden ka? Kata--kata mama rasanya lucu bila diingat kembali.
Ya, seperti itulah kisah masa kecil, saat dibangku SD. Memang stok buku terbatas tetapi kisah dongeng anak tetap membekas hingga ini. Salam literasi.
Atambua, 17.05.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H