Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empat Prototipe Guru, Berdasarkan Berpikir Abstrak dan Komitmen

22 April 2021   10:12 Diperbarui: 22 April 2021   10:17 2610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Menjadi guru merupakan sebuah kehormatan. Guru memegang tanggungjawab yang besar yakni, mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu, eksistensi guru cukup sentral sepanjang peradapan manusia.

Guru itu ibarat lentera bagi kehidupan. Tanpa guru dunia hanyalah kegelapan. Oleh karenanya, seorang guru dituntut untuk profesional di bidangnya.

Seiring perkembangan zaman, ada begitu banyak tuntutan dari pemerintah bagi seorang guru. Contoh konkret, tuntutan kurikulum yang berubah setiap saat, ada juga yang namanya sertifikasi, kejar jam mengajar untuk memenuhi tuntutan, dan masih banyak tuntutan administratif lainnya.

Ada beragam trik yang disediakan agar guru benar--benar hadir untuk mencerdaskan peserta didik. Salah satunya adalah supervisi kelas. Sebagai kepala sekolah, salah satu tupoksinya adalah mengamati langsung, seorang guru mentransfer ilmu di kelas.

foto: dok. pribadi/Penerapan protokol kesehatan di SMPK Donbosco Atambua
foto: dok. pribadi/Penerapan protokol kesehatan di SMPK Donbosco Atambua
Inilah kesempatan bagi kepala sekolah, untuk membuat pengamatan bagi guru yang mengajar, memperoleh teknik dan metode mengajar, memberi motivasi terhadap aktivitas mengajar. Lewat supervisi, kita mendiskusikan dan menganalisi hal--hal yang kelihatan, sehingga ada yang dipertahankan, atau diperbaiki.

Ada empat prototipe guru berdasarkan berpikir abstrak dan komitmen.

1. Tipe guru profesional. Tipe ini adalah yang terbaik. Guru yang masuk dalam tipe ini adalah, cara berpikir abstraknya positif juga komitmennya. Tipe guru seperti inilah yang diidealkan.

2. Tipe guru tukang kritik. Tipe guru seperti ini adalah mereka yang berpikir abstraknya positif, tetapi komitmennya negatif.

Jenis guru seperti ini adalah, mereka yang terlalu sibuk mengkritik, tanpa memberi solusi. Tipe guru seperti ini, adalah mereka yang tidak memiliki kemampuan mengajar, tetapi lebih banyak kritik kebjikan--kebijakan yang dibuat bersama.

3. Tipe guru yang terlalu sibuk. Tipe seperti ini adalah, mereka yang berpikir abstraknya negatif dan komitmennya positif.

Jenis guru yang termasuk dalam tipe inib adalah, guru yang terlalu sibuk, tetapi hasilnya tidak maksimal. Sibuk mengurus banyak hal tetapi hasilnya nihil.

4. Tipe guru tidak bermutu. Tipe guru semacam ini adalah, berpikir abstraknya negatif dan juga komitmennya negatif. Ia tidak memiliki kemampuan.

Seorang guru tugas utamanya adalah mencerdaskan anak--anak bangsa. Karenanya, guru dituntut untuk profesional di bidangnya. Guru juga diharapkan untuk setia menjalankan tugas sesuai aturan yang berlaku.

Kita tidak bisa menyangkal, masih ada guru yang sekedar menjalankan tugas, atau bekerja sekedar menghabiskan jam, atau mengejar jam pelajaran demi memenuhi aturan sertifikasi.

foto: dok. pribadi/Suasana dalam ruangan kelas SMPK Donbosco Atambua
foto: dok. pribadi/Suasana dalam ruangan kelas SMPK Donbosco Atambua
Ada banyak langkah yang disediakan untuk mengontrol, mengevaluasi dan bahkan memberikan pujian dan motivasi bila ia sudah menjalankan tupoksinya. Salah satunya adalah melalui supervisi kelas, oleh yang berwenang.

Tujuannya, bukan untuk mencari kesalahan, tetapi lebih pada mengevaluasi, memberikan masukan, memberikan motivasi. Jadi supervisi pada prinsipnya untuk memberikan evaluasi dan motivasi, dan bukan sekedar mencari kesalahan.

Harapan ke depan adalah, supaya tujuan utama dari pendidikan, mencerdaskan anak bangsa, tercapai dengan baik. Saya percaya, bila Tri Pusat pendidikan, orang tua, guru, dan siswa, menjalankan tupoksi dengan baik maka, apa yang diharapkan bersama, dapat tercapai.

Atambua, 22.04.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun