Kita semua telah menyaksikan tayangan konferensi pers di Hambalang Sport Center, Bogor, Kamis (25/3/2021), yang ditayangkan dalam youtube.com/kompastv, oleh kubu Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang.
Salah satu penggagas KLB Deli Serdang Max Sopacua menjelaskan alasan mengapa Hambalang dipilih menjadi lokasi konferensi pers karena, kasus korupsi proyek Hambalang itulah yang telah merontokkan elektabilitas Partai Demokrat.
"Kenapa kita buat di sini? Substansinya harus Anda catat, tempat inilah, proyek inilah adalah salah satu bagian yang merontokkan elektabilitas Partai Demokrat ketika peristiwa-peristiwa itu terjadi," kata Max, Kamis, dikutip dari tayangan Kompas TV.
Sebenarnya dalam tulisan saya sebelumnya, di kompasiana dengan judul, "Akhirnya Saya Berkabung Mendengar Konferensi Pers SBY", yang saya posting 6 Maret 2021, yang sudah dibaca hampir tiga ribuan lebih, sudah saya singgung kenapa saya ikut sedih dan berkabung, karena banyak petinggi Demokrat terlibat korupsi.
Seperti diketahui, kasus korupsi proyek Hambalang telah menyeret sejumlah politikus Partai Demokrat ke penjara antara lain mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, mantan anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh, serta mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.
Kesedihan saya itulah menjadi alasan dari konferensi pers di Hambalang oleh kubu KLB Moeldoko.
Sejujurnya kita harus mengakui, mengapa muncul ketidak puasan, hingga memuncak pada KLB di Deli Serdang? Itu karena:
1. Banyak petinggi partai terlibat korupsi. Misalnya, Andi Mallarangeng, mantan anggota DPR dari Partai Demokrat Angelina Sondakh, serta mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin. Selain itu, orang-orang yang terjerat hukum ini, ternyata masih juga dipercaya menjadi petinggi di partai, padahal semua tahu rekam jejak mereka.
2. Sikap SBY, yang cenderung hati-hati dan tidak tegas pada kader partai yang terlibat korupsi. Kader yang terjerat hukum, dibiarkan berkeliaran dalam partai, diberi jabatan. Malahan kader-kader terbaik, justru disingkirkan dari partai.
Ketika AHY menjadi ketua umum, malahan beliau cenderung, memilih orang muda, dan terkesan mengesampingkan yang lain yang menjadi deklarator dan inisiator berdirinya partai Demokrat.
3. Diskomunikasi di internal partai. Sebenarnya kisruh yang terjadi di partai bukan hal baru. KLB Deli Serdang, hanyalah puncak dari kisruh yang terjadi. Seandainya AHY sebagai ketua umum Demokrat, bijak menyikapinya dengan membuat rapat konsolidasi partai, saya yakin KLB Deli Serdang kemungkinan kecil terjadi.
Yang terjadi adalah mereka mengambil langkah sepihak, main pecat. Seperti yang diungkapkan oleh Marzukie Ali, ia sendiri kaget bahwa sudah dipecat, ia dituduh menjadi bagian dari inisiator KLB Deli Serdang.
Mengurus partai, beda dengan urus perusahaan. Perusahan pemiliknya tunggal, tetapi partai tidak. Meski kita mengatakan bahwa Demokrat identik dengan SBY. Karena ini masalah suara atau dukungan. Sampai pada titik tertentu, bila seseorang tidak lagi berkharisma untuk mendulang suara, kita tidak bisa mempertahankannya sebagai pemimpin.
Setiap orang jaya pada jamannya bila sudah lewat masa jayanya harus ikhlas melepaskan. Jangan terus menerus bertahan, meski elektabilitas makin merosot.
Sebenarnya dari dulu, saya sudah membaca fenomena ini. Bahwa akar dari kejatuhan Demokrat adalah masalah korupsi dan manejemen partai. Mestinya petinggi Demokrat harus konsisten dan berani membersihkan partai dari kader-kader nakal, sesuai dengan AD/ART partai.
Saya berharap, semoga kisruh Demokrat segera diselesaikan. Justru kepiyawaian AHY di uji saat ini. Bila ia mampu menyelesaikan persoalan ini, maka saya yakin elektabilitas partai akan melonjak seperti dulu kisruh PDI Perjuangan.
Atambua, 26.03.2021