Hari ini Selasa, 16 Maret 2021, para tokoh agama Kabupaten Belu menerima Vaksinasi covid-19. Dari sekian nama yang telah mendaftar untuk divaksin, saya juga termasuk yang menerima vaksinasi covid-19.
Awalnya saya mendaftarkan diri lewat link yang beredar di grup whatsapp (WA) para pastor. Saat pendaftaran kita ditanya soal riwayat penyakit, disebutkan beberapa macam penyakit, misalnya jantung, asma, ginjal, setelah itu, kita diminta untuk menyertakan nomor induk Kartu Tanda Penduduk, (KTP). Selanjutnya, kita menunggu jadwal untuk divaksin.
Sesuai dengan jadwal, hari ini saya dan teman-teman romo yang lain menerima vaksin covid-19 di Puskesmas Kota, (Puskot) Atambua, NTT. Waktu tiba di rumah sakit, kita diminta KTP, sambil menunggu giliran untuk dipanggil dan divaksin.
Saat dipanggil, saya pun menghadap petugas yang sudah standbye melayani kami. Saya didaftarkan lagi, selanjutnya diberikan surat untuk ditandatangani, lalu diberikan Kartu Vaksinasi Covid-19.
"Rm. Sudah terima vaksin lain, selain vaksin covid?"
"Tidak." Jawabku.
"Rm. menderita sakit jantung, asma? pernah terpapar?, sakit ginjal?"
"Tidak." Jawabku sekali lagi.
Masih ada beberapa pertanyaan tapi saya tidak mengerti karena dengan istilah medis. Saya pun ditensi untuk memastikan, bahwa kondisi tubuh benar-benar aman untuk divaksin.
Selanjutnya menuju petugas untuk divaksin. Sesaat sebelum divaksin, saya merasa deg-degkan, sedikit keringat, tetapi karena banyak orang, saya berusaha untuk rileks, hehehehe..
Dalam hitungan menit, vaksinasi pun selesai. Saya langsung menuju petugas, menyerahkan kartu dan surat yang ada di tangan, untuk konfirmasi petugas.
Kita tidak diperbolehkan untuk pulang selama tiga puluh menit, dengan maksud untuk mengobservasi pasca vaksinasi. Jangan sampai ada reaksi yang butuh ditangani medis.
30 menit berselang, saya pun dibolehkan untuk pulang, dengan pesan untuk kembali lagi pada vaksinasi tahan kedua setelah dua minggu, tepatnya 30 Maret 2021. Itulah pengalaman saya divaksin pertama kali.
Setelah divaksin, saya tidak merasa apa-apa, biasa-biasa saja. Cuman disarankan oleh beberapa teman untuk istirahat, jadi saya tetap stay at home. Saya rasa baik-baik saja. Ternyata apa yang dikwatirkan oleh sebagian orang tidaklah demikian.
Bagi saya kita tidak perlu mendengar berita bohong yang beredar, karena langkah pemerintah untuk vaksinasi sudah melalui kajian. Justru dengan memberi diri untuk divaksin, kita ikut ambil bagian dalam perang melawan covid-19.Â
Pada prinsipnya, pencegahan lebih baik daripada mengobati. Jadi saya sarankan tidak jangan ragu untuk divaksin. Justru menerima vaksinasi covid-19, sesungguhnya merupakan pencegahan yang nyata.
Setelah divaksin, bukan berarti semua selesai dan kita bebas. Kita tetap menjaga kesehatan, mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak. Intinya tetap terapkan pola 3M.
Ayo, jangan ragu lagi silahkan menunggu giliran untuk divaksin. Saya sudah duluan tinggal giliran anda yang belum menerima vaksinasi covid-19. Kita bekerja sama dan sama-sama kerja, perangi virus mematikan ini. Kesehatan itu mahal, jangan ragu untuk divaksin.
Atambua, 16.03.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H