Sampai detik ini, kita masih disugukan dengan informasi dlseputar Partai Demokrat dan Kongkres Luar Biasa, (KLB), di Deli Serdang Sumatra Utara.
Banyak orang kaget, seolah tak percaya mengapa harus ada KLB di Deli Serdang harus terjadi? Begitu banyak analisa dan spekulasi muncul, baik dari pakar hukum, pakar politik, petinggi partai politik, juga tak ketinggalan tanggapan dari pihak pemerintah.
Saling tuding, saling mempersalahkan pun tak terhindarkan. Kubu AHY menuding KLB Sumatra sebagai KLB abal-abal, illegal, bahkan AHY mengatakan KLB illegal yang telah terjadi, sebagai upaya pencaplokan, pengambilalihan secara paksa ketua umum Partai Demokrat.
Saya tidak pro siapa-siapa dan tidak mengatakan siapa benar dan siapa salah tetapi saya hanyabingin menyadarkan kita, untuk bercermin pada situasi yang terjadi dan belajar dari kisruh ini.
Kita belajar beberapa hal dari permasalahan yang menimpa Partai Demokrat.
1. Komunikasi. Komunikasi tentu sangat penting dalam mengurus sebuah partai politik, (parpol). Saya menduga, persoalan yang menimpah Partai Demokrat karena adanya diskomunikasi.
Menurut pengakuan Marzukie Ali, beliau sama sekali tidak tahu. Dia kaget sudah ditendang dari Demokrat. Dari pengakuan ini kita paham, seandainya saja, AHY dan petinggi Demokrat membuka ruang komunikasi, untuk kader Demokrat maka tentu kemelut ini, tidak akan sebesar ini.
2. Kepentingan. Marcus Tullius Cicero seorang negarawan, orator, ahli hukum, dan filsuf Romawi pernah menulis "Hostis aut amicus non est in aeternum; commoda sua sunt in aternum." lawan atau kawan itu tidak ada yang abadi; yang abadi hanyalah kepentingan."
Dalam dunia politik, kepentingan menjadi faktor utama. Kubu KLB Moeldoko, merasa mereka diabaikan, kepentingan mereka tidak diakomodir. Membaca dari diskusi yang beredar, saya menangkap bahwa kubu KLB, merasa kepentingan mereka tidak diakomodir. Misalnya dalam hal kepengurusan partai, seolah-olah dipegang oleh satu orang saja. Kader yang lain tidak diberi kepercayaan.
3. Manejemen. Dari kisruh yang terjadi di Demokrat, kita akhirnya sadar bahwa menejemen parpol penting dan sangat berpengaruh. Bila pemimpin tidak lihai, soal manejemen, maka akan menimbulkan ketidak puasan.
Urusan parpol itu urusan rumit, karena melibatkan banyak orang. Ada banyak orang yang terlibat, bila kita salah mengatur maka akan ada pemberontakan. Pilihlah orang yang tepat dan adil untuk semua kader partai. Jangan sampai ada kesan, mementingkan yang lain dan melupakan yang lain.
4. Rapat Koordinasi. Bukalah ruang untuk rapat koordinasi. Sediakan waktu untuk mendengar masukan dari semua kader partai. Jangan sampai kita menyepelehkan yang lain, dan sedikit-sedikit main pecat.
Bertindaklah sesuai dengan AD/ART yang ada. Sebagai pengurus atau ketua, keputusan atau kebijakan yang diambil harus berdasar pada AD/ART yang sudah disepakati bersama.
5. Rekonsiliasi. Tempulah jalan rekonsiliasi. Kita lihat AHY mendatangi Kemenhum, KPU, untuk melaporkan dan menjelaskan terkait KLB illegal, itu baik tetapi perlu juga menempuh jalur rekomsiliasi. Perlu ada pendekatan pribadi untuk kader, termasuk kader yang dicurigai akan membangkang dan memberontak.
Seandainya saja, dari awal pimpinan parpol berinisiatif untuk mendekati mereka yang masuk dalam list, sebagai pemberontak maka saya yakin persoalan ini tentu tidak sebesar saat ini.
Saya pikir kisruh di tubuh Demokrat di satu sisi baik untuk dijadikan pembelajaran. KLB di Deri Serdang telah membuat kita, teristimewa internal Partai Demokrat belajar untuk menjadi matang dan lebih baik.
Masih beruntung malasah ini, muncul sekarang, sebelum pilpres sehingga Demokrat memiliki kesempatan untuk belajar. Coba kalau hal ini sampai terjadi di 2024, saya tidak tahu lagi, akan seperti apa nasib Partai berlambang mercy ini.
Atambua, 09.03.2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H