"Lu gak takut, Bang?" Tanya seorang teman yang heran kenapa sejak 2011 aku konsisten bersuara keras, menghantam pemikiran kelompok radikal yang menguasai media sosial. "Gak takut?" Tanyaku. "Justru gua sebenarnya penakut."
Tapi ketakutanku bukan karena takut nanti dipersekusi atau diintimidasi mereka. Ketakutan terbesarku adalah ketika aku tidak bersuara, maka negeri ini kelak bisa menjadi Suriah ketika kelompok radikal ini menguasai negara. Dan jika itu terjadi, anak-anakku kelak akan menuntutku, "Kenapa Papa tidak berjuang pada saat Papa mampu?"
Ketakutanku terbesar adalah ketika aku tidak mampu berdiri dengan kepala tegak di depan anak-anakku. Itulah arti menjadi seorang ayah bagiku, menjadi teladan di depan anak-anakku.(Tagar.id.20.07.2020)
Saya hanya kagum dan diam-diam menjadikannya sebagai guru lewat tulisannya.
Apakah bang Denny kebal hukum? tidak juga. Jika yang dia perjuangkan adalah kebenaran, ia akan tetap menang meski dizolimi. Namanya juga kebenaran, akan tetap menang, meski seribu orang membelokannya dengan mengangkanginya.
Terakhir saya membaca postingannya, untuk menguatkan sahabatnya Permady Arya atau Abu Janda:
"Gak gampang perang di media sosial ini. Resikonya besar. Kami dibutuhkan, tapi tidak diakui. Apalagi dikelompok orang2 yang menganggap cara berpikirnya objektif. Sedangkan pihak lawan sangat solid. Gak perduli salah, mereka selalu membela temannya.
Menilai seseorang, gak bisa dilihat sekilas saja. Lihat latar belakangnya, apa yang pernah dia kerjakan..
Ah, biarlah. Perjuangan itu memang tidak ada yang mudah. Nikmati segala prosesnya.
Saya jadi teringat dialog di film Black Hawk Down.