Tak terasa sudah lebih dari satu tahun proses belajar mengajar di sekolah menggunakan metode Daring atau online, tak terasa juga keluhan para wali murid dari dulu sudah semakin terlupakan karena terlalu lamanya pandemi sehingga sedikit demi sedikit terkikis oleh waktu dan akhirnya sekarang sudah pasrah pada para pendidik.Â
Dulu awal-awal penerapan metode daring anak-anak semangat mengikuti setiap materi yang disampaikan guru lewat, Whatsup, zoom, Google meeting dll, setiap materi yang disampaikan setiap hari selalu mendapat sambutan  positif dari anak-anak dan wali murid tetapi sayangnya itu hanya berjalan 2 sampai 3 bulan saja, lama-lama anak mulai bosan dengan materi yang "itu-itu" saja.Â
Ditambah dengan masalah perangkat pendukung seperti Handphone atau pun laptop beserta paket an data yang digunakan, awalnya memang di sekolah anak saya di subsidi dari sekolah sejumlah uang untuk digunakan membeli paket data, tetapi itu juga hanya berjalan 2 bulan pertama, selanjutnya pakai uang pribadi masing-masing orangtua.
Belum lagi masalah Handphone yang tidak semua orang tua sanggup memberikan untuk anaknya belajar karena juga masih diperlukan untuk bekerja sedangkan para guru biasanya memberi soal pada jam-jam bekerja orang tua.
Akhirnya beberapa orang tua hanya bisa membuka soal-soal untuk anaknya setelah pulang bekerja sekitar jam 6 sore, padahal beberapa soal diharuskan untuk dikumpulkan pada hari itu juga. belum lagi masalah kestabilan sinyal di beberapa daerah tidak semuanya bagus sehingga menghambat informasi soal-soal dari sekolah untuk diselesaikan anak-anak.
Beberapa orang tua juga  mengeluh hanya bisa membantu mengerjakan soal setelah pulang kerja, sebagai informasi beberapa orang tua di sekolah anak saya adalah buruh pabrik dan buruh kasar dengan kondisi fisik setelah seharian bekerja masih membantu anak-anaknya untuk mengerjakan soal tersebut.Â
Memang awalnya masih bisa mengikuti metode ini dan secara teratur bisa membantu "mengganti peran guru" di sekolah untuk mengajarkan soal yang diberikan sekolah, namun dengan itupun akhirnya hanya bertahan beberapa bulan saja.Â
Akhirnya menyerah juga sehingga anak dibiarkan mengerjakan soal sendiri dan tidak bisa sepenuhnya bisa mengikuti pelajaran dari sekolah, yang penting mengumpulkan saja, entah anak itu bisa memahami atau tidak yang penting mengumpulkan.Â
Saya tidak menyalahkan metode yang diberikan oleh sekolah karena memang kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk belajar secara normal atau tatap muka karena menyangkut dengan keselamatan murid itu sendiri terkait virus covid 19 ini, dan aturan pemerintah juga belum mengijinkan untuk belajar tatap muka.Â
Satu hal yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana kreativitas para guru untuk memodifikasi metode pengajaran daring ini dengan tujuan agar transfer keilmuan bisa sampai kepada anak-anak walaupun saya akui tidak akan pernah bisa prosesnya seperti saat belajar tatap muka, tapi setidaknya bisa memberi pengajaran kepada siswa dan tidak menimbulkan kejenuhan dari anak karena metode yang itu-itu saja, kesulitan orang tua karena handphonenya tidak bisa ditinggal di rumah saat guru memberi soal, kesulitan kondisi sinyal karena letak geografis yang berbeda-beda.
Maka peran guru dan pengajar dituntut untuk memberi metode pengajaran yang lebih kreatif sehingga masalah-masalah diatas bisa terselesaikan. Saran atau Ide yang bisa saya sampaikan dengan menimbang berbagai persoalan diatas yang intinya agar dari sisi orang tua murid, murid dan pengajar bisa saling berkoordinasi untuk mendapatkan metode yang efektif di masa pandemi ini.